Sukses

Geopolitik Berisiko Rugikan Ekonomi Global USD 14,5 Triliun

Dampak ekonomi akan terjadi akibat kerusakan parah pada infrastruktur di wilayah konflik timur tengah dan potensi jalur pelayaran yang terganggu.

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan asuransi asal Inggris, Lloyd's of London memperkirakan ekonomi global dapat menghadapi kerugian sebesar USD 14,5 triliun dalam lima tahun ke depan, akibat konflik geopolitik yang menghantam pasokan.

Mengutip US News, Kamis (10/10/2024) Lloyd's mengingatkan bahwa dampak ekonomi akan terjadi akibat kerusakan parah pada infrastruktur di wilayah konflik dan potensi jalur pelayaran yang terganggu.

Seperti diketahui, konflik di Ukraina dan Gaza, Palestina telah mengganggu rute pelayaran di Laut Hitam dan Laut Merah.

"Dengan lebih dari 80% impor dan ekspor dunia, sekitar 11 miliar ton barang di laut pada waktu tertentu, penutupan rute perdagangan utama karena konflik geopolitik merupakan salah satu ancaman terbesar bagi sumber daya yang dibutuhkan untuk ekonomi yang tangguh," kata Lloyd's dalam keterangannya.

Berdampak Tinggi

Kemungkinan konflik geopolitik seperti itu merupakan risiko sistemik atau kemungkinan kecil tetapi berdampak tinggi, beber Lloyd's.

Lloyd's mengatakan pihaknya juga telah meneliti risiko sistemik potensial lainnya dalam kemitraan dengan Pusat Studi Risiko Cambridge, termasuk serangan siber dan peristiwa cuaca ekstrem.

Diwartakan sebelumnya, lembaga pemeringkat S&P Global juga telah mengingatkan bahwa ekonomi global tengah memasuki masa berbahaya menyusul ketegangan di Timur Tengah yang terus meningkat.

 

2 dari 2 halaman

Ancam Ekonomi Global

Ketua S&P Global, Daniel Yergin mengatakan bahwa serangan Israel ke Palestina dan beberapa negara tetangga di Timur Tengah tidak hanya akan menjadi pengulangan, tetapi akan menimbulkan dampak yang jauh lebih berat.

Ketika ditanya apakah ekonomi global berada di ambang guncangan pasokan lain yang diakibatkan oleh ketegangan Timur Tengah, Yergin mengatakan ini adalah waktu yang genting bagi pasar.

"Saya pikir ini adalah waktu yang sangat berbahaya, yang belum pernah kita lihat," kata Yergin, dikutip dari CNBC International.