Sukses

Selain Suku Bunga Fed, Miliarder Ray Dalio Was-was Soal Utang AS

The Fed pada Kamis (19/9) memangkas suku bunga pinjaman utamanya 50 basis poin menjadi antara 4,75%-5%.

Liputan6.com, Jakarta Menyusul pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed), investor ternama sekaligus miliarder, Ray Dalio menyoroti tingkat utang Amerika Serikat yang masih sangat besar.

Seperti diketahui, The Fed pada Kamis 19 September 2024 memangkas suku bunga pinjaman utamanya sebesar setengah poin persentase, atau 50 basis poin. Keputusan tersebut menurunkan suku bunga dana federal The Fed ke kisaran antara 4,75%-5%.

Langkah itu menandai pemangkasan suku bunga pertama oleh The Fed sejak 2020.

"Tantangan Federal Reserve adalah mempertahankan suku bunga cukup tinggi sehingga menguntungkan kreditur, namun juga menjaganya agar tidak terlalu tinggi bagi debitur," ungkap Dalio, dikutip dari CNBC International, Jumat (20/9/2024).

Departemen Keuangan AS baru-baru ini melaporkan bahwa negara itu telah menghabiskan lebih dari USD 1 triliun tahun ini untuk pembayaran bunga atas utang nasionalnya sebesar USD 35,3 triliun.

Peningkatan biaya layanan utang ini juga bertepatan dengan kenaikan signifikan defisit anggaran AS pada bulan Agustus 2024, yang mendekati USD 2 triliun tahun ini.

Dalio mengatakan, utang, uang, dan siklus ekonomi sebagai salah satu dari lima kekuatan teratas yang memengaruhi ekonomi global.

Sementara itu, ketika ditanya tentang prospek utang AS dan apakah ia melihat adanya peristiwa kredit yang berisiko, Dalio menjawab bahwa ia tidak melihatnya.

"Saya melihat depresiasi besar dalam nilai utang tersebut melalui kombinasi suku bunga riil rendah yang dibuat-buat, jadi Anda tidak akan mendapat kompensasi," ujar dia.

2 dari 3 halaman

The Fed Pangkas Suku Bunga Acuan, Bagaimana Dampaknya ke Ekonomi Global?

Keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) dapat mempengaruhi ekonomi AS. Hal ini juga akan pengaruhi ekonomi global.

Ekonom EY-Parthenon, Gregory Daco menuturkan, posisi ekonomi AS merupakan salah satu pendorong utamanya kebijakan the Fed.

"Ekonomi AS tetap menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia, dan akhir-akhir ini, salah satu tumbuh yang paling cepat,” kata Daco, demikian seperti dikutip dari CNBC, Kamis (19/9/2024).

Pada pertemuan September 2024, the Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan memangkas suku bunga acuan yang berdampak luas. Perubahan suku bunga the Fed dapat memengaruhi biaya produk pinjaman antara lain hipotek, kas, obligasi dan saham.

Keputusan the Fed mengakhiri siklus pengetatan ekonomi akan berdampak ke global. Pada Agustus 2024, inflasi tahunan mencapai 5,9 persen secara global, menurut Dana Moneter Internasional atau the International Monetary Fund (IMF). IMF juga melaporkan inflasi mendekati rata-rata 2,6 persen di seluruh negara maju seperti Amerika Serikat (AS).

Keputusan the Fed memangkas suku bunga acuan muncul setelah data pasar tenaga kerja AS yang tidak stabil selama berbulan-bulan.Tingkat pengangguran mencapai 4,2 persen pada Agustus 2024, dengan 7,1 juta warga AS tidak memiliki pekerjaan, sedikit berubah dari beberapa bulan terakhir.

Namun, gambaran lapangan pekerjaan telah memburuk secara signifikan dari tahun lalu, ketika pengangguran mencapai 3,8 persen dengan 6,3 juta warga AS mencari pekerjaan.

3 dari 3 halaman

Dampak Keputusan The Fed

Bank sentral di negara ekonomi maju di dunia menaikkan suku bunga acuan untuk menangkal inflasi global. Ekonom mencatat pengetatan kondisi lintas batas secara bersamaan dapat memperkuat dampaknya. Bank Sentral Eropa juga menurunkan suku bunga sebanyak dua kali pada 2024.

Di sisi lain, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global akan mencapai 3,2 persen pada 2024 dan 3,3 persen pada 2025, menurut IMF. “Tindakan dewan the Federal Reserve tidak hanya terbatas di AS. Tindakan tersebut memiliki implikasi, efek limpahan di bagian lain di dunia juga,” ujar Direktur Georgetown University’s Psaros Center, Reena Aggarwal.

Keputusan the Fed juga dapat mempengaruhi pasar valuta asing mengingat pengaruhnya terhadap nilai dolar AS.

"Pasar negara berkembang terdampak karena sebagian besar pinjaman dalam dolar AS. Jadi, mereka harus membayar bunga dan pokok dalam dolar AS. Jika suku bunga berubah di AS, semua biaya pinjaman juga berubah," kata Aggarwal.