Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pihak masih optimistis ekonomi Indonesia bisa tumbuh tinggi hingga akhir tahun dan tahun depan. Ekonomi Indonesia masih baik meskipun ada sejumlah tantangan di sisi global.Â
Salah satu yang sangat optimistis adalah Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. Ia mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap menunjukkan tren positif berkat faktor domestik yang kuat.Â
Baca Juga
Konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama, dengan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) yang stabil di angka 124,4, mencerminkan optimisme masyarakat dalam berbelanja.
Advertisement
"Indeks confinden dari konsumen kita di 124,4 kalau kita lihat itu levelnya tinggi dan stabil di tinggi, ini berarti mereka masih memiliki confident untuk melakukan kegiatan aktifitas konsumsi," ujar Sri Mulyani dalam konferensi Pers APBN KiTa, Jakarta, Senin (23/9/2024).
Selain itu, dia menuturkan pertumbuhan Indeks Belanja Mandiri (Mandiri Spending Indeks) yang mencapai 277,6 persen menunjukkan perbaikan signifikan dalam sentimen konsumen antara Juli dan Agustus.
"Untuk kelompok menengah atas, mandiri spending indeks menggambarkan juga level di 277,6 trennya positif ke atas itu berarti meningkat, ini berarti antara juli agustus mengalami perbaikan improvement dari sisi sentimen, konsumen baik itu dari IKK maupun dari mandiri spending indeks," papar dia.
Dari sisi penjualan ritel, Sri Mulyani melaporkan pertumbuhan positif sebesar 5,8 persen sejak Mei, mencerminkan tren yang mengarah ke peningkatan. Namun, ia mengingatkan tentang risiko yang muncul dari Purchasing Managers' Index (PMI) yang kini masuk dalam zona kontraksi.Â
"PMI kita masuk ke dalam zona kontraksi ini perlu diwaspadai, tapi kita berharap dengan tadi import yang mulai tumbuh di 9 persen Itu bisa mendorong kembali kegiatan manufaktir dan ekspor kita tumbuhnya positif," terang dia.
Di sektor energi, penjualan listrik terus tumbuh meskipun tidak mencapai angka double-digit, tetap berada di kisaran 7 hingga 8 persen.Â
Sementara itu, penjualan semen hanya tumbuh tipis akibat penyelesaian proyek konstruksi, tetapi diharapkan akan meningkat menjelang kuartal terakhir dengan percepatan belanja APBN.
"Penjualan semen dalam hal ini, tumbuh tipis ini seiring dengan berbagai kegiatan kontruksi yg mulai selesai, tapi kita harapkan di kuartal terakhir biasanya akseleresi dari belanja terutama untuk proyek-proyek kontruksi yang dibiayai APBN mungkin akan meningkat," tutupnya.
Reporter: Ayu
Sumber: Merdeka.com
BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024 Mentok di 5,1%
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 berada dalam kisaran 4,7 - 5,5 persen. Optimisme tersebut muncul lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan kinerja yang baik.
"BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 berada dalam kisaran 4,7 - 5,5 persen, titik tengahnya adalah 5,1 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam pengumuman Hasil RDG September 2024, Rabu (18/9/2024).
Kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan kinerja yang baik. Namun, Pemerintah perlu terus mendorong agar pertumbuhan tersebut lebih tinggi lagi.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga melihat bahwa investasi terus tumbuh, khususnya investasi bangunan sejalan dengan tahapan finalisasi operasional IKN dan penyelesaian berbagai proyek strategis nasional (PSN).
Konsumsi rumah tangga juga tetap terjaga, khususnya untuk kelas menengah ke atas. Ekspor nonmigas tetap baik, sehingga turut menopang pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut, Perry mengatakan, belanja Pemerintah yang diperkirakan meningkat akhir tahun ini diharapkan dapat menopang permintaan domestik.
Â
Advertisement
Sisi Penawaran
Adapun berbagai indikator terkini termasuk hasil survei Bank Indonesia menunjukkan kegiatan ekonomi pada triwulan III-2024 tetap baik, sebagaimana tercermin pada keyakinan konsumen yang tinggi, penjualan eceran yang positif serta impor barang modal, dan penjualan semen yang meningkat.
"Ke depan berbagai upaya perlu terus ditempuh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia agar lebih tinggi. Baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran," ujarnya.
Dari sisi permintaan, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan, baik kebijakan moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi agar lebih tinggi.
Dari sisi penawaran kebijakan reformasi struktural juga perlu terus diperkuat untuk meningkatkan produktivitas dan memperkuat struktur pertumbuhan ekonomi, termasuk sektor ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja dan memiliki nilai tambah yang tinggi.