Sukses

30 Ribu Karyawan Boeing Mogok Kerja, Gaji Tak Cukup Buat Hidup

Para pekerja kini telah memasuki minggu kedua pemogokan tanpa ada tanda-tanda kesepakatan dengan manajemen Boeing.

Liputan6.com, Jakarta Lebih dari 30.000 pekerja Boeing melakukan pemogokan setelah serikat pekerja mereka menolak kesepakatan yang akan menaikkan gaji sebagai ganti hilangnya bonus dan pensiun.

Para pekerja kini telah memasuki minggu kedua pemogokan tanpa ada tanda-tanda kesepakatan dengan manajemen Boeing.

Dikutip dari BBC, Senin (23/9/2024) BBC bertanya kepada para pekerja di garis piket di luar pabrik Boeing di Auburn, Washington, mengapa mereka merasa tidak punya pilihan selain melakukan pemogokan.

Banyak pekerja yang menyebutkan hilangnya bonus dan pensiun, serta inflasi dan biaya hidup, menjadi alasan mereka untuk mogok.

Salah satu pekerja di Boeing bernama Davon Smith, memperoleh penghasilan kurang dari USD 28 atau setara dengan Rp 434 ribu per jam untuk memasang sayap pada pesawat Boeing 777X, yang masing-masing dijual seharga lebih dari USD 400 juta atau setara dengan Rp 6,2 triliun.

Ia juga sembari bekerja sebagai penjaga keamanan di sebuah bar demi memenuhi kebutuhan hidup. "Itulah yang membuat saya bertahan hidup," kata Davon.

Bahkan tunangannya, yang bekerja sebagai sekretaris untuk sekolah-sekolah di Seattle, memperoleh penghasilan lebih besar darinya.

Kesepakatan yang disetujui sementara oleh perwakilan serikat pekerja dan Boeing akan membuat pekerja mendapatkan kenaikan gaji sebesar 25% selama empat tahun.

Serikat pekerja di Boeing menolak kesepakatan baru yang menawarkan kenaikan tunjangan kesehatan, pensiun, dan cuti orang tua berbayar, meskipun mereka awalnya menuntut kenaikan gaji 40%.

2 dari 2 halaman

Para Pekerja Menolak Kesepakatan yang Ditawarkan Boeing

Hampir 95% anggota serikat menolak kesepakatan terhadap tawarkan dark Boeing. Banyak di antaranya menjadi marah karena tunjangan seperti pensiun dijamin telah hilang dalam kontrak sebelumnya. Kini, Boeing hanya memberikan kontribusi pada akun investasi, yang tentu jumlahnya tergantung pada harga di pasar saham.

Banyak pekerja masih mogok karena merasa gaji mereka belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu pekerja, Mari Baker, khawatir kehilangan asuransi kesehatan jika pemogokan terus berlanjut. Pekerja lain, seperti Kerri Foster, merasa gajinya tidak cukup untuk membayar tagihan, sementara biaya hidup terus naik.

Boeing sudah mengalami kerugian finansial besar akibat pemogokan, diperkirakan mencapai lebih dari 100 juta dollar dalam upah yang hilang, dan lebih dari 440 juta dollar dalam kerugian saham. Meskipun begitu, banyak pekerja bertekad untuk terus mogok sampai tuntutan mereka dipenuhi, termasuk kenaikan gaji dan pengembalian dana pensiun.