Sukses

Saham Tesla Melambung, Kekayaan Elon Musk Bertambah Rp 406,5 Triliun

Elon Musk, dikenal sebagai salah satu miliader di dunia ini berhasil menambah kekayaannya sebesar USD 26 miliar dalam sehari.

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder Elon Musk menambah kekayaannya sebesar USD 26 miliar atau sekitar Rp 406,55 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah 15.636) dalam sehari pada Kamis, 24 Oktober 2024.

Hal ini terjadi setelah saham Tesla mengalami lonjakan terbesar sejak 2013. Menurut Forbes, total kekayaan Musk mencapai sekitar USD 269 miliar atau Rp 4.206 triliun, lebih tinggi USD 50 miliar dari Larry Ellison, pendiri Oracle dan mantan anggota dewan Tesla. 

Dikutip dari CNBC pada Minggu (27/10/2024), sebagian besar kekayaan Musk berasal dari 13% kepemilikan sahamnya di Tesla. Selain itu, dia juga memiliki saham mayoritas di SpaceX, yang kini bernilai lebih dari USD 200 miliar di pasar swasta. Musk juga mengendalikan media sosial X dan perusahaan kecerdasan buatan bernama xAI. 

Nilai kekayaan ini bisa bertambah lebih besar tergantung hasil persidangan terkait bonus yang ia terima pada 2018. 

Saham Tesla Melonjak

Lonjakan saham Tesla terjadi setelah laporan keuangan perusahaan yang lebih baik dari perkiraan dipublikasikan pada Rabu. Dalam konferensi pers, Musk optimistis Tesla bisa tumbuh 20%-30% pada 2024. Saham Tesla melonjak 22% hari itu, kenaikan terbesar kedua sejak IPO perusahaan pada 2010. 

Sebelum ini, saham Tesla sempat mengalami penurunan dan menuju bulan terburuknya sejak Januari. Namun, dengan kenaikan baru-baru ini, saham Tesla kembali positif 5% sepanjang 2024, meski masih di bawah kinerja Nasdaq yang tumbuh 23%. 

Laba Tesla tercatat USD 0,72 per saham, melampaui ekspektasi analis yang hanya USD 0,58. Pendapatan didorong oleh USD 739 juta dari kredit regulasi lingkungan dan USD 326 juta dari sistem Full Self-Driving (FSD). Musk menyatakan bahwa Tesla segera meluncurkan layanan taksi otonom di Texas dan California pada 2024. Dua minggu sebelumnya, Tesla juga menggelar acara khusus memperkenalkan konsep taksi otonom Cybercab. 

 

 

2 dari 5 halaman

Terdapat Sebuah Tantangan bagi Tesla 

Meskipun Musk antusias tentang mobil otonom, Tesla masih tertinggal dibandingkan Waymo milik Alphabet, yang telah mengoperasikan layanan taksi tanpa pengemudi sejak Juni 2023. Hingga kini, Tesla belum dapat memproduksi mobil yang bisa benar-benar aman tanpa kendali manusia. 

Tesla juga menghadapi keterlambatan dalam proyek lain. Truk listrik Tesla Semi dan model Roadster baru, yang diperkenalkan pada 2017, masih belum siap diproduksi massal. 

Keterlibatan Musk dalam Politik

Satu hal yang tidak disinggung dalam konferensi pers tersebut adalah keterlibatan Musk dalam politik. Sejak mendukung Donald Trump, Musk semakin aktif berpolitik melalui platform X dan menyumbang jutaan dolar AS untuk kampanye kandidat dari Partai Republik.

Bahkan, dia melakukan kampanye di negara bagian Pennsylvania dan menawarkan undian USD 1 juta per hari bagi pemilih yang menandatangani petisi untuk PAC (komite aksi politik) pro-Trump miliknya.  Namun, Departemen Kehakiman AS memperingatkan undian tersebut mungkin melanggar hukum pemilu federal. 

 

3 dari 5 halaman

Respons Elon Musk

Banyak investor mulai mempertanyakan apakah aktivitas politik Musk dapat mempengaruhi Tesla. Salah satu investor menulis di forum Tesla, “Elon Musk punya hak untuk menyuarakan pandangan politiknya, tapi aktivitasnya tampaknya bertentangan dengan tanggung jawabnya sebagai CEO untuk melindungi nilai pemegang saham.” 

Pertanyaan lain yang mendapat 527 suara bertanya, “Apakah dewan direksi Tesla mengambil langkah untuk memastikan keterlibatan politik Musk tidak merusak misi Tesla atau integritas merek?” 

Musk merespons kritik ini melalui unggahannya di X, “Saya rasa pemilihan kali ini sangat penting bagi Amerika Serikat.”

 

4 dari 5 halaman

Perusahaan Elon Musk Transfer Bitcoin Rp 11,9 Triliun, Ada Transaksi Apa?

Sebelumnya, perusahaan analisis blockchain Arkham Intelligence melaporkan Tesla baru-baru ini memindahkan Bitcoin senilai sekitar USD 765 juta atau setara Rp 11,9 triliun (asumsi kurs Rp 15.562 per dolar AS) ke dompet yang tidak disebutkan namanya.

Dilansir dari Yahoo Finance, Selasa (22/10/2024), transfer besar-besaran ini telah memicu serangkaian spekulasi terkait apa rencana Tesla selanjutnya. Tesla belum berkomentar, membuat para ahli dan pengamat kripto sama-sama penasaran.

Menurut BitcoinTreasuries, Tesla memegang simpanan Bitcoin terbesar keempat di antara perusahaan publik AS. Hanya MicroStrategy dan raksasa penambangan kripto seperti MARA Holdings dan Riot Platforms yang memegang lebih banyak.

Kepemilikan Bitcoin Tesla, meskipun substansial, masih kurang dari 1 persen dari total kapitalisasi pasar perusahaan sebesar USD 705 miliar. Hal ini sangat kontras dengan perusahaan lain yang menggunakan Bitcoin sebagai bagian yang besar terkadang lebih dari 25 persen dari nilai perusahaan.

Tesla pertama kali menjadi berita utama pada awal 2021 ketika menginvestasikan USD 1,5 miliar dalam Bitcoin. Musk, yang tidak pernah menghindar dari risiko, melihat langkah tersebut sebagai cara untuk mendiversifikasi portofolio Tesla dan mendukung minatnya dalam menerima pembayaran mobil kripto.

 

 

 

5 dari 5 halaman

Aksi Tesla

Pada saat itu, berita itu membuat Bitcoin melonjak lebih dari USD 10.000. Namun, hubungan Musk dengan Bitcoin tidak berlangsung lama. Pada pertengahan 2021, ia telah mengerem, dengan alasan kekhawatiran atas ketergantungan penambangan Bitcoin pada batu bara dan bahan bakar fosil lainnya, yang tidak sejalan dengan misi keberlanjutannya yang lebih luas.

Perubahan haluan tersebut mengirimkan gelombang kejutan melalui komunitas kripto, dengan Bitcoin turun lebih dari 10 persen dalam waktu singkat.

Namun, Musk tetap teguh, menyatakan bahwa Tesla tidak akan menjual Bitcoinnya dan akan kembali menerimanya untuk pembelian setelah penambangan beralih ke sumber energi terbarukan. Itu pun tidak berlangsung lama.

Pada musim panas 2022, Tesla telah menjual sebagian besar Bitcoin-nya dengan harga sekitar USD 20.000 per koin, jauh lebih rendah dari harga awalnya. Para kritikus dengan cepat menunjukkan perusahaan telah menjual Bitcoin di dekat titik terendah pasar, sehingga kehilangan potensi keuntungan yang signifikan.