Sukses

Harga Minyak Jatuh Lebih dari 2%, Apa Sentimennya?

Harga minyak naik sekitar 1,7% pada hari Selasa sebelum akhirnya kembali terkoreksi pada Rabu

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun lebih dari 2% pada hari Rabu karena kekhawatiran mengenai gangguan pasokan di Libya mereda, sementara kekhawatiran terhadap permintaan minyak tetap ada meskipun ada rencana stimulus terbaru dari China.

Dikutip dari CNBC, Kamis (26/9/2024), Futures minyak Brent ditutup turun USD 1,71, atau 2,27%, menjadi USD 73,46 per barel. Minyak West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,87, atau 2,61%, menjadi USD 69,69 per barel.

Faksi-faksi di Libya menandatangani kesepakatan mengenai proses penunjukan gubernur bank sentral, yang merupakan langkah awal untuk menyelesaikan perselisihan atas kendali bank sentral dan pendapatan minyak yang telah memotong produksi dan ekspor minyak Libya.

"Kemungkinan kembalinya minyak Libya menjadi alasan utama penurunan pasar," kata Bob Yawger, direktur futures energi di Mizuho Bank. "Tidak realistis jika harga mundur USD 5 setelah kekacauan ini terselesaikan."

Ekonomi China

Meskipun serangkaian langkah dukungan moneter yang diumumkan oleh bank sentral China pada hari Selasa, yang merupakan langkah paling berani sejak pandemi, para analis memperingatkan bahwa dukungan fiskal yang lebih besar masih dibutuhkan untuk meningkatkan aktivitas di negara importir minyak mentah terbesar di dunia.

"Masih ada kekhawatiran bahwa dukungan fiskal lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap ekonomi China. Ketidakpastian ini menimbulkan keraguan mengenai pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan, yang menekan harga minyak," kata George Khoury, kepala global pendidikan dan riset di CFI Financial Group.

Harga minyak naik sekitar 1,7% pada hari Selasa setelah China mengumumkan pemotongan suku bunga secara luas dan tambahan pendanaan.

Sementara itu, persediaan minyak mentah di AS turun 4,5 juta barel menjadi 413 juta barel pada minggu yang berakhir 20 September, menurut laporan dari Energy Information Administration (EIA), dibandingkan dengan perkiraan analis dalam survei Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 1,4 juta barel. Persediaan bensin dan distilat juga menurun minggu lalu.

"Tren penurunan persediaan terlalu besar untuk diabaikan. Kita mendengar betapa buruknya permintaan, tetapi ada sinyal campuran," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group. "Kelemahan permintaan tidak sesuai dengan situasi penurunan persediaan ini," tambahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Konflik Timur Tengah

Konflik yang semakin intensif antara Hezbollah yang didukung Iran di Lebanon dan Israel juga mendukung harga minyak, dengan peluncuran roket lintas perbatasan oleh kedua belah pihak meningkatkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.

Meskipun pimpinan Iran menunjukkan sikap menahan diri, serangan mungkin terjadi untuk menjaga muka, namun dengan tetap menghindari kemarahan sekutu-sekutu Eropa dan gangguan pada jalur perdagangan minyak utama, kata Achilleas Georgolopoulos, analis investasi di broker XM.

Sementara itu, badai yang mengancam Pantai Teluk AS telah berubah arah menuju Florida dan menjauh dari area produksi minyak dan gas di dekat Texas, Louisiana, dan Mississippi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.