Sukses

Harga Emas Tertekan Data AS, Potensi Koreksi Masih Besar

Pergerakan harga emas ini masih berada di bawah bayang-bayang pelemahan jangka pendek, terutama setelah laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia mengalami tekanan pada hari ini. Emas dibuka pada level psikologis USD 2.650-an setelah penurunan yang signifikan di akhir pekan lalu. Pada hari Jumat 4 Oktober 2024, emas sempat tertekan hingga ke level USD 2.650 karena para investor lebih memilih menjual aset berisiko dan beralih ke Dolar AS yang menguat tajam akibat data pasar tenaga kerja AS yang kuat.

Analisis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, pergerakan harga emas ini masih berada di bawah bayang-bayang pelemahan jangka pendek, terutama setelah laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS yang menunjukkan peningkatan signifikan di berbagai indikator.

Berdasarkan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini, Andy Nugraha mencatat bahwa tren bullish emas mulai memudar. Indikator ini memberikan sinyal bahwa tekanan bearish bisa terus berlanjut dalam waktu dekat.

"Harga emas memiliki potensi untuk turun lebih lanjut hingga mencapai level USD 2.625. Namun, apabila harga gagal menembus support ini dan mengalami rebound, harga diperkirakan bisa kembali naik dengan target terdekat di sekitar USD 2.667," jelas dia Senin (7/10/2024). 

Potensi pergerakan emas hari ini sangat dipengaruhi oleh kombinasi faktor teknikal dan fundamental. Di satu sisi, secara teknikal, tren bearish yang mulai terbentuk menambah kekhawatiran bahwa emas akan terus terkoreksi.

Namun, ada kemungkinan pemulihan jika terjadi rebound yang didukung oleh kekuatan beli dari para trader yang masih melihat emas sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian global.

 

2 dari 3 halaman

Data AS

Laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS untuk bulan September menjadi salah satu faktor utama yang membebani harga emas saat ini. Laporan tersebut menunjukkan adanya penambahan 254 ribu karyawan baru, jauh di atas ekspektasi pasar yang hanya sebesar 140 ribu, serta lebih tinggi dari revisi data Agustus yang mencapai 159 ribu.

Selain itu, Tingkat Pengangguran AS turun ke 4,1%, lebih rendah dari 4,2% pada bulan sebelumnya, serta lebih baik dari prakiraan.

Peningkatan ini juga didukung oleh kenaikan Penghasilan Per Jam Rata-Rata yang tumbuh 4,0% secara tahunan, lebih tinggi dari revisi bulan sebelumnya yang mencapai 3,9%.

Data ini mengisyaratkan bahwa pasar tenaga kerja AS dalam kondisi sehat dan kuat, memberikan indikasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) tidak akan segera menurunkan suku bunga secara signifikan dalam waktu dekat. Hal ini memperkuat posisi Dolar AS dan menekan harga emas, yang cenderung melemah ketika ekspektasi penurunan suku bunga berkurang.

 

3 dari 3 halaman

Geopolitik Beri Tenaga ke Emas

Kendati data NFP memberikan tekanan pada harga emas, potensi penurunan emas mungkin akan terbatas. Hal ini disebabkan oleh arus safe haven yang didukung oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Ketegangan ini meningkat setelah Israel diperkirakan akan melancarkan serangan balasan terhadap Iran, menyusul serangan rudal yang diduga diluncurkan oleh Iran untuk membalas kematian Hassan Nasrallah, kepala kelompok Hizbullah yang didukung Iran. Ketidakpastian ini membuat beberapa investor tetap beralih ke emas sebagai aset aman, yang dapat membatasi penurunan lebih lanjut.

Menurut Andy Nugraha, faktor geopolitik ini bisa memberikan dukungan tambahan bagi harga emas, terutama jika ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat. Meski demikian, investor tetap harus waspada karena faktor penguatan Dolar AS dan potensi kebijakan moneter The Fed yang lebih ketat masih menjadi tantangan utama bagi emas dalam jangka pendek.

Secara keseluruhan, emas menghadapi tekanan dari dua sisi yang berlawanan. Di satu sisi, data ekonomi AS yang kuat dan penguatan Dolar AS cenderung menekan harga emas. Di sisi lain, ketegangan geopolitik di Timur Tengah memberikan dukungan bagi emas sebagai aset safe haven.