Sukses

Sri Mulyani Soroti Pentingnya Pendidikan dan Kesehatan untuk Genjot Kualitas SDM Indonesia

Menkeu Sri Mulyani optimistis Indonesia akan mampu atasi tantangan dan meningkatkan kualitas SDM.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, perbaikan di bidang pendidikan dan kesehatan sangat penting untuk mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.

Ia menilai, pendidikan dan kesehatan merupakan kunci untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan keluar dari perangkat pendapatan menengah.

"Pendidikan seperti apa, baik kontennya, prosesnya, apalagi dengan teknologi sekarang, yang benar-benar bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia? Pelatihan seperti apa? Apakah pelatihan tingkat sarjana? Apakah pelatihan kejuruan?," tutur Sri Mulyani dalam acara The Internasional Seminar And Growth Academy ASEAN, Jakarta, Senin (23/9/2024).

Sementara itu, Sri Mulyani menyoroti pentingnya desentralisasi dan otonomi dalam penyediaan layanan kesehatan. Sri Mulyani mengatakan, dengan alokasikan 20 persen anggaran untuk pendidikan dan lebih dari 5 persen untuk kesehatan, pemerintah sedang membangun dana abadi yang dapat digunakan untuk mendukung pendidikan bagi generasi muda.

"Dana ini merupakan dana abadi yang sebenarnya diakumulasikan dari 20 persen pendidikan yang diwajibkan oleh konstitusi kita, sehingga kita sekarang mampu menyekolahkan ribuan siswa terbaik dan tercerdas, dan juga tidak memberikan kendala apa pun bagi sektor mana pun yang perlu meningkatkan pendidikan mereka, baik itu di bidang kesehatan, spesialis, dalam hal ini dokter," ujar dia. 

Sri Mulyani juga menekankan perlunya investasi lebih dalam bidang kesehatan, termasuk pembangunan rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan yang mampu meningkatkan deteksi dini dan gaya hidup sehat.

Dalam konteks ini, Sri Mulyani mengingatkan pentingnya regulasi dan kebijakan yang mendukung investasi di sektor pendidikan dan kesehatan. Ia berpendapat bahwa pengaturan kelembagaan yang baik antara pemerintah pusat dan daerah sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Indonesia Perlu Belajar dari Korea Selatan

"Sektor kesehatan, kami juga mengalokasikannya. Kita sekarang sedang membangun banyak rumah sakit dan juga penyedia layanan kesehatan, sehingga kita akan mampu meningkatkan deteksi dini dan juga meningkatkan gaya hidup," kata dia. 

Sri Mulyani mengatakan, Indonesia perlu belajar dari negara-negara lain yang telah berhasil, seperti Korea Selatan, yang telah mengirimkan ratusan ribu tenaga kerja untuk pelatihan lebih lanjut.

Melalui langkah-langkah ini, Sri Mulyani optimistis Indonesia akan mampu mengatasi tantangan dan meningkatkan kualitas SDM, sehingga dapat bersaing di tingkat global dan mencapai status negara berpendapatan tinggi.

"Jadi ini juga merupakan aspek lain yang perlu dibahas terkait dengan apa yang kami sebut sebagai fondasi untuk meningkatkan dampak pembangunan agar kita dapat keluar dari perangkap pendapatan menengah," ujar dia.

 

Reporter: Siti Ayu

Sumber: Merdeka.com

3 dari 4 halaman

Syarat Indonesia Jadi Negara Maju

Sebelumnya,Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berkomitmen akan terus mendorong transformasi digitalisasi di daerah. Lantaran hal itu merupakan salah satu syarat agar Indonesia bisa menjadi negara maju.

"Kami akan terus mendorong digitalisasi daerah. Transformasi digital adalah syarat untuk Indonesia bisa maju secara merata," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, dalam sambutannya di Rapat Koordinasi Nasional Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah tahun 2024, di Jakarta (23/9/2024).

Oleh karena itu, kata Menkeu, APBN terus mendorong dan mendukung pembangunan infrastruktur digitalisasi termasuk transaksi keuangan baik di pusat, kementerian, lembaga maupun di daerah. Dalam hal ini Kemenkeu terus mengembangkan teknologi informasi pengelolaan perpajakan daerah secara bersama-sama.

Tujuannya, guna memperkuat kemampuan Pemerintah dalam meningkatkan sinergi dan kolaborasi antara pemerintah daerah maupun antara pemerintah pusat dan daerah.

"Tentu kita dalam bekerja ini perlu untuk terus memperbaiki tadi yang disebut interoperabilitas. Kalau kita bicara tentang pengelolaan APBN di payment system itu tidak bisa dilakukan di masing-masing daerah. Karena kita bukanlah suatu zona otonomi yang kemudian membangun sendiri masing-masing software yang kemudian tidak interoperable," jelasnya.

Adapun untuk mendorong transformasi digital di daerah, Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia akan terus membuat sistem pembayaran yang semakin efisien. Disisi lain, Kemenkeu juga terus bersinergi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk sistem informasi pengelolaan keuangan daerah (SIPKD).

Dia menuturkan, SIPKD menjadi sistem informasi keuangan yang bisa terintegrasi dan selaras dengan harmonisasi untuk mendorong sinergi belanja pusat dan belanja daerah.

"Dengan SIPKD ini kita berharap masing-masing daerah memiliki standar informasi keuangan daerah yang sama, basis datanya sama, dan interoperabilitas dan informasi yang bisa dipadukan dengan keuangan negara. Yaitu Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)," pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Mendag: Indonesia Layak Jadi Negara Maju, Tapi Terkendala Hal ini

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, Indonesia telah memiliki bekal untuk menjadi negara maju. Bahkan hal itu diakui oleh Menteri Perdagangan Tiongkok Wang Wentao, yang menyebut sumber daya alam (SDA) Indonesia melimpah, dan juga memiliki sumber daya manusia (SDM) yang banyak.

Menurut Wang Wentao, SDA dan SDM yang melimpah tersebut merupakan potensi yang bisa didorong Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan negara maju pada 2045.

"Saya di APEC ketemu sama Menteri Perdagangan Tiongkok. Dia bilang, Excellency Hasan, kami punya data lengkap. Indonesia punya semua persyaratan untuk menjadi negara maju. Sumber daya alamnya, sumber daya manusianya, pendek kata seluruh persyaratan kita punya," kata Mendag dalam sambutannya saat membuka Forum Koordinasi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perdagangan Pusat dan Daerah, di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Kata pria yang akrab disapa Zulhas ini, mengakui Indonesia memang layak menjadi negara maju pada 2045. Saat ini saja neraca perdagangan Indonesia sudah surplus berturut-turut selama 51 bulan sejak Mei 2020.

"Terbukti kita 51 bulan perdagangan kita surplus terus. Dengan segala kekurangannya kita masih surplus di atas 5 persen," ujarnya.

Kendati begitu, untuk mencapai negara maju, Indonesia masih terkendala dengan adanya hambatan di bidang ekonomi, yakni aktivitas barang impor ilegal masih marak. Bahkan hal itu telah menggerogoti pangsa pasar atau underground economy RI sebesar 30-40 persen. Underground economy, yakni penghasilan yang didapat dari kegiatan ekonomi yang tidak terekam dan atau tercatat pada otoritas pajak dengan maksud untuk menghindari pajak.

"Kita punya semua persyaratan. Salah satunya hambatannya itu adalah kita kenal dengan underground economy. Hampir 30-40 persen pasar kita itu, di pangsa pasarnya, atau yang disebut dengan underground economy itu. Artinya di situ kata-katakan ilegal. Kalau ilegal negara enggak punya, enggak dapat pajak," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.