Sukses

Jokowi: Kita Sudah Ekspor Bahan Mentah 400 Tahun Sejak Zaman VOC

Presiden Jokowi menuturkan, negara yang impor bahan mentah dari Indonesia telah jadi negara maju sedangkan Indonesia belum bisa berkembang.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap kondisi Indonesia yang telah melakukan ekspor bahan mentah selama lebih dari 400 tahun. Namun, pada akhirnya saat ini bisa melakukan hilirisasi.

Bahkan, dia mengatakan kalau ekspor bahan mentah dari Indonesia dilakukan sejak zaman Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dahulu atau pada masa Hindia Belanda. Saat itu, ekspor bahan mentah RI didominasi oleh rempah-rempah.

"Kita ini sudah ekspor bahan mentah lebih dari 400 tahun yang lalu sejak zaman VOC. Kita ekspor bahan mentah kita yang dulu banyak adalah rempah-rempah," kata Jokowi dalam peresmian Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (24/9/2024).

Dia bilang, seluruh negara yang mengimpor bahan mentah Indonesia bahkan telah berubah menjadi negara maju. Ironisnya, Indonesia yang kaya akan bahan mentah tersebut cenderung sulit berkembang menjadi negara maju.

"Dan negara yang impor bahan mentah kita semuanya jadi negara maju. Kita yang memilki sumber daya alam, ekspor hanya bahan mentah, tidak bisa berkembang jadi negara maju," ucap dia.

Kendati begitu, seiring berjalannya waktu, Indonesia mampu mengubah kondisinya. Mulanya dilakukan pada sektor pertambangan dengan menyetop ekspor nikel mentah pada 2020. 

Kemudian, akan dilanjutkan dengan tembaga hingga bauksit. Mendukung kedua komoditas ini, Jokowi meresmikan smelter pengolahan tembaga dan bauksit. Terbaru adalah SGAR milik PT Borneo Alumina Indonesia, bagian dari Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID.

"Negara-negara maju betul-betul sudah kecanduan terhadap impor bahan-bahan mentah kita sehingga saat kita ingin hilirisasi pasti diganggu, pasti mereka tidak rela, pasti mereka tidak mau," tegasnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Ambil Peluang Hilirisasi

Namun, ada posisi yang menguntungkan Indonesia sehingga bisa mengambil peluang untuk melakukan hilirisasi. Peluang itu tercipta ketika banyak negara maju sibuk mengurus kondisi geopolitik global hingga pandemi covid-19.

"Untungnya ada geopolitik global, ada Covid, ada resesi ekonomi sehingga negara-negara maju sibuk dengan masalah yang mereka miliki, sibuk dengan problem-problem, menyelesaiakan problem-problem yang mereka miliki dan melupakan kita," tuturnya.

"Inilah kesempatan kita membangun industri, untuk membangun smelter dari mineral-mineral yang kita miliki dan tidak ada yang mengganggu," dia menambahkan.

Kepala Negara itu mengisahkan kala membatasi ekspor nikel pada 2020, Indonesia langsung diadukan oleh Uni Eropa ke World Trade Organization (WTO). Namun, belakangan tidak ada lagi yang memprotes hilirisasi yang dilakukan Indonesia.

"Meskipun saat kita 4 tahun yang lalu kita setop nikel, Uni Eropa bawa kita ke WTO. Tapi setelah itu gak ada. Bauksit kita stop gak ada yang komplain, gak ada yang gugat. Tembaga kita stop juga gak ada yang menggugat karena memang mereka sibuk dengan masalah yang mereka hadapi," tuturnya.

Smelter Bauksit

Sebagai contoh, kata dia, smelter bauksit milik PT Borneo Alumina Indonesia yang diresmikannya menjadi langkah lanjutan dalam hilirisasi tambang RI. Smelter milik Holding BUMN Industri Pertambangan, MIND ID ini bisa jadi cara Indonesia menjadi negara industri maju.

"Oleh sebab itu pembangunan smelter PT Borneo Alumina Indonesia ini yang merupakan kerja sama antara PT Inalum dan PT Antam hari ini kita lihat betul-betul telah kejadian dan selesai untuk fase pertamanya," ucap dia.

"Pembangunan smelter Ini merupakan usaha kita menyongsong Indonesia menjadi negara industri mengolah sumber daya alam kita sendiri dan tidak lagi mengekspor bahan-bahan mentah," pungkas dia.

 

 

3 dari 5 halaman

Program Hilirisasi Jokowi Bakal Dilanjutkan Prabowo, Apa Saja?

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai bahwa program hilirisasi tambang masih menyimpan banyak peluang yang belum dilaksanakan. Mulai dari hilirisasi produk timah hingga proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME).

"Saya kira masih banyak peluang yang bisa kita lakukan. Timah belum. Batu bara dijadikan gas, DME, belum," ujar Jokowi usai meresmikan injeksi bauksit perdana di Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR), Selasa (24/9/2024).

Adapun Jokowi pada 2022 sebenarnya telah melakukan groundbreaking proyek DME di Kawasan Industri Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan.

Sayangnya, proyek itu tidak menemui kelanjutan setelah perusahaan asal Amerika Serikat, Air Products and Chemicals Inc., hengkang dari konsorsium hilirisasi tersebut.

Kendati demikian, Jokowi menjamin bahwa program hilirisasi tambang akan terus berlanjut. Ia kemudian menyebut beberapa proyek pengolahan atau smelter di Tanah Air yang sukses dituntaskan dalam waktu dekat.

Mulai dari smelter milik PT Freeport Indonesia di KEK JIIPE Gresik, Jawa Timur, smelter tembaga dan logam mulia PT Amman Mineral International Tbk di Sumbawa Barat, NTB, hingga fasilitas pengolahan bauksit SGAR di Mempawah, Kalimantan Barat.

 

 

4 dari 5 halaman

Ajak Investor

"Satu-satu ini bisa diselesaikan. Kemarin smelter di Sumbawa, PT Amman. Kemudian Freeport selesai. Kemudian fase I ini smelter bauksit SGAR selesai," beber Jokowi.

"Kita harapkan kita tidak mengekspor bahan mentah lagi; semuanya diolah di dalam negeri, nilai tambah di dalam negeri, kesempatan kerja di dalam negeri," ungkapnya.

Ajak Investor

Guna menyukseskan hal itu, Jokowi turut mengajak pihak swasta asing dan dalam negeri untuk ikut terlibat dalam program hilirisasi, melalui skema kerja sama Pemerintah dengan badan usaha (KPBU) hingga membentuk perusahaan patungan atau joint venture.

"Semua yang berkaitan dengan hilirisasi, kerja sama BUMN swasta oke, BUMN dengan BUMN oke, swasta dengan swasta dalam negeri oke. Semuanya dibuka. Kerja sama dengan swasta luar oke," tutur Jokowi.

5 dari 5 halaman

Jokowi Jamin Prabowo Lanjut Hilirisasi Pangan, Sasar Pertanian hingga Kelautan

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjamin presiden terpilih, Prabowo Subianto akan melanjutkan program hilirisasi pangan melalui berbagai sektor. Ini diungkapkannya usai meresmikan fasilitas pengolahan bauksit Smelter Grade Alumina (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (24/9/2024).

Proyek smelter bauksit ini merupakan garapan PT Bauksit Alumina Indonesia (PT BAI) sebagai konsorsium PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum).

Jokowi mengatakan, peresmian proyek SGAR jadi upaya pemerintah untuk terus melanjutkan proses pengolahan sumber daya alam, khususnya di sektor mineral dan batu bara (minerba). Sehingga negara tak lagi tergantung pada produk-produk impor, dan menciptakan efek pengganda atau multiplier effect.  

"Kita harapkan kita tidak ekspor bahan mentah lagi semuanya diolah di dalam negeri, nilai tambah di dalam negeri, kesempatan kerja di dalam negeri," ujar Jokowi. 

RI 1 menyebut, satu per satu proyek smelter di Tanah Air telah sukses dituntaskan dalam waktu dekat ini. Mulai dari smelter milik PT Freeport Indonesia di KEK JIIPE Gresik, Jawa Timur, hingga smelter tembaga dan logam mulia PT Amman Mineral International Tbk di Sumbawa Barat, NTB. 

Tak berhenti di situ saja, ia menambahkan, dirinya juga telah mengamanahkan Prabowo Subianto untuk melanjutkan program hilirisasi di sektor lainnya, khususnya pangan. 

Program hilirisasi pangan nantinya akan turut menyasar sejumlah bidang yang menyimpan harta karun komoditas. Mulai dari pertanian, perkebunan, hingga kelautan. 

"Saya juga diskusi panjang dengan pak Prabowo beliau akan memulai hilirisasi di sektor pertanian, perkebunan, dan kelautan," kata Jokowi. 

"Artinya sektor pangan juga akan masuk ke proses hilirisasi. Dan itu nilai tambah akan berada di dalam negeri," tegas dia.  

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.