Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak positif pada awal perdagangan Jumat ini. Kenaikan rupiah ini diperkirakan akan terus berlanjut sepanjang hari karena sentimen data klaim pengangguran AS yang lebih baik dari perkiraan.
Pada Jumat (27/9/2024) pagi, nilai tukar rupiah naik 72 poin atau 0,47 persen menjadi 15.093 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.165 per dolar AS.
Baca Juga
Analis mata uang Lukman Leong menjelaskan, rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang berbalik melemah walau sempat menguat setelah revisi pada data produk domestik bruto AS menunjukkan penjualan barang tahan lama yang lebih kuat dari perkiraan.
Advertisement
"Begitu pula dengan data klaim pengangguran AS yang juga lebih baik," kata Lukman Leong dikutip dari Antara.
Ia menuturkan pemesanan barang tahan lama 0 persen, lebih baik dibanding perkiraan -2,6 persen. Sementara klaim pengangguran AS 218 ribu pekerja, lebih baik dari perkiraan 225 ribu.
Namun, sikap ketua bank sentral AS atau The Fed Jerome Powell dan pejabat The Fed lainnya yang semalam menolak memberikan pernyataan mengenai kebijakan moneter, ditanggapi investor sebagai sinyal akan kebijakan The Fed kedepannya yang mungkin masih akan tetap agresif menurunkan suku bunga.
Lukman memperkirakan rupiah bergerak di rentang 15.050 per dolar AS sampai dengan 15.200 per dolar AS.
Kata Sri Mulyani
Sebelumnya, langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) dinilai mendorong nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat.
Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Adapun berdasarkan data RTI, rupiah berada di posisi 15.195 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin sore, 23 September 2024.
"Kita lihat kurs kita di Rp15.287 per USD itu penguatan rupiah sangat ketat kelihatan, kalau kita lihat periode akhir juli dengan September awal itu stip decline artinya penguatan rupiah," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Senin (23/9/2024).
Sri Mulyani menuturkan, dalam setahun, nilai tukar rupiah mengalami apresiasi sebesar 0,54 persen, mengimbangi depresiasi sebelumnya sekitar 5 persen.
"Untuk pergerakan kurs ini setahun dalam hal ini kita mengalami apresiasi sudah 0,54 persen itu hal yang mengkompensit kemarin depresiasi sekitar 5 persen," kata dia.
Selain itu, Sri Mulyani menuturkan, penurunan yield surat berharga negara (SBN) 10 tahun yang kini berada di 6,42 persen akan menguntungkan APBN dan mengurangi beban pembayaran utang.
"Pergerakan dari yield surat berharga kita 10 tahun, untuk yang local currency indonesia 10 tahun di 6,42 persen ini menunjukkan tensi yang menurun ini berarti cukup positif untuk APBN karena berarti tensi dari pembayaran utang kita bisa diperkirakan bisa mengakami penurunan," ujar dia.
Advertisement
Yield US Treasury
Sementara, penurunan yield US Treasury 10 tahun menjadi 3,74 persen juga diharapkan dapat menurunkan biaya pinjaman. "Nah ini juga memberikan harapan terhadap cost off borrowing yang lebih rendah dan diharapakan ini juga bisa memacu kegiatan ekonomi secara positif," terang dia.
Sri Mulyani juga mencatat adanya peningkatan aliran modal masuk ke Indonesia, baik dari pembelian saham maupun surat berharga negara.
"Bulan Agustus melonjak lebih tinggi lagi dan pada September hingga tanggal 19 juga mengalami positif flow untuk SBN maupun dari sisi saham," pungkasnya.