Sukses

Kisah Kelompok Tani Jaya Lestari Dapat Pemberdayaan dari BRI, Dimulai Sejak 2010

Kelompok Tani Jaya Lestari yang berasal dari Desa Kutambaru, Kabupaten Karo, Sumatra Utara merupakan salah satu klaster binaan BRI.

Liputan6.com, Jakarta Kelompok Tani Jaya Lestari yang berasal dari Desa Kutambaru, Kabupaten Karo, Sumatra Utara merupakan salah satu klaster binaan BRI. Klaster binaan BRI tersebut menghadirkan produk unggulan berupa salak pondoh.

Wulan, sebagai anggota kelompok mengungkapkan, salak pondoh tumbuh subur di Desa Kutambaru dan menjadi produk penjualan utama bagi para warga. Salak pun menjadi salah satu faktor penting dalam peningkatan perekonomian masyarakat desa di sana.

“Berawal pada tahun 2005 di kampung kami mayoritas orang-orang menanam salak. Seiring berjalannya waktu, hampir satu kampung menjadi petani salak semua,” ungkapnya.

Wulan pun menyebut bahwa usaha yang dilakukan warga di sana melejit usai mendapatkan pemberdayaan dari BRI. Dirinya pun menuturkan, awal mula klaster tersebut mengenal BRI yakni pada 2010 saat meminjam Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan terus berangsur meningkat hingga saat ini.

Wulan mengungkapkan, pinjaman tersebut menjadi modal awal yang membuat usahanya semakin berkembang. Ia menyebut, BRI hadir dalam rangka pendampingan atau memantau perkembangan klaster dibarengi dengan penyuluhan informasi produk-produk BRI.

“Semoga ke depan peminjaman modal semakin mudah karena kami para petani salak masih membutuhkan modal,” ungkapnya.

2 dari 2 halaman

Keberhasilan Budi Daya

Salak yang terkenal manis ini menjadi sebuah keberhasilan budi daya dan memberikan dampak positif, menjadikan perekonomian Desa Kutambaru semakin baik. Salak pondoh yang dikembangkan oleh kelompok ini tidak hanya membantu para petani, tetapi juga menciptakan peluang kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. 

Dengan harga jual Rp15.000-Rp18.000 per kilogram, produk salak pondoh dari Desa Kutambaru kini semakin dikenal dan diminati di pasar lokal maupun luar daerah.

Peminat yang paling banyak yakni konsumen dalam negeri, misalnya Aceh. Tetapi salak dari kelompok ini juga diekspor ke Malaysia dan Thailand.

Adapun panen dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan hasil mencapai 1-1,5 ton sehingga omzet yang dihasilkan mencapai Rp30 juta per bulan.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa Klaster Usaha merupakan pemberdayaan kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah, sehingga tercipta keakraban dan kebersamaan dalam peningkatan maupun pengembangan usaha para anggotanya.

Hingga September 2024 terdapat lebih dari 33.800 klaster usaha binaan BRI yang tergabung dalam program Klasterku Hidupku. BRI sendiri secara proaktif telah melakukan lebih dari 2.300 pemberdayaan berupa pelatihan dan bantuan sarana prasarana produksi telah diberikan.

 

(*)