Liputan6.com, Jakarta - Elon Musk, pengusaha fenomenal sekaligus salah satu orang terkaya di dunia, tidak diundang ke KTT Investasi Internasional yang diselenggarakan pemerintah Inggris. Keputusan ini diambil sebagai tanggapan atas komentar kontroversialnya di media sosial yang selama kerusuhan yang terjadi di Inggris bulan lalu.
Kerusuhan di Inggris meletus setelah adanya insiden penikaman di Southport yang menewaskan tiga orang anak. Dalam salah satu unggahannya Elon Musk di media sosial X memprediksi terjadinya perang saudara di Inggris dan berulang kali mengkritik Perdana Menteri Inggris. Alhasil Unggahannya tersebut menuai kecaman dari berbagai pihak.
Baca Juga
Mengutip BBC, Kamis (26/9/2024), KTT yangakan dilaksanakan pada Oktober ini merupakan acara penting bagi Perdana Menteri Keir Starmer, yang berharap dapat menarik investasi bernilai miliaran dolar AS dari investor global. Dengan begitu, investasi ini akan membantu pertumbuhan ekonomi Inggris.
Advertisement
Elon Musk sebenarnya diundang pada acara serupa tahun lalu, bahkan memimpin diskusi utama pada KTT AI di bulan November bersama PM sebelumnya, Rishi Sunak.
Selama kerusuhan Agustus, Musk sempat membagikan teori konspirasi yang menyatakan bahwa Inggris sedang membangun "kamp penahanan" di Kepulauan Falkland untuk menahan para perusuh.
Meskipun unggahan tersebut akhirnya dihapus, banyak pejabat pemerintah Inggris menganggap pernyataannya sebagai sesuatu yang tidak bisa diterima. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Musk tidak diundang ke acara besar tersebut pada 14 Oktober.
KTT sebagai Peluang Penting untuk Menarik Investasi Asing
Pemerintah Inggris menganggap acara ini sebagai peluang penting untuk menarik investasi asing yang akan mendukung perekonomian negara. Di bawah pemerintahan Partai Buruh, KTT ini dijanjikan akan diadakan dalam 100 hari pertama mereka berkuasa.
Elon Musk sendiri sudah pernah diajak pemerintah Inggris untuk mempertimbangkan lokasi pabrik Tesla di sana, namun ia akhirnya memilih Jerman sebagai lokasi pabrik baru, dengan alasan terkait Brexit. Di sisi lain, Musk adalah peserta reguler dalam KTT investasi di Perancis, bahkan makan siang selama tiga jam dengan Presiden Emmanuel Macron pada bulan Juli lalu.
Di bawah kepemilikan Musk atas X, ia membatalkan larangan terhadap sejumlah tokoh sayap kanan, termasuk kelompok Britain First. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di Inggris, yang saat ini tengah mempertimbangkan undang-undang keamanan online yang lebih ketat untuk mengatasi penyebaran misinformasi dan konten bermuatan rasis.
Sebagai informasi, Elon Musk saat ini memiliki kekayaan bersih sekitar USD 228 miliar atau sebagian besar berasal dari sahamnya di Tesla.
Meski awalnya tidak banyak dikenal, Musk kini menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia teknologi, dengan karir yang penuh dengan keputusan bisnis yang sering kali dianggap kontroversial.
Advertisement