Sukses

Blue Bird Hadirkan QRIS untuk Permudah Pembayaran

Senior Executive Vice President Retail Digital Solutions BNI, Rian Eriana Kaslan menegaskan inisiatif ini sejalan dengan upaya BNI guna mendukung transformasi digital di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - PT Blue Bird Tbk bersama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI)  resmi jalin kolaborasi strategis dalam penerapan sistem pembayaran digital QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di lebih dari 17.500 armada Bluebird.

Langkah ini bertujuan memperluas adopsi pembayaran digital di sektor transportasi dan memudahkan pelanggan dalam bertransaksi. 

Senior Executive Vice President Retail Digital Solutions BNI, Rian Eriana Kaslan menegaskan inisiatif ini sejalan dengan upaya BNI guna mendukung transformasi digital di Indonesia.

"Implementasi QRIS di seluruh armada Blue Bird diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan dan memperluas adopsi pembayaran digital," ungkap Rian dalam acara peluncuran QRIS kolaborasi BNI dan Bluebird pada Selasa (15/10/2024) di Bluebird Head Office.

Rian juga mengungkapkan volume transaksi QRIS BNI secara nasional telah mengalami pertumbuhan signifikan hingga 20.612% pada September 2024 dibandingkan periode tahun sebelumnya. 

BNI juga turut menawarkan promo cashback sebesar 20% bagi pengguna aplikasi ‘’wondr by BNI’’ saat bertransaksi di Bluebird. Selain itu, taksi Bluebird akan menampilkan branding aplikasi wondr by BNI guna meningkatkan kesadaran publik akan layanan dan kemudahan transaksi digital yang ditawarkan. 

Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Adrianto Djokosoetono, menyatakan bahwa kerja sama ini selaras dengan komitmen Bluebird dalam memberikan layanan terbaik melalui standar "Mobilitas Nyaman Indonesia" (SNI). "Dengan QRIS BNI, kami ingin memberikan pengalaman mobilitas yang lebih praktis kepada konsumen," ujar Adrianto. 

Kolaborasi BNI dan Blue Bird diharapkan dapat terus berinovasi dalam memperkuat ekosistem digital dan memberikan pengalaman mobilitas terbaik bagi pengguna di Indonesia.  

 

2 dari 4 halaman

Pemilik Blue Bird Pertama Kali Siapa? Ini Sosok dan Sejarah Panjang Berdirinya

Pemilik Blue Bird pertama kali adalah Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, seorang wanita visioner yang memulai bisnis taksi dari modal berdagang telur dan batik. Ibu Djoko, demikian ia akrab disapa, lahir di Malang pada 17 Oktober 1921 dan merintis Blue Bird pada tahun 1972 dengan 25 armada taksi Holden Torana. 

Kegigihannya dalam menghadapi berbagai tantangan hidup menjadikan Blue Bird sebagai perusahaan taksi terkemuka di Indonesia.

Sosok Ibu Djoko dikenal sebagai pengusaha yang ulet dan pantang menyerah. Meski terlahir dari keluarga berkecukupan, ia mengalami masa sulit saat orang tuanya bangkrut ketika ia berusia 5 tahun. Pengalaman hidup yang berat ini justru membentuk karakternya menjadi pribadi yang tangguh dan kreatif dalam mencari peluang usaha.

Sejarah pemilik Blue Bird pertama kali menarik untuk diketahui karena menggambarkan perjalanan seorang wanita dalam membangun bisnis besar dari nol. Kisah Ibu Djoko membuktikan bahwa kesuksesan dapat diraih melalui kerja keras, inovasi, dan kegigihan tanpa mengenal gender.

Perjuangannya dalam membangun Blue Bird menjadi inspirasi bagi banyak pengusaha, terutama wanita, untuk berani memulai dan mengembangkan bisnis mereka sendiri. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari laman website resmi Blue Bird Group dan sumber lainnya, Selasa (1/10/2024). 

 

3 dari 4 halaman

Sosok Pemilik Blue Bird Pertama Kali

Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, yang lebih dikenal sebagai Ibu Djoko, adalah pemilik Blue Bird pertama kali yang memulai bisnis taksinya pada tahun 1972. Lahir di Malang pada 17 Oktober 1921, Ibu Djoko mengalami masa kecil yang penuh tantangan ketika keluarganya jatuh bangkrut saat ia berusia 5 tahun.

Pengalaman hidup yang sulit ini tidak mematahkan semangatnya, justru membentuk karakternya menjadi seorang yang tangguh dan pantang menyerah. Tekadnya untuk terus bersekolah membuahkan hasil dengan kelulusannya dari Sekolah Guru Belanda atau Eropese Kweekschool pada 1930-an, yang kemudian dilanjutkan dengan menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Perjalanan Ibu Djoko sebagai pemilik Blue Bird pertama kali dimulai dari usaha-usaha kecil untuk menopang ekonomi keluarga. Setelah menikah dengan Djokosoetono, seorang dosen yang juga pendiri Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Ibu Djoko menghadapi tantangan ekonomi pada tahun 1950-an saat Indonesia mengalami krisis. Tidak menyerah pada keadaan, ia memulai usaha berjualan batik dari rumah ke rumah pada tahun 1960-an. 

 

4 dari 4 halaman

Peluncuran Blue Bird

Keberhasilannya dalam bisnis batik mendorong Ibu Djoko untuk merambah ke bisnis telur, yang saat itu merupakan komoditas eksklusif. Ketekunannya dalam menjalankan kedua bisnis ini menjadi modal awal yang penting dalam membangun usaha taksi rumahan yang kelak menjadi cikal bakal Blue Bird.

Pada 1965, Ibu Djoko bersama dua anaknya, Chandra Suharto dan Purnomo Prawiro, mulai mengoperasikan taksi tanpa argo dengan nama "Chandra Taxi" dari rumahnya di Jalan Cokroaminoto No. 107.

Tujuh tahun kemudian, tepatnya pada 1972, Blue Bird resmi diluncurkan dengan 25 armada Holden Torana yang beroperasi di Jakarta. Inovasi Ibu Djoko sebagai pemilik Blue Bird pertama kali terlihat dari keputusannya untuk menggunakan sistem tarif berdasarkan argometer, yang menjadikan Blue Bird sebagai pelopor taksi berargometer di Indonesia.Â