Sukses

IMF Ungkap Dampak Horor Perang Dagang AS dan China

IMF menyoroti perdagangan AS dan China yang semakin jarang terjadi, dan dialihkan melalui negara lain.

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan bahwa ketegangan perdagangan dan perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China yang terus meningkat, akan menimbulkan dampak ekonomi yang berat secara global.

"Kami melihat perdagangan yang didorong secara geopolitik di seluruh dunia, itulah sebabnya ketika Anda melihat perdagangan secara keseluruhan terhadap PDB, hal itu bertahan dengan baik, tetapi siapa yang berdagang dengan siapa pasti berubah," kata wakil direktur pelaksana IMF, Gita Gopinath, dikutip dari CNBC International, Kamis (24/10/2024).

Gopinath pun menyoroti perdagangan AS dan China yang semakin jarang terjadi, dan beberapa bagian dari perdagangan mereka dialihkan melalui negara lain.

"Jika tarif dinaikkan, pemodelan dari IMF menunjukkan bahwa hal itu akan membebani semua pihak," kata Gopinath kepada CNBC di sela-sela pertemuan tahunan lembaga tersebut di Washington.

"Hasil akan jauh lebih rendah daripada yang kami proyeksikan untuk semua negara di dunia, akan ada tekanan pada inflasi, jadi itu bukan arah yang seharusnya kita tuju," jelasnya.

Komentar Gopinath muncul setelah Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan pekan lalu bahwa perdagangan internasional tidak akan lagi menjadi mesin pertumbuhan seperti dulu, dan tindakan perdagangan "balasan" dapat merugikan pihak yang memberlakukannya seperti halnya target mereka.

Seperti diketahui, ketegangan perdagangan antara AS dan China serta Uni Eropa telah meningkat tahun ini, dengan AS dan UE menerapkan tarif yang lebih tinggi pada beberapa barang impor dari China, atas apa yang mereka klaim sebagai praktik perdagangan yang tidak adil dari Beijing.

China juga telah mengumumkan tarif sementara yang lebih tinggi pada beberapa impor produk dari Eropa karena tindakan balasan terus berlanjut.

2 dari 2 halaman

IMF Minta AS dan China Perbaiki Hubungan Dagang

CEO Institute of International Finance, Tim Adams juga memperingatkan bahwa usulan tarif dari kandidat presiden AS Donald Trump akan mengganggu jalur disinflasi dan dapat menyebabkan suku bunga yang lebih tinggi.

Gopinath dari IMF mengatakan bahwa akan menguntungkan bagi AS dan China untuk memiliki "hubungan kerja yang baik," seraya mencatat bahwa hal ini juga penting bagi seluruh dunia.

"Demi kepentingan semua pihak, hubungan ini harus dipertahankan," katanya.

Adapun, dalam laporan Prospek Ekonomi Dunia IMF baru-baru ini juga mengatakan bahwa kebijakan proteksionis merupakan risiko penurunan pertumbuhan.

"Kemunduran menyeluruh dari sistem perdagangan global berbasis aturan mendorong banyak negara untuk mengambil tindakan sepihak. Intensifikasi kebijakan proteksionis tidak hanya akan memperburuk ketegangan perdagangan global dan mengganggu rantai pasokan global, tetapi juga dapat membebani prospek pertumbuhan jangka menengah," kata laporan itu.