Liputan6.com, Jakarta - Miliarder Mark Cuban mengatakan, jika dia berusia 16 tahun lagi dan membutuhkan uang tambahan, dia akan memulai pekerjaan sampingan tertentu yang cukup sederhana.Â
Pekerjaan ini berfokus pada penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan bisa dilakukan dengan beberapa langkah yaitu cara menggunakan platform seperti ChatGPT dari OpenAI atau Gemini, Google dan akan mengajarkan pada teman-temannya. Selain itu, dia juga akan membantu mereka memanfaatkan perintah AI ini, misalnya untuk membantu tugas sekolah.Â
Baca Juga
Cuban menyebut dia juga akan mengajari bisnis kecil atau menengah yang belum memahami potensi AI, bahkan meskipun dia masih berusia 16 tahun.Â
Advertisement
Menurut Cuban, keterampilan dalam rekayasa perintah AI, yaitu kemampuan untuk mengajukan pertanyaan atau instruksi agar chatbot memberikan hasil optimal dapat sangat menguntungkan. Saat ini, setengah dari Gen Z di Amerika Serikat sudah memiliki pekerjaan sampingan, menurut laporan LendingTree.Â
Peluang Gaji dalam Bisnis AI
Tutor AI bisa mendapatkan gaji sekitar USD 30.000 atau sekitar Rp 469,04 juta (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.634) per tahun. Teknisi AI dengan pengalaman penuh bisa menghasilkan hingga USD 129.500 atau Rp 2,02 miliar per tahun.Â
Untuk menjadi teknisi AI, anda tidak perlu gelar sarjana, tetapi memerlukan latihan dan terkadang sebuah sertifikat. Beberapa kursus online, seperti dari Universitas Vanderbilt dan IBM melalui Coursera, bahkan menawarkan pelatihan dasar AI yang bisa selesai dalam satu bulan.Â
Â
Â
Inilah Pekerjaan Awal Cuban
Pekerjaan sampingan ini tentu lebih canggih dibandingkan pekerjaan pertamanya di usia 12 tahun, yaitu menjual tas sampah dari pintu ke pintu untuk membeli sepatu basket.
Saat remaja, Cuban mencari uang dengan menjual barang koleksi seperti kartu bisbol, perangko, dan koin, yang akhirnya membantunya membayar biaya kuliah di Universitas Indiana. Selain itu, dia juga bekerja sebagai bartender, mengadakan pesta berbayar, dan bahkan menjadi instruktur tari.
Perjalanan Bisnis Cuban
Setelah lulus, Cuban sempat bekerja di bank, tapi akhirnya fokus menjadi pengusaha. Dia menjual perusahaan perangkat lunak pertamanya yaitu MicroSolutions, seharga USD 6 juta atau Rp 93,8 miliar pada 1990. Kemudian, dia akhirnya menjual perusahaan keduanya, Broadcast.com, ke Yahoo seharga USD 5,7 miliar atau Rp 89,1 triliun pada 1999, yang akhirnya membuatnya menjadi miliarder.Â
Sekarang, dengan kekayaan bersih sekitar USD 5,7 miliar, Cuban fokus pada proyek sosial seperti apotek daring Cost Plus Drugs, yang menjual obat-obatan dengan harga terjangkau. Â
Â
Advertisement
Miliarder Mark Cuban Ogah Pensiun
Sebelumnya, pernyataan mengejutkan datang dari miliarder asal Amerika Serikat, Mark Cuban. Ia mengungkapkan, dirinya memilih untuk tak pensiun, meski sudah mencapai usia lanjut nantinya.
Melansir CNBC International, Rabu (2/10/2024) Mark Cuban bercerita saat ia berusia 20-an, tujuannya adalah pensiun di usia 35 tahun.
Saat ini, pengusaha dan investor miliarder berusia 66 tahun itu mengatakan dia tidak punya rencana untuk berhenti bekerja.
"Saya baru saja memulai. Tidak ada kata pensiun dalam buku saya. Saya akan terus bekerja sampai saya menyerah," ungkapnya.
Beberapa langkah karier Cuban baru-baru ini telah memicu spekulasi tentang hal itu, mulai dari mengumumkan munfur dari "Shark Tank" milik ABC pada 2025 hingga menjual saham mayoritasnya di Dallas Mavericks milik NBA.
Saat itu, Cuban mengaku ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya, tetapi itu tidak berarti dia akan pensiun.
Sebaliknya, ia berencana untuk mengalihkan sebagian besar jam kerjanya untuk menjalankan apotek daring langsung ke konsumen miliknya, Cost Plus Drugs.
"Itu adalah sesuatu yang akan terus saya kerjakan untuk waktu yang lama," bebernya.
Â
Investasi Cuban
Cuban awalnya menginvestasikan dana senilai USD 250.000 ke Cost Plus Drugs setelah pendiri sekaligus CEO perusahaan tersebut, Alex Oshmyansky, mengajukan ide kepadanya pada 2018. Selama dua tahun berikutnya, Cuban semakin banyak berinvestasi hingga akhirnya ia memiliki perusahaan tersebut.
Model bisnis perusahaan yang sederhana, yaitu mengurangi biaya konsumen dengan memproduksi obat-obatan, atau membelinya secara grosir, dan menjualnya dengan biaya tambahan 15%, memang menguntungkan, tetapi Cuban mengatakan bahwa ia lebih fokus pada misi perusahaan daripada memaksimalkan laba atas investasinya.
"Mudah-mudahan, ketika semuanya sudah selesai, mereka akan berkata, 'Wah, orang itu mengacaukan perawatan kesehatan, jadi sekarang orang tidak takut tidak mampu membeli obat-obatan mereka. Bagi saya, itu akan menjadi pencapaian terbesar," tutur sang miliarder.
Â
Advertisement