Liputan6.com, Jakarta PT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil meningkatkan produktivitas pertanian melalui penerapan teknologi presisi "PreciX". Teknologi ini diterapkan pada Program Agrosolution, bertujuan untuk mendukung percepatan swasembada pangan Indonesia.
Pencapaian ini terlihat pada kegiatan Panen Riset PreciX-Agrosolution yang diadakan di Desa Sukamandi, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang.
Baca Juga
Dalam demplot di Sukamandi yang mencakup area 11,68 hektar, penggunaan teknologi presisi menunjukkan hasil panen sebesar 5,6 ton per hektar, meningkat hampir 10% dari metode sebelumnya yang menghasilkan 5,1 ton per hektar.
Advertisement
Gita Bina Nugraha, SVP Indonesia Fertilizer Research Institute (IFRI), menyatakan bahwa tujuan teknologi ini adalah mendukung pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.
“Teknologi pertanian presisi di Program Agrosolution memungkinkan kami meningkatkan produktivitas sekaligus menciptakan ekosistem pertanian yang berkelanjutan dan menguntungkan petani,” ungkap Gita, Jumat (26/10/2024).
Kolaborasi Banyak Pihak
Melalui pendekatan ini, Pupuk Indonesia berkolaborasi dengan berbagai stakeholder, termasuk perbankan, lembaga asuransi, dan offtaker, untuk memastikan pendapatan petani meningkat, terbukti dari demplot Sukamandi yang menunjukkan peningkatan penghasilan sekitar 11%.
Teknologi PreciX didesain untuk mendeteksi status hara pada tanaman padi, seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Teknologi berbasis drone ini memungkinkan penentuan rekomendasi pemupukan yang cepat dan tepat.
Implementasi teknologi PreciX ini selaras dengan layanan Mobil Uji Tanah (MUT) yang juga tersedia dalam program pendampingan budidaya Makmur/Agrosolution. Sementara PreciX mendeteksi hara pada tanaman, MUT berfokus pada kandungan hara dalam tanah.
Produktivitas Naik
Di wilayah Sukamandi, teknologi presisi ini diterapkan untuk mapping pada lahan seluas 592 hektar. Rekomendasi pemupukan per hektar yang dihasilkan adalah NPK sebanyak 373 kg, Urea 189,61 kg, dan KCl 64,53 kg. Sebagai perbandingan, pemupukan sebelumnya oleh petani adalah NPK 300 kg, Urea 200 kg, dan KCl 100 kg.
Pengembangan teknologi presisi di Pupuk Indonesia mengikuti arahan Kementerian BUMN, yang mendorong kolaborasi riset di klaster pangan dan pupuk melalui Indonesia Food and Fertilizer Research Institute (IFFRI). Anggota IFFRI terdiri dari IFRI Pupuk Indonesia, RNI Food Research Institute (RFRI), dan Bulog Food Research Institute (BFRI).
Pada tahun 2024, Pupuk Indonesia dan anggota holding mengadakan riset pertanian presisi di 46 titik demplot yang tersebar di 12 provinsi, meliputi berbagai komoditas seperti padi, kelapa sawit, tebu, dan jagung. Total lahan demplot pertanian presisi mencapai 8.265 hektar, dan mapping telah dilakukan di 252.647 hektar. Hasil riset menunjukkan peningkatan produktivitas hingga sekitar 13,5%.
“Kami berharap pola budidaya ini dapat terus digunakan secara berkelanjutan untuk mendukung produktivitas pertanian dan kelestarian lahan, demi generasi sekarang dan yang akan datang,” kata Gita.
Advertisement