Liputan6.com, Jakarta - Forum tahunan Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 akan diselenggarakan pada 4 hingga 6 November 2024. Acara yang memasuki tahun ketujuh ini merupakan bentuk kerja sama antara Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) dan Institute for Essential Services Reform (IESR).
Selain itu, acara ini juga didukung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Baca Juga
IETD 2024 dapat menjadi wadah penting bagi para pemangku kepentingan untuk berdiskusi dan mencari solusi sebagai upaya mempercepat transisi energi di Indonesia menuju keberlanjutan yang lebih hijau. Ungkap Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa pada media briefing yang diadakan di Restoran Seribu Rasa, Menteng, Jakarta dikutip Minggu (3/11/2024).
Advertisement
“Transisi energi tidak hanya soal berpindah dari energi fosil ke energi bersih, tetapi juga upaya penting untuk memastikan keberlanjutan ekonomi yang diinginkan pemerintah. Dengan komitmen pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%, sektor energi harus menyesuaikan diri dengan target rendah karbon agar kita bisa mencapai tujuan Indonesia Emas 2045.” Ungkap Fabby.
Fabby juga menyoroti tantangan iklim yang semakin mendesak, di mana tahun 2024 tercatat sebagai salah satu tahun terpanas di Indonesia.
“Fenomena ini menegaskan urgensi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Indonesia, sebagai salah satu negara pengemisi terbesar di dunia, harus memimpin langkah transisi energi. Kami berharap IETD 2024 dapat memperkuat komitmen pemerintah dalam mempercepat pembangunan energi terbarukan dan infrastruktur energi bersih,” Tegas Fabby.
IETD 2024 diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat diimplementasikan pemerintah dan menginspirasi sektor bisnis, investor, dan masyarakat untuk turut serta mendukung transisi energi di Indonesia.
PGN Cari Terobosan Transisi Energi
Sebelumnya, PT PGN Tbk selaku Subholding Gas Pertamina berkolaborasi dengan Universitas Udayana untukmengembangkan kapabilitas terobosan dan solusi pengelolaan energi, khususnya pemanfaatan gas bumi untuk mendukung transisi energi.
Direktur Program Pembinaan Ditjen Migas Kementerian ESDM, Mirza Mahendra, menerangkan bahwa tantangan penggunaan EBT di masa depan adalah keekonomian dan mensinergikan pengaturan hulu dan hilir.
"Kami mendapat tugas dari Presiden untuk melaksanakan swasembada energi. Karena energi impor akan menggerus ekonomi indonesia dan tugas kita bersama untuk menjaga pengelolaan energi melalui program diversifikasi energi," kata Mirza, Kamis (31/10/2024).
Mirza melanjutkan, untuk menuju Net Zero Emission 2060, point paling penting adalah transisi energi. Poin kuncinya adalah adalah gas bumi sebagai energi fosil paling ramah lingkungan.
"Itu lah kenapa, PGN mendeliver energi yang lebih baik dari sisi lingkungan," ujar Mirza.
Kemudian dari sisi cadangan, saat ini dan beberapa waktu ke depan, cadangan gas mencukupi. Namun memiliki tantangan yaitu infrastruktur untuk menyalurkan gas sampai ke masyarakat menuju NZE 2060.
Direktur Utama PGN, Arief Setiawan Handoko mengungkapkan, pengelolaan energi di masa depan bagi PGN perlu kolaborasi dengan civitas akademika untuk mengembangkan riset yang inovatif.
Kolaborasi PGN dengan Universitas Udayana juga untuk menyiapkan SDM yang unggul untuk pengelolaan energi ke depan. Maka ini pada kesempatan juga dapat meningkatkan kerjasama korporasi dengan calon-calon masa depan pengelola energi nasional.
Advertisement
Upaya PGN
Arief berharap, PGN dan Unversitas Udayana dapat membuahkan kerja sama yang konstruktif untuk mendukung upaya PGN dalam pengembangan pemanfaatan gas bumi. Selain itu, dapat menjadi untuk memperluas sosialisasi pemanfaatn gas bumi di kalangan anak-anak muda khususnya mahasiswa Universitas Udayan.
Khusus di Bali, PGN melakukan introduksi produk gas bumi beyond pipeline yaitu CNG dan LNG. Mengingat, belum adanya infrastruktur pipa dan sumber gas di Pulau Bali.
“Dalam rangka menyiapkan solusi energi menuju energi baru terbarukan, salah satu peluang untuk dikolaborasikan adalah energi hydrogen. PGN juga akan mengarah ke sana sebagai bagian dari strategi step out atau inisiatif untuk low carbon business untuk mendukung Net Zero Emission 2060,” ungkap Arief.
Rektor Universitas Udayana Prof. I Ketut Sudarsana.mengungkapkan, kerja sama di berbagai aspek, secara khusus dibidang riset energi baru terbarukan menjadi komitmen bersama dalam mengurangi jejak karbon dan bumi yang lebih baik.
Transisi Energi
"Universitas Udayana sebagai bagian dari masyarakat akademik dalam lembaga pendidikan, bersama dengan PGN, bersinergi, saling melengkapi atau satu sama lain agar edukasi, kesadaran dan peningkatan wacana concern transisi energi yang tengah kita hadapi saat ini dapat bergulir dengan lancar,” tutup I Ketut Sudarsana.
PGN dan Universitas Udayana sepakat gas bumi sebagai energi transisi yang dapat membawa perubahan nyata, menyongsong energi baru terbarukan di masa depan. Kerja sama ini juga diharapkan dapat membawa generasi ke depan untuk concern terhadap isu energi dan siap memasuki dunia kerja di tengah arus digitalisasi.
“Semoga kerja sama dapat menjadi awal energi baik bagi kita semua,” ujar I Ketut Sudarsana.
Advertisement