Liputan6.com, Jakarta Laporan terbaru yang dirilis oleh Glints dan Monk’s Hill Ventures (MHV) mengenai kinerja perusahaan startup di Asia Tenggara (ASEAN) pada 2024 menunjukkan tren penurunan gaji pekerja startup, terutama di Indonesia.
Penurunan ini didorong oleh berbagai faktor, terutama tingginya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor teknologi dan upaya pemotongan biaya operasional oleh perusahaan.
Baca Juga
Laporan ini menganalisis data lebih dari 10.000 pekerja startup dan melibatkan wawancara dengan 183 pimpinan serta pendiri startup di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan Taiwan. Salah satu temuan utama adalah penurunan tajam gaji pekerja di sektor startup selama 2023, dengan posisi junior engineering menjadi salah satu yang paling terdampak.
Advertisement
Penyebab Penurunan Gaji Startup di Indonesia
Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan gaji pekerja startup di Indonesia adalah aksi PHK besar-besaran yang melanda sektor teknologi.
Banyak perusahaan melakukan pemotongan biaya untuk bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Kondisi ini menyebabkan banyak posisi, terutama yang berhubungan dengan engineering, mengalami penurunan gaji yang signifikan.
"Posisi teknisi junior menjadi yang paling terdampak di seluruh wilayah, termasuk Indonesia, diikuti dengan penurunan gaji di berbagai posisi engineering lainnya," demikian menurut laporan Glints yang dikutip pada Minggu (6/10/2024).
Indonesia mencatatkan penurunan gaji tertinggi di kawasan ASEAN, dengan angka penurunan mencapai 7 persen. Posisi frontend dan backend developer adalah yang paling terpengaruh, mencatatkan penurunan terbesar di antara seluruh posisi engineering di Indonesia.
Pertumbuhan di Posisi UI/UX dan Business Development
Di tengah penurunan gaji di banyak posisi teknis, ada peningkatan gaji di beberapa bidang lain, terutama peran-peran yang berhubungan dengan UI/UX. Gaji untuk periset UI/UX naik hingga 7,8 persen, sementara gaji perancang UI/UX mengalami kenaikan 3,4 persen. Ini menunjukkan bahwa peran UI/UX semakin diakui dan dihargai dalam ekosistem startup Indonesia.
Selain itu, posisi business development (BD) dan sales di seluruh kawasan ASEAN mengalami peningkatan gaji hingga 20 persen. Peningkatan ini mencerminkan fokus yang lebih besar dari startup untuk mencapai profitabilitas di tengah dunia yang semakin terdigitalisasi, di mana posisi non-teknologi seperti BD dan sales tetap memegang peran penting.
Â
Tantangan Startup di Indonesia: Tahap Awal yang Rentan
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, menyoroti bahwa banyak startup di Indonesia masih berada pada tahap awal atau early stage, yang merupakan fase paling rentan bagi keberlangsungan sebuah startup. Untuk membantu startup bertahan dan berkembang, pendampingan melalui program inkubasi menjadi sangat penting.
"Pada fase early stage, pendampingan inkubasi sangat krusial. Kebanyakan startup kita masih berada di tahap ini," ujar Teten Masduki dalam sebuah wawancara pada Selasa (17/9/2024).
Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM telah menginisiasi program startup global yang bertujuan untuk membantu startup tahap awal agar mampu bersaing di pasar internasional. Dalam tiga tahun terakhir, lebih dari 700 startup telah mengikuti program inkubasi ini.
Teten juga menyoroti potensi besar yang ada di sektor agrikultur, pendidikan, dan kesehatan sebagai peluang besar bagi startup Indonesia. Dengan pendampingan yang tepat, startup di sektor-sektor ini memiliki potensi untuk berkembang pesat di masa mendatang.
Â
Â
Â
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement