Liputan6.com, Jakarta Data Bank Dunia mengungkapkan bahwa meskipun perempuan mencakup setengah dari populasi, mereka hanya memiliki kurang dari 20% bisnis di seluruh dunia.
Dikutip dari BBC pada Sein (4/11/2024), di bisnis milik laki-laki, hanya sebesar 23% pekerjanya perempuan, sedangkan perusahaan milik perempuan mempekerjakan lebih banyak perempuan dan lebih dari separuhnya dipimpin perempuan.Â
Baca Juga
Situasinya lebih rumit terjadi di India. Selama 30 tahun terakhir, jumlah perempuan dalam angkatan kerja hampir tidak berubah. Namun, perempuan memegang sekitar 14% dari total bisnis, terutama di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Advertisement
Sayangnya, sebagian besar bisnis ini kecil dan beroperasi di sektor informal membuat kontribusi perempuan terhadap PDB India hanya sekitar 17%, jauh di bawah rata-rata global.
"India berada di peringkat ke-57 dari 65 negara dalam kewirausahaan perempuan," menurut Global Entrepreneurship Monitor 2021.Â
Hambatan dan SolusiÂ
Studi Chiplunkar dan Goldberg mengidentifikasi hambatan signifikan bagi perempuan yang ingin bekerja atau memperluas bisnis mereka.
Biaya tinggi dalam mempekerjakan pekerja dan norma sosial yang menekan perempuan menjadi kendala utama. Simulasi dalam penelitian itu menunjukkan bahwa jika hambatan ini dihilangkan, lebih banyak bisnis milik perempuan akan berkembang dan dapat meningkatkan partisipasi kerja serta produktivitas ekonomi.
Menurut Ashwini Deshpande dari Universitas Ashoka, kebijakan yang mendorong perempuan menjadi wirausahawan jauh lebih efektif daripada mengubah norma sosial yang sudah mengakar.
"Sejarah memberi tahu kita bahwa norma itu melekat," ujarnya, menyoroti tantangan perempuan yang masih harus memikul sebagian besar pekerjaan rumah tangga, seperti memasak dan merawat anak.Â
Â
Selanjutnya
Selain itu, keterbatasan akses terhadap transportasi dan layanan pengasuhan anak membuat perempuan sulit bekerja jauh dari rumah.
Perwakilan dari Universitas California, Rolly Kapoor juga menemukan bahwa "bahkan keterbatasan perempuan untuk bepergian secara mandiri menjadi faktor besar yang menekan partisipasi mereka dalam pasar tenaga kerja."
Pentingnya Kerja dengan Gaji TetapÂ
Meskipun terdapat peningkatan jumlah perempuan yang bekerja, banyak dari mereka bekerja mandiri atau dalam pekerjaan dengan produktivitas rendah. "Ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam pekerjaan bergaji tetap dengan kontrak dan tunjangan jaminan sosial," kata Deshpande, menekankan bahwa pekerjaan formal adalah kunci pemberdayaan ekonomi perempuan.
Namun, hal ini tidak mudah dicapai. Banyak perempuan masih menghadapi larangan keluarga dan masyarakat untuk bekerja atau memulai bisnis. Jika lebih banyak perempuan memasuki angkatan kerja tanpa peningkatan jumlah pekerjaan, upah bisa turun karena persaingan yang ketat.
"Penelitian menunjukkan bahwa perempuan di India bekerja ketika peluang muncul, dan penurunan partisipasi mereka sering disebabkan oleh kurangnya pekerjaan," tambah Deshpande.Â
Laporan dari Barclays Research memperkirakan bahwa India dapat mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% jika perempuan mengisi lebih dari separuh tenaga kerja baru pada 2030.
"Mendorong lebih banyak perempuan menjadi wirausahawan adalah langkah penting untuk memperkuat ekonomi dan memastikan lebih banyak perempuan berpartisipasi," tulis Chiplunkar dan Goldberg dalam kesimpulan studi mereka.
Dengan kata lain, mendukung kewirausahaan perempuan bukan hanya tentang kesetaraan, tetapi juga tentang menciptakan ekonomi yang lebih kuat dan inklusif.Â
Â
Advertisement