Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal (PKAPBN BKF) Kementerian Keuangan, Wahyu Utomo memastikan, rencana penambahan K/L Presiden Terpilih Prabowo Subianto tidak akan memberatkan anggaran negara.
Wahyu menuturkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 mendukung penambahan jumlah Kementerian/Lembaga melalui belanja non K/L. Pada tahun depan, belanja non Kementerian/Lembaga ditetapkan sebesar Rp1.541,3 triliun, meningkat signifikan dibandingkan 2024 yang senilai Rp 1.376,7 triliun.
Baca Juga
"Mungkin ada beberapa K/L yang bertambah, kemudian dipisah dan sebagainya, tentu kita mencermati. Tetapi juga sudah kita hitung bahwa itu memungkinkan ditampung dari belanja non K/L," ungkap Wahyu dalam kegiatan media gathering Kemenkeu di Anyer, Banten, dikutip Kamis (26/9/2024).
Advertisement
Wahyu juga menyampaikan, APBN 2025 didesain untuk menangkap program-program unggulan presiden terpilih Prabowo Subianto dengan menyediakan ruang fiskal yang memadai.
"Terkait dinamika penambahan K/L kita cermati dan akomodasi. Tapi, tetap dalam framework pengelolaan fiskal yang sehat dengan defisit (APBN 2025) tetap dikendalikan di 2,53%," tutur dia.
Sebelumnya, ekonom mengungkapkan ada cara agar rencana Prabowo Subianto bisa terealisasi tanpa menambah beban APBN.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov menyebut, hal itu salah satunya dengan penambahan kementerian yang fokus menggarap persoalan pangan Indonesia.
"Kalau pun Presiden mendatang merasa membutuhkan lebih banyak kursi untuk mengakomodir stakeholders politik, ya dengan sektor yang sama di sektor pertanian meski nomenklaturnya ketahanan pangan, ya jalan tengahnya saya pikir ya mengambil sebagian fungsi di Kementerian Pertanian," ungkap Abra kepada Liputan6.com, pada 13 September 2024.
Pemisahan dari Direktorat Jenderal
Caranya dengan melakukan pemisahan dari direktorat jenderal yang ada di Kementan. Misalnya direktorat yang mengurusi soal sarana dan prasarana atau di sektor produksi.
"Nanti bisa dipecah dan aspek direktorat jenderal yang lain di sarana dan prasarana misalnya itu bisa dipecah dibentuklah kementerian baru dari sisi ketahanan pangan, khususnya dalam konteks produksi," tuturnya.
Cara itu dinilai bisa menghemat dana alokasi APBN. Abra bilang, anggaran kementerian hasil dari pecahan tadi bisa menggunakan alokasi awal terhadap direktorat jenderal yang ada di Kementerian Pertanian.
Advertisement
Prabowo Bentuk Kementerian Penerimaan Negara, Kemenkeu Dirombak
Sebelumnya, Dewan Penasihat sekaligus Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Burhanuddin Abdullah, mengungkapkan Presiden terpilih Prabowo Subianto berencana untuk merombak Kementerian Keuangan pada tahun pertama masa jabatannya.
Menurut Burhanuddin, akan dibentuk sebuah Kementerian Penerimaan Negara yang secara khusus bertugas mengelola pajak, bea, dan cukai. Kementerian baru ini akan menjadi penggabungan dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC).
"Perlu ada perubahan kelembagaan. Yang pertama adalah pembentukan Kementerian Penerimaan Negara. Insyaallah, akan ada Menteri Penerimaan Negara yang mengurus pajak, cukai, dan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), terpisah dari Kementerian Keuangan," ujar Burhanuddin dalam acara UOB Economic Outlook 2025, Kamis (26/9/2024).
Dukung Program Prabowo
Burhanuddin menjelaskan bahwa perombakan ini penting untuk mendukung pelaksanaan program strategis Prabowo di tahun pertama kepemimpinannya.
Dia menegaskan bahwa tidak cukup hanya mengandalkan political will; diperlukan perubahan kelembagaan yang mampu meningkatkan penerimaan negara secara signifikan.
"Political will saja tidak cukup. Harus ada kapasitas untuk mengimplementasikannya. Oleh karena itu, diperlukan perubahan kelembagaan," lanjutnya.
Kementerian BUMN Juga Dirombak
Selain perubahan di Kementerian Keuangan, Burhanuddin juga menyebut bahwa transformasi kelembagaan akan dilakukan di Kementerian BUMN.
Menurutnya, meskipun nilai total BUMN Indonesia mencapai USD 1 triliun, kontribusinya terhadap negara masih dianggap rendah.
Perubahan kelembagaan ini direncanakan akan mulai diterapkan pada Januari 2025, ketika pemerintahan Prabowo resmi berjalan.
"Harus ada transformasi kelembagaan, transformasi bisnis, transformasi kultural, dan transformasi manajemen. Itu yang akan kita lakukan mulai Januari 2025," pungkas Burhanuddin.
Advertisement