Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia turun tipis ke USD 2.735 di awal perdagangan Senin (28/10/2024). Dalam dua hari sebelumnya, harga emas terus mengalami penguatan.
Penurunan harga emas dunia ini dipicu oleh menguatnya prospek pertumbuhan ekonomi AS, namun ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung serta ketidakpastian terkait pemilihan presiden AS yang akan datang diperkirakan akan membatasi penurunan lebih lanjut.
Baca Juga
Analisis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, secara teknikal, indikator Moving Average yang terbentuk saat ini menunjukkan bahwa tren bullish pada harga emas mulai melemah.
Advertisement
"Proyeksi untuk hari ini memperkirakan bahwa harga emas berpotensi naik ke level USD 2.747. Namun, jika kenaikan tersebut gagal terwujud dan terjadi pembalikan (reversal), maka penurunan harga dapat mencapai USD 2.718 sebagai target terdekat," jelas dia dalam keterangan tertulis.
Menurutnya, harga emas saat ini dipengaruhi oleh kombinasi beberapa faktor, baik dari sisi ekonomi global maupun geopolitik. Menguatnya prospek pertumbuhan ekonomi AS menyebabkan tekanan bagi logam mulia ini, karena ekspektasi ekonomi yang kuat cenderung meningkatkan nilai dolar AS, yang berbanding terbalik dengan pergerakan emas. Pada hari Senin, harga emas kembali tertekan setelah rilis data ekonomi AS yang positif.
Di sisi geopolitik, eskalasi ketegangan di Timur Tengah turut memberikan dorongan bagi emas sebagai aset perlindungan nilai. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa serangan terhadap Iran pada hari Sabtu telah melemahkan pertahanan Teheran.
Meskipun demikian, para pejabat Iran bersumpah akan memberikan respons yang tepat tanpa menginginkan perang lebih luas. Ketidakpastian ini menambah sentimen positif bagi emas, yang sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap risiko politik dan ketidakpastian pasar.
Â
Cadangan Emas
Selain itu, pembelian cadangan emas oleh bank sentral dan meningkatnya permintaan investor juga turut mendukung harga emas. Menurut laporan World Gold Council, bank sentral di seluruh dunia telah membeli lebih dari 1.000 ton emas dalam dua tahun terakhir, dengan Tiongkok menjadi pembeli utama yang ingin meningkatkan cadangan emasnya.
Salah satu faktor penentu utama yang dapat mempengaruhi harga emas dalam jangka pendek adalah kebijakan suku bunga Federal Reserve AS. Saat ini, pasar memprakirakan peluang 97,7% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan November.
Perkiraan ini didasarkan pada data ekonomi AS yang menunjukkan pertumbuhan kuat, seperti angka Nonfarm Payrolls (NFP) yang naik 254.000 pada bulan September, jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 140.000.
Namun, penurunan suku bunga yang lebih lambat dapat melemahkan harga emas, karena pengurangan suku bunga yang signifikan cenderung mendukung emas sebagai aset yang tidak menghasilkan bunga.
Â
Advertisement
Kesimpulan
Pada hari Rabu, Biro Analisis Ekonomi AS (BEA) akan mempublikasikan estimasi pertama pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kuartal ketiga.
Jika angka PDB AS tercatat di atas 3%, ini dapat mendorong nilai dolar lebih tinggi dan menekan harga emas lebih rendah. Sebaliknya, jika PDB lebih rendah dari ekspektasi, antara 1% dan 2%, emas berpotensi kembali menguat.
Dengan berbagai faktor yang saling tarik-menarik, harga emas diperkirakan akan bergerak di kisaran USD 2.718 hingga USD 2.747 pada perdagangan hari ini.
Kesimpulannya, meskipun emas saat ini berada dalam fase koreksi, risiko geopolitik dan ketidakpastian politik menjelang pemilihan presiden AS dapat memberikan dukungan bagi harga.