Sukses

Harga Minyak Mentah Cetak Kenaikan Mingguan Terbaik

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melonjak 9,09% minggu ini dan mencetak kenaikan mingguan terbesar sejak Maret 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) membukukan kenaikan mingguan terbaik dalam lebih dari setahun. Kenaikan harga minyak ini terjadi karena para pedagang khawatir Israel akan menyerang fasilitas minyak mentah Iran sebagai balasan atas serangan rudal balistik Teheran.

Mengutip CNBC, Sabtu (5/10/2024), harga minyak mentah patokan AS, West Texas Intermediate (WTI) melonjak 9,09% minggu ini dan mencetak kenaikan mingguan terbesar sejak Maret 2023.

Sedangkan patokan global, minyak Brent melonjak 8,43% untuk kenaikan mingguan terbesar sejak Januari 2023.

Minyak mentah AS melonjak sekitar 5% pada hari Kamis setelah Presiden Joe Biden mengindikasikan Gedung Putih sedang membahas serangan Israel terhadap industri minyak Iran.

Biden mengklarifikasi komentar tersebut pada hari Jumat, mencegah Israel menargetkan ladang minyak.

“Israel belum menyimpulkan apa yang akan mereka lakukan. Itu masih dalam pembahasan,” kata Biden kepada wartawan pada jumpa pers Gedung Putih.

“Jika saya berada di posisi mereka, saya akan memikirkan alternatif lain selain menyerang ladang minyak.”

Rincian Harga Energi Jumat:

Harga minyak WTI untuk kontrak November dipatok USD 74,38 per barel, naik 67 sen atau 0,91%. Dari awal tahun sampai saat ini harga minyak mentah AS telah naik hampir 4%.

Harga minyak Brent untuk kontrak Desember ditutup USD 78,05 per barel, naik 43 sen atau 0,55%. Tahun ini harga minyak patokan global ini telah naik lebih dari 1%.

Harga bensin kontrak November dipatok USD 2,0958 per galon, naik 0,15%. Tahun ini bensin sedikit berubah.

Harga gas alam untuk kontrak November ditutup USD 2,854 per seribu kaki kubik, turun 3,91%. Tahun ini harga gas naik lebih dari 13%.

 

2 dari 3 halaman

Israel Balik Menyerang

Kepala analis minyak Goldman Sachs Daan Struyven mengatakan, harga minyak mentah akan melonjak USD 10 hingga USD 20 per barel jika serangan Israel melumpuhkan 1 juta barel produksi Iran per hari selama periode yang berkelanjutan.

"Seberapa tinggi harga akan naik tergantung pada apakah OPEC menggunakan kapasitas minyak cadangannya untuk menutupi kesenjangan tersebut," kata Struyven.

Harga minyak telah melonjak minggu ini karena ketegangan geopolitik, harga telah naik dari titik terendah.

Bulan lalu, harga mencapai level terendah dalam hampir tiga tahun karena sentimen bearish melanda pasar karena permintaan yang lemah di Tiongkok dan rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi.

"Risiko terhadap prospek harga minyak jelas signifikan," kata Struyven kepada "Squawk Box Asia" CNBC, Jumat.

Pasar minyak sebagian besar mengabaikan perang yang meningkat di Timur Tengah hingga Iran meluncurkan hampir 200 rudal balistik ke Israel pada hari Selasa.

"Premi risiko geopolitik yang diperhitungkan dalam pasar minyak hingga hari ini pada dasarnya cukup moderat," kata Struyven.

 

3 dari 3 halaman

Premi Risiko

Harga minyak Brent sekitar USD 77 per barel masih di bawah pandangan Goldman Sachs tentang apa yang merupakan nilai wajar berdasarkan tingkat persediaan, katanya.

"Premi risiko telah moderat karena tidak ada gangguan pasokan yang berkelanjutan selama dua tahun terakhir meskipun ketegangan geopolitik tinggi," kata Struyven.

Ada juga sekitar 6 juta barel per hari kapasitas cadangan yang dapat beroperasi dan mengimbangi keketatan dari sebagian besar skenario gangguan pasokan, kata analis Goldman Sachs.