Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan terdapat penambahan contingent resource sebesar 1.199 MMBOE dan reserve replacement ratio (RRR) 140% dari target yang telah ditetapkan di 2024. Angka ini terhitung hingga September 2024.
SKK Migas terus mendorong eksplorasi yang masif dan percepatan produksi atas setiap penemuan migas.
Baca Juga
Contigent resource menjadi salah satu kinerja utama hulu migas yang untuk tahun 2024 ditetapkan sebesar 305 MMBOE yang hingga September 2024 contigent resource yang berhasil diperoleh mencapai 1.199 MMBOE atau sudah mencapai 393,1% dari target.
Advertisement
Adapun untuk RRR sudah tercapai 140% dari target dengan rencana investasi pada plan of development (POD) yang sudah disetujui hingga September 2024 mencapai USD 31,15 miliar atau sekitar Rp 489 triliun (kurs Rp 15.700 per USD).
Deputi Eksplorasi, Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara menjelaskan, kegiatan investasi eksplorasi di hulu migas sangat masif dan agresif serta terus meningkat dalam 3 (tiga) tahun terakhir.
Berdasarkan data SKK Migas, investasi eksplorasi di tahun 2021 mencapai USD 0,6 miliar, di tahun 2022 naik menjadi USD 0,7 miliar dan tahun 2023 meningkat lagi menjadi USD 0,9 miliar.
“Target investasi eksplorasi di tahun 2024 meningkat 100% menjadi USD 1,8 miliar atau setara dengan USD 28,3 triliun. Bahkan jika ditarik dari data sejak 2021 maka investasi eksplorasi meningkat sebesar 300%”, ujar Benny dalamketerangan tertulis, Kamis (24/10/2024).
“Dampak dari kegiatan investasi eksplorasi yang masif tersebut adalah Indonesia panen penemuan migas baru, dan ada 2 (dua) yang menjadi Giant Discovery yaitu penemuan di Geng North Kalimantan Timur dan Layaran-1 Aceh. Oleh karenanya, kita saat ini mendapatkan penambahan cadangan migas yang signifikan dan ini adalah kabar baik dari sektor hulu migas yang dapat memberikan dukungan yang signifikan dalam upaya Pemerintah mewujudkan ketahanan energi”, imbuh Benny.
28 Struktur
Tingginya contingency resource yang dihasilkan akan menjadi modal berharga untuk mendorong keberlanjutan eksplorasi di masa yang akan datang.
Benny menginformasikan untuk tahun ini ada 28 struktur yang ditargetkan bisa segera penetapan status eksplorasi (PSE), dengan 23 sudah PSE dengan contigent resource (CR) mencapai 1.199 MMBOE, dan 5 struktur lagi dalam proses dengan potensi CR mencapai 13 MMBOE, sehingga diperkirakan hingga Desember 2024 total CR akan mencapai sekitar 1.212 MMBOE.
“Dengan CR yang besar tersebut, maka akan membuka ruang eksplorasi yang lebih besar untuk mendapatkan penemuan migas di masa yang akan datang serta investasi eksplorasi dapat terus didorong meningkat karena struktur yang akan dieksplorasi sangat banyak”, terang dia.
Terkait upaya melakukan percepatan produksi atas penemuan migas, Benny menyampaikan jika SKK Migas terus melakukan upaya percepatan dan mencari cara-cara baru agar setiap penemuan dapat segera diproduksikan untuk mencapai target jangka pendek maupun jangka panjang pada long term plan (LTP).
“Kami tidak sekedar omon-omon, tapi telah melakukannya pada penemuan giant discovery Geng North yang hanya butuh waktu 10 (sepuluh bulan) dari sejak penemuan di Oktober 2023 dan persetujuan POD sudah diterbitkan di Agustus 2024. Ini akan menjadi acuan bagi upaya percepatan POD yang lain”, katanya.
Advertisement
Multiplier Effect
Lebih lanjut Benny menambahkan bahwa persetujuan investasi pada POD yang telah disetujui hingga September 2024 mencapai USD 31,15 miliar atau setara dengan Rp 489 triliun.
Dia membandingkannya dengan investasi kereta cepat Jakarta Bandung yang sekitar Rp 110 triliun, maka investasi dari POD hulu migas yang disetujui hingga September 2024 nilainya adalah lebih dari 4 kali lipat investasi kereta cepat Jakarta Bandung.
Dampak investasi raksasa hulu migas tentu saja akan menggerakan perekonomian nasional, memperkuat kapasitas nasional, menciptakan lapangan kerja dan juga perekonomian daerah.
“Bicara multiplier effect, dengan TKDN hulu migas yang sekitar 58% maka kira-kira sekitar Rp 280 triliun yang berpotensi dinikmati perusahaan dalam negeri. Belum lagi penerimaan negara dan bagi hasil yang diterima daerah setelah proyek-proyek tersebut, ini menegaskan betapa pentingnya peran hulu migas bagi negara”, pungkas Benny.