Liputan6.com, Jakarta - Airbus mengumumkan rencana untuk memecat atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 2.500 pekerjanya di divisi armada pertahanan dan antariksa.
Melansir CNN Business, Kamis (17/10/2024), Airbus yang merupakan produsen pesawat yang berkantor pusat di Belanda itu mengatakan, PHK terjadi akibat lingkungan bisnis yang kompleks yang ditandai oleh berbagai tantangan termasuk meningkatnya biaya dan perubahan cepat dalam kondisi global.
Baca Juga
Airbus mengatakan, pihaknya akan menyelesaikan proses PHK tersebut pada pertengahan tahun 2026.
Advertisement
Namun, perusahaan tidak mengungkap di negara mana PHK tersebut, yang mencakup sekitar 1,7% dari total tenaga kerjanya akan dilakukan.
Mike Schoellhorn, kepala eksekutif Airbus Defence and Space, mengungkapkan bahwa divisi pertahanan dan antariksa telah menghadapi situasi bisnis yang berubah dengan cepat dan sangat menantang dengan rantai pasokan yang terganggu, perubahan cepat dalam peperangan, dan meningkatnya tekanan biaya karena kendala anggaran.
PHK tersebut merupakan bagian dari restrukturisasi yang lebih luas, yang bertujuan untuk membuat unit tersebut lebih cepat, lebih ramping, dan lebih kompetitif, kata Schoellhorn dalam sebuah pernyataan.
Pengumuman PHK di Airbus muncul di tengah perubahan industri pertahanan dan antariksa global, yang menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan.
Namun, perusahaan pertahanan besar seperti Airbus yang seharusnya diuntungkan dari lonjakan permintaan menghadapi persaingan ketat.
"Sejumlah perusahaan baru telah muncul sebagai alternatif pemasok tradisional untuk pengembangan dan penyebaran kemampuan 'generasi berikutnya' yang cepat," tulis para analis.
Cathay Pacific Kandangkan 15 Pesawat Airbus A350 yang Dioperasikan
Proses inpeksi yang dijalankan Cathay Pacific Airways sejak Senin, 2 September 2024, berakhir pada Selasa, 3 September 2024. Hasilnya, 15 armada pesawat Airbus A350 terpaksa dikandangkan karena komponen mesin dalam harus diganti.
Insiden itu dipicu oleh masalah mesin pesawat yang rusak yang dialami pesawat Airbus A350 tujuan Zurich pada Senin, 2 September 2024. Saat itu pesawat terpaksa kembali ke landasan pacu di Hong Kong setelah satu jam lepas landas.
Mengutip Chanel News Asia, Rabu (4/9/2024), Aviation Herald, sebuah publikasi keselamatan udara, melaporkan bahwa jet tersebut berbalik arah setelah peringatan kokpit memperingatkan adanya kebakaran di salah satu dari dua mesin Rolls-Royce XWB-97. Setelah diperiksa rutin dan mengeluarkan botol pemadam kebakaran, para kru membuang bahan bakar dan kembali ke pangkalan.
Seorang sumber mengemukakan dugaan kebocoran pada sistem bahan bakar menyebabkan kebakaran mesin sesaat yang dengan cepat dipadamkan oleh awak pesawat dimaksud. Belum ada tanda-tanda bahwa insiden itu akan memicu tindakan regulasi yang signifikan yang melibatkan armada A350, tambah sumber tersebut.
Advertisement
Saham Turun
Insiden tersebut menyebabkan penurunan tajam saham pembuat mesin Inggris Rolls-Royce pada awal pekan ini, tetapi saham tersebut bangkit kembali keesokan harinya karena kekhawatiran pasar mereda dan beberapa analis menyebut aksi jual tersebut berlebihan. Saham Rolls-Royce naik 2,4 persen dan termasuk di antara peraih keuntungan tertinggi (top gainer) pada indeks blue-chip FTSE 100 London.
Cathay Pacific mengatakan tiga dari 48 pesawat bermesin Rolls-Royce yang telah diperiksa telah diperbaiki dan diharapkan dapat kembali beroperasi pada Sabtu, 7 September 2024. Maskapai yang berbasis di Hong Kong itu membatalkan setidaknya 34 penerbangan pulang pergi karena gangguan pada armadanya.