Sukses

Nyaris Kontraksi, Ekonomi Korsel Cuma Tumbuh 0,1% di Kuartal III 2024

PDB Korea Selatan tumbuh hanya 0,1% pada kuartal Juli-September dibandingkan kuartal sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Korea Selatan nyaris tidak tumbuh pada kuartal ketiga 2024, tidak memenuhi ekspektasi pasar, karena belanja konsumen meningkat tetapi ekspor turun.

Mengutip CNBC International, Kamis (24/10/2024) produk domestik bruto Korea Selatan tumbuh hanya 0,1% pada kuartal Juli-September dibandingkan kuartal sebelumnya berdasarkan penyesuaian musiman, menurut estimasi awal Bank Korea.

Meski terbilang kecil, pertumbuhan ini masih cukup untuk menopang perekonomian Korea Selatan menghindari resesi, yang umumnya didefinisikan sebagai dua kuartal kontraksi berturut-turut, setelah sempat mengalami kontraksi 0,2% pada kuartal kedua 2024.

Tingkat pertumbuhan ini juga jauh lebih lemah daripada peningkatan 0,5% yang diperkirakan dalam jajak pendapat terhadap para ekonom dan bank sentral dalam prakiraan triwulanannya yang diberikan pada bulan Agustus 2024.

Sementara itu, konsumsi swasta Korea Selatan masih tumbuh 0,5%, setelah turun 0,2% pada kuartal sebelumnya. Investasi konstruksi juga turun 2,8%, sementara investasi perusahaan melonjak 6,9%.

Adapun ekspor Korea Selatan yang juga mencatat penurunan 0,4%, menandai kontraksi pertama sejak kuartal terakhir tahun 2022, sementara impor naik 1,5%, sehingga memberikan kontribusi negatif bersih.

Bank sentral Korea Selatan bulan ini menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak pertengahan 2020 dan mengisyaratkan masih ada ruang untuk penurunan lebih lanjut, meskipun dikatakan bahwa waktu pelonggaran lebih lanjut akan diperiksa dengan saksama.

Sedangkan secara tahunan, ekonomi Korea Selatan tumbuh 1,5%, lebih lemah dari 2,3% pada kuartal sebelumnya dan ekspektasi ekonom sebesar 2,0%. Itu adalah laju paling lambat sejak kuartal ketiga 2023.

2 dari 3 halaman

Ekonomi China Cuma Tumbuh 4,6% di Kuartal III 2024

Pertumbuhan Ekonomi China di kuartal III 2024 berada di laju terendah sejak awal tahun lalu. Negara ini memang tengah berusaha keras untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami tekanan dalam beberapa tahun terakhir.

Dikutip melalui BBC, Jumat (18/10/2024), Badan Statistik Nasional China melaporkan, jika dihitung secara tahunan, produk domestik bruto (PDB) China naik 4,6% dalam tiga bulan hingga akhir September. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya dan di bawah target pemerintah yang sekitar 5% untuk tahun ini.

Namun, angka ini sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan yang diperkirakan analis.

Sementara angka resmi lainnya yang dirilis pada hari Jumat, termasuk penjualan ritel dan output pabrik, juga melebihi perkiraan.

Dalam beberapa minggu terakhir, Beijing telah mengumumkan sejumlah langkah untuk mendukung pertumbuhan. Ini adalah kuartal kedua berturut-turut di mana ukuran resmi pertumbuhan ekonomi China jatuh di bawah target 5%, yang akan menambah kekhawatiran pemerintah.

"Target pertumbuhan pemerintah untuk tahun ini sekarang tampaknya dalam bahaya serius," kata mantan kepala divisi China di Dana Moneter Internasional (IMF), Eswar Prasad,. 

"Akan diperlukan dorongan substansial yang didorong oleh stimulus untuk mencapai target di kuartal keempat."tambahnya.

3 dari 3 halaman

Berjuang Capai Target 5%

Namun, ekonom dari Moody's Analytics, Harry Murphy Cruise, lebih optimis. Dia mengatakan bahwa langkah-langkah stimulus yang dijalankan China kemungkinan akan mendorong ekonomi menuju target sekitar 5% untuk tahun ini.

"Tetapi lebih banyak yang diperlukan jika pejabat ingin menangani tantangan struktural dalam ekonomi," jelas dia. 

Angka resmi juga menunjukkan bahwa harga rumah baru turun pada bulan September dengan laju tercepat dalam hampir satu dekade, yang menunjukkan bahwa penurunan di sektor properti semakin parah.

"Pasar properti tidak mengherankan tetap menjadi beban terbesar bagi pertumbuhan China," kata Kepala Ekonom kawasan China di bank ING, Lynn Song.

"Investasi baru tidak mungkin melihat pemulihan yang substansial sampai harga stabil dan persediaan perumahan berkurang, sampai saat itu, properti akan tetap menjadi hambatan signifikan bagi pertumbuhan." tambahnya.