Sukses

Rupiah Ditutup Menguat dari Dolar AS, Bank Dunia Beri Sentimen Positif

Rupiah ditutup menguat 32 point terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Selasa sore (8/10).

Liputan6.com, Jakarta Rupiah ditutup menguat 32 point terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Selasa sore (8/10). Rupiah sebelumnya sempat melemah 20 poin kemudian menguat 35 point dilevel 15.655 dari penutupan sebelumnya di level 15.687,5.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang 15.640 - 15.740," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, dikutip Selasa (8/10/2024).

Rupiah melemah setelah Bank Dunia atau World Bank menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2024 dan 2025 masing-masing menjadi sebesar 5% dan 5,1%.

Dalam perkiraan sebelumnya yang rilis pada bulan April 2024, Bank Dunia memproyeksi ekonomi Indonesia akan tumbuh di angka 4,9% pada 2024 dan 5% pada 2025.

Dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2024, Bank Dunia melihat kawasan Asia Timur dan Pasifik terus bertumbuh lebih cepat daripada kawasan lain di dunia, meski masih lebih lambat daripada sebelum pandemi Covid-19.

Wakil Presiden Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Manuela V. Ferro mengatakan, proyeksi pertumbuhan di kawasan ini secara umum berada pada angka 4,8% di tahun 2024, kemudian kembali melambat ke 4,4% di tahun 2025.

Indonesia Tetap Cerah

Meski secara umum diproyeksikan melambat, Bank Dunia memperkirakan, Indonesia akan terus tumbuh yang ditopang oleh meningkatnya konsumsi dalam negeri, pulihnya ekspor barang, dan kembali bergairahnya sektor pariwisata. Di antara negara-negara besar, pada tahun 2024 dan 2025 hanya Indonesia yang diperkirakan bertumbuh setara atau di atas tingkat pertumbuhan sebelum pandemi.

"Secara umum, proyeksi Bank Dunia terhadap Indonesia tersebut mendekati harapan pemerintah di angka 5,2% pada tahun ini dan tahun depan. Sementara pada kuartal II/2024, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05% (year on year/YoY) dan 5,08% secara tahun berjalan (year to date/YtD). Adapun, realisasi produk domestik bruto (PDB) untuk kuartal III/2024 akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 November mendatang," Ibrahim menyoroti.

 

2 dari 2 halaman

Fokus Investor

Sementara itu, di AS, investor masih mempertimbangkan prospek suku bunga setelah laporan pekerjaan yang kuat minggu lalu memupuskan harapan untuk penurunan suku bunga yang besar, sementara meningkatnya ketegangan di Timur Tengah merusak sentimen risiko.

Para pedagang juga mengubah secara drastis ekspektasi pelonggaran moneter mereka dari Federal Reserve tahun ini.

CME FedWatch Tools kini menunjukkan, pasar tidak lagi sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga pada bulan November dan memperkirakan peluang 86% untuk penurunan 25 basis poin.

Adapun Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis Alberto Musalem mengatakan pada hari Senin bahwa ia mendukung lebih banyak penurunan suku bunga karena ekonomi bergerak maju di jalur yang sehat, sambil mencatat bahwa sudah sepantasnya bagi Fed untuk berhati-hati dan tidak berlebihan dalam pelonggaran moneter.

"Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun acuan tetap berada di atas 4% pada jam perdagangan Asia, setelah menyentuh level tersebut pada hari Senin untuk pertama kalinya dalam dua bulan karena para pedagang mengurangi taruhan pada pemotongan suku bunga yang sangat besar. Fokus investor minggu ini adalah pada laporan inflasi yang akan dirilis pada hari Kamis serta risalah rapat Fed bulan September yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Rabu," papar Ibrahim.