Sukses

Ternyata Bisnis Penerbangan Belum Sepenuhnya Pulih, Solusinya?

Sebagai asosiasi maskapai penerbangan nasional, INACA selama ini telah melakukan pendekatan kepada berbagai pemangku kepentingan dan berupaya menjadi mitra diskusi yang serius dalam upaya pengembangan industri penerbangan nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA), Denon Prawiraatmadja, mengungkapkan bahwa bisnis penerbangan nasional tidak sedang dalam kondisi baik. Oleh karena itu, dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak untuk memberikan angin segar.

Denon menceritakan bahwa bisnis penerbangan belum pulih sepenuhnya setelah terdampak pandemi Covid-19. Tantangan terus berlanjut akibat kondisi geopolitik global.

“Bisnis penerbangan seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Karena pemulihan 100% dari dampak pandemi Covid-19 yang melanda dari tahun 2020-2022 belum selesai, kini terdampak krisis geopolitik global,” ujar Denon setelah Rapat Umum Anggota INACA di Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta, Kamis (17/10/2024).

Menurut Denon, maskapai nasional telah berupaya meningkatkan produksi untuk menambah pendapatan, tetapi mereka juga dihadapkan pada biaya yang sangat besar. Ditambah lagi, daya beli masyarakat yang melemah memberikan dampak kurang positif.

“Berbagai masalah yang menghantam industri penerbangan menyadarkan kita bahwa jika ingin bertahan, kita harus bekerja sama, berkolaborasi antar seluruh pemangku kepentingan. This is a collaboration era, not a competition era! Tantangannya terlalu besar untuk kita hadapi sendirian,” lanjut Denon.

Kolaborasi bukan hanya dilakukan seperti di dalam suatu perusahaan, tetapi juga kerjasama antar berbagai pemangku kepentingan. Terutama dalam berbagi pengalaman, memberikan layanan prima kepada pelanggan, memperbesar pangsa pasar, dan bersama-sama mencapai profitabilitas.

Sebagai asosiasi maskapai penerbangan nasional, INACA selama ini telah melakukan pendekatan kepada berbagai pemangku kepentingan dan berupaya menjadi mitra diskusi yang serius dalam upaya pengembangan industri penerbangan nasional.

Beberapa hal yang telah dilakukan INACA, misalnya, menginisiasi penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 3 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor. Kemudian, kebijakan Bank Indonesia mengenai persetujuan penundaan penerapan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi jasa sewa angkutan udara (charter flight) dengan menggunakan kuotasi valuta asing dan pembayaran dalam Rupiah.

"INACA juga telah membuat kajian dan mengirim surat kepada Menteri Perhubungan terkait permintaan pemberlakuan bea masuk 0 persen untuk suku cadang pesawat," jelasnya.

 

2 dari 3 halaman

Tanggapi Calon Menteri Perhubungan

Kandidat kuat calon menteri perhubungan disebut-sebut memiliki latar belakang di industri aviasi. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA), Denon Prawiraatmadja menyambut positif hal tersebut.

Diketahui, sosok yang digadang menjadi Menteri Perhubungan di kabinet Presiden Terpilih PRabowo Subianto adalah Dudy Purwagandhi, yang saat ini menjabat Komisaris PT PLN (Persero). Dia berkecimpung lama di sektor transportasi, termasuk sebagai bos Jhonlin Air, perusahaan penerbangan asal Kalimantan.

"Saya percaya Bapak Presiden Terpilih Pak Prabowo melihat bahwa tim yang mendukung beliau dianggap berperan untuk bisa memajukan industri secara keseluruhan," ujar Denon, di Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta, Kamis (17/10/2024).

 

3 dari 3 halaman

Bisa Memahami Industri Transportasi

Menurutnya, latar belakang sektor transportasi akan jadi pertimbangan tersendiri Prabowo dalam memilih calon menteri perhubungan. Menurutnya, Presiden Terpilih tentu akan berlaku objektif dalam konteks persaingan usaha yang sehat.

"Yang pertama adalah bagaimana bisa meyakinkan pemerintahan Pak Prabowo dan Gibran mensukseskan pertumbuhan ekonomi yang kedua adalah bagaimana menjaga fairness dari player yang ada di Indonesia," tuturnya.

Denon menyambut baik sosok yang digadang jadi Menteri Perhubungan memiliki latar belakang industri transportasi. Hal itu akan menambah pemahaman pada permasalahan yang ada.

"Yang pasti karena siapapun menteri yang terpilih kalau punya latar belakang dari industri transportasi paling tidak mereka memahami bahwa industri transportasi ini mempunyai regulasi yang harus tetap dijalankan atau bahasa Inggrisnya highly regulated, saya pikir itu nilai tambahnya yang bisa kita ambil," bebernya.