Sukses

Ada Ancaman La Nina, Mentan Amran Sulaiman Racik Metode Pengairan

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman turut meramu sejumlah strategi dalam menghadapi ancaman La Nina

Liputan6.com, Jakarta Kenaikan curah hujan imbas La Nina diprediksi terjadi di Indonesia. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman turut meramu sejumlah strategi.

Salah satunya dengan menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum. Mentan Amran mengatakan, kolaborasi diperlukan dalam menangani fenomena tersebut.

"Kalau ada La Nina, kita mengantisipasi itu sinergi dengan Kementerian PU," ujar Mentan Amran, di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (29/10/2024).

Kerja sama itu, kata dia, termasuk memperbaiki sistem perairan di pusat-pusat tanam. Baik pada irigasi premier hingga tersier di sekitar kawasan tanam.

"Kami sudah sampaikan, kami sudah diskusi dengan Menteri PU, agar saluran irigasi primer, sekunder, tersier ini diperbaiki agar aliran air bagus. Untuk pertanian maupun sektor lainnya," tuturnya.

Rehabilitasi dan Perbaikan

Amran bilang, Kementerian PU akan melakukan rehabilitasi atau perbaikan pada sistem irigasi yang sudah ada saat ini.

"Dengan Kementerian PU sudah kerjasama. Beliau akan menyanggupi untuk merehab (irigasi) primer, sekunder, tersier untuk yang ada sekarang, yang belum selesai," jelasnya.

 

2 dari 3 halaman

Waspada La Nina

Diberitakan sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Radin Intan II Lampung memprediksi peningkatan curah hujan sepanjang Oktober hingga November 2024. Kondisi ini diperkirakan akan memicu potensi bencana hidrometeorologi, terutama di daerah-daerah rawan.

Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Radin Intan II, Rudi Harianto, menjelaskan bahwa fenomena La Nina menjadi penyebab utama peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Lampung.

"La Nina memperkuat angin pasat timur yang membawa uap air lebih banyak dari Samudra Pasifik ke Indonesia. Akibatnya, peluang hujan di wilayah Lampung meningkat sekitar 10-20 persen, sehingga musim hujan akan lebih basah dari biasanya," kata Rudi kepada wartawan, Selasa (15/10/2024).

Rudi juga mengingatkan bahwa peningkatan curah hujan tersebut berpotensi memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, terutama di wilayah-wilayah rawan di Lampung.

Berdasarkan data BMKG Lampung, bencana banjir tercatat sebagai ancaman paling sering terjadi pada Oktober-November dalam 20 tahun terakhir (2003-2023). Dampak dari bencana ini meliputi banyaknya rumah terendam serta tingginya jumlah pengungsi.

"Selain banjir, bencana seperti tanah longsor dan cuaca ekstrem juga kerap terjadi, meskipun dampaknya tidak sebesar banjir. Kebakaran hutan jarang terjadi pada periode ini karena memasuki musim hujan," ungkapnya.

 

3 dari 3 halaman

Dampak Bencana

Menurut data statistik bencana Provinsi Lampung dari 2003 hingga 2024, Kota Bandar Lampung mencatatkan jumlah kerusakan tertinggi, terutama pada fasilitas umum, pendidikan, dan kesehatan. Daerah lain yang turut mengalami dampak signifikan adalah Lampung Selatan dan Tanggamus, terutama dalam hal jumlah korban dan kerusakan rumah.

"Wilayah dengan populasi besar cenderung mengalami dampak bencana yang lebih besar, baik dari segi frekuensi kejadian maupun kerusakan yang ditimbulkan," jelas dia.

BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi selama periode hujan ini. Rudi menyarankan, warga yang tinggal di daerah rawan bencana untuk lebih memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, seperti memastikan saluran air tidak tersumbat.

"Kami juga mendorong pemerintah daerah untuk melakukan perbaikan infrastruktur, seperti pendalaman dan pelebaran sungai, guna mencegah luapan air saat hujan lebat," tambahnya.

Masyarakat diimbau untuk terus memperbarui informasi terkait bencana melalui platform resmi BMKG, seperti website, aplikasi, atau media sosial.