Sukses

Harga Emas Antam Stagnan Hari Ini 23 September 2024, Cek Daftar Lengkapnya

Mengikuti harga jual, harga pembelian kembali atau buyback emas Antam juga stabil pada perdagangan Senin, 23 September 2024. Berikut daftar harga emas Antam awal pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas yang dijual PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau harga emas Antam stagnan pada awal pekan ini, Senin (23/9/2024).

Mengutip laman Logam Mulia, Senin (23/9/2024), harga emas Antam hari ini dibanderol Rp 1.455.000 per gram. Pada perdagangan terakhir, harga emas Antam di posisi Rp 1.455.000.

Demikian juga dengan harga emas Antam pembelian kembali atau buyback stabil. Harga buyback emas Antam dipatok Rp 1.295.000 per gram. Harga buyback ini adalah jika Anda ingin menjual emas, Antam akan membelinya di harga Rp 1.295.000 per gram.

Antam menjual emas dengan ukuran mulai 0,5 gram hingga 1.000 gram. Anda dapat memperoleh potongan pajak lebih rendah (0,45 persen) jika menyertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Hingga pukul 07.51 WIB sebagian besar kepingan emas Antam masih tersedia terutama di lokasi butik di Gedung Antam.

Daftar Harga Emas Antam Senin 23 September 2024:

Berikut rincian harga emas Antam hari ini, melansir laman logammulia.com:

Harga emas Antam 0,5 gram: Rp 777.500

Harga emas Antam 1 gram: Rp 1.455.000

Harga emas Antam 2 gram: Rp 2.854.000

Harga emas Antam 3 gram: Rp 4.261.000

Harga emas Antam 5 gram: Rp 7.079.000

Harga emas Antam 10 gram: Rp 14.080.000

Harga emas Antam 25 gram: Rp 35.037.500

Harga emas Antam 50 gram : Rp 69.955.000

Harga emas Antam 100 gram: Rp 139.790.000

Harga emas Antam 250 gram: Rp 349.087.500

Harga emas Antam 500 gram: Rp 697.875.000

Harga emas Antam 1.000 gram: Rp 1.395.600.000.

2 dari 4 halaman

Siap-Siap, Harga Emas Dunia Cetak Rekor Termahal Lagi Minggu Ini

Sebelumnya, harga emas berpotensi bergerak lebih tinggi minggu ini hingga akhir tahun 2024 setelah The Fed menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak awal pandemi Covid-19. Keputusan yang mempengaruhi harga emas ini membuat suku bunga acuan The Fed berada di kisaran 4,75-5%.

Dikutip dari Kitco.com, Senin (23/9/2024), harga emas batangan berjangka Desember terakhir diperdagangkan pada USD 2.644,70 per ons, naik lebih dari 1% pada hari itu.

Sementara itu, logam mulia hampir naik 1,5% dari penutupan awal minggu lalu di atas USD 2.600 per ons. Kenaikan hari Jumat dipicu oleh volatilitas yang kuat setelah keuntungan awal emas pasca rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) untuk menentukan arah kebijakan moneter AS.

Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa reaksi emas terhadap pemotongan 50 basis poin Federal Reserve serta sinyal pelonggaran 200 basis poin selama dua tahun ke depan akan berlanjut.

The Fed Tak Buru-Buru

Powell menambahkan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan bahwa The Fed sedang dalam proses "mengkalibrasi ulang" kebijakan moneternya.

"Jika Anda melihat Ringkasan Proyeksi Ekonomi (SEP), Anda akan melihat bahwa ini adalah proses mengkalibrasi ulang sikap kebijakan kami dari posisi tahun lalu ketika inflasi tinggi dan pengangguran rendah, ke posisi yang lebih tepat mengingat keadaan saat ini," ujar Powell.

Menurut Powell, tidak ada indikasi bahwa komite terburu-buru. Proses ini akan berkembang seiring waktu.

Jerry Prior, COO dan manajer portofolio senior di KFA Mount Lucas Managed Futures Index Strategy ETF, mengatakan bahwa setelah komentar Powell, kecil kemungkinan emas akan melonjak. Namun, ia menambahkan bahwa pasar akan terus mengalami kenaikan yang stabil.

 

 

3 dari 4 halaman

Menguji USD 3.000 per Ounce

 

Sementara itu, CEO Mind Money, Julia Khandoshko, memperkirakan harga emas akan terus terkonsolidasi seiring perlahan bergerak menuju USD 3.000 per ons.

Julia menjelaskan bahwa kecil kemungkinan harga emas mencapai target tersebut sebelum akhir tahun. "Kemungkinan besar, kita akan melihat konsolidasi pada level saat ini dan pertumbuhan bertahap. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk diversifikasi ke emas, terutama saat suku bunga tidak terlalu tinggi atau rendah, sehingga emas menjadi lebih menarik dibandingkan saham atau obligasi," katanya.

Julia juga menyebutkan bahwa suku bunga yang lebih rendah, peningkatan pasokan uang, dan desentralisasi ekonomi global akan mendorong harga emas, meskipun terobosan mendadak mungkin tidak terjadi. Faktor-faktor ini akan terus mendukung emas, namun tidak ada alasan untuk pembelian tergesa-gesa.

Di sisi lain, Fawad Razaqzada, Analis Pasar di StoneX Group, mengatakan bahwa meskipun emas masih dalam tren naik yang kuat, investor harus siap untuk menghadapi beberapa volatilitas dalam waktu dekat. Namun, harga yang lebih rendah bisa dilihat sebagai peluang pembelian jangka panjang.

"Logam ini mungkin akan mengalami aksi ambil untung dalam waktu dekat, tetapi saya tetap optimis terhadap prospek emas untuk sisa tahun ini. Meski mungkin tidak mencapai USD 3.000 tahun ini, level tersebut adalah tujuan jangka panjang saya untuk logam kuning ini," tambah Razaqzada.

Meski Powell berusaha menurunkan ekspektasi pasar, para analis mencatat bahwa tren mendukung harga emas saat ini.

4 dari 4 halaman

Peluang Penurunan Harga Emas

Patricia Mohr, Ekonom Independen dan Spesialis Pasar Komoditas, mengatakan bahwa The Fed ingin memastikan 'soft landing' bagi ekonomi AS, yang kemungkinan besar akan diikuti oleh bank sentral lainnya. Hal ini memperkuat kondisi ekonomi dan permintaan logam mulia.

Walau emas tetap berada dalam tren naik jangka panjang yang stabil, beberapa analis mencatat bahwa risiko penurunan harga semakin meningkat. Investor harus terus mencermati data ekonomi, karena keputusan kebijakan moneter The Fed hingga pertengahan 2026 akan sangat bergantung pada kesehatan ekonomi.

Risiko terbesar bagi emas saat ini adalah koreksi tajam di pasar ekuitas jika data ekonomi mengecewakan dan memicu kekhawatiran akan resesi. Pasar ekuitas yang saat ini mendekati rekor tertinggi dapat menghadapi peristiwa likuiditas yang dapat menyeret harga emas lebih rendah.

Investor mungkin dipaksa untuk menjual emas mereka guna meningkatkan modal untuk menopang posisi ekuitas yang merugi. Kalender ekonomi minggu depan mencakup rilis data manufaktur, penjualan perumahan, dan keyakinan konsumen. Laporan ekonomi utama yang menjadi fokus adalah Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) inti Agustus, yang merupakan indikator inflasi pilihan Federal Reserve.

 

Video Terkini