Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal Jumat ini dibuka melemah. Pelemahan rupiah ini di tengah rilis data inflasi Indonesia Oktober 2024.
Pada Jumat (1/11/2024), nilai tukar rupiah turun 17 poin atau 0,11 persen menjadi 15.715 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.698 per dolar AS.
Baca Juga
“Badan Pusat Statistik merilis data IHK Oktober 2024 hari ini, yang mencatatkan inflasi,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dikutip dari Antara.
Advertisement
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia mengalami inflasi 0,08 persen (month-to-month/mtm) pada Oktober 2024.
Inflasi tahunan mencapai 1,71 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 0,82 persen (year-to-date/ytd).
Lebih lanjut, Josua menuturkan pergerakan rupiah yang terbatas disebabkan oleh sinyal mixed dari rilis data ekonomi AS.
Di satu sisi, produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) pada kuartal III-2024 melambat lebih dari yang diantisipasi, sementara di sisi lain, data ketenagakerjaan AS, ADP Employment Change, melampaui estimasi pada Oktober 2024.
Selain itu, indikator harga pilihan untuk Fed, Indeks Harga PCE, sedikit menurun 2,1 persen yoy pada September 2024 dari 2,3 persen yoy, tetapi Indeks Harga PCE Inti masih mencatat 2,7 persen yoy, lebih tinggi dari yang diharapkan sebesar 2,6 persen yoy.
Klaim pengangguran awal AS juga secara mengejutkan menurun menjadi 216 ribu pada pekan yang berakhir pada 25 Oktober 2024, mencerminkan pasar tenaga kerja AS yang relatif lebih ketat.
Oleh karena itu, investor cenderung berhati-hati menjelang rilis data tingkat pengangguran AS dan NFP pada Jumat.
Josua memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp15.650 per dolar AS sampai dengan Rp15.750 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Akhiri Tren Deflasi, Indonesia Catat Inflasi 1,71% di Oktober 2024
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Oktober 2024 terjadi inflasi sebesar 1,71 persen year on year dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,01.
"Secara year on year terjadi inflasi sebesar 1,71 persen, dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 0,82 persen," kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Jumat (1/11/2024).
Amalia mengatakan, inflasi pada Oktober 2024 mengakhiri tren deflasi yang terjadi sejak Mei 2024 hingga September 2024. Adapun kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar perawatan pribadi dan jasa lainnya inflasi 0,94 persen dan memberi andil inflasi 0,06 persen.
BPS mencatat komoditas dominan yang mendorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan yang beri andil 0,06 persen. Sementara itu, ada komoditas lain yang memberikan andil inflasi, antara lain daging ayam ras dengan andil inflasi 0,04 persen, bawang merah andil inflasi 0,03 persen, tomat dan nasi dengan lauk dengan andil inflasi masing-masing 0,02 persen.
Advertisement
Inflasi Komponen Inti
Selanjutnya, kopi bubuk, minyak goreng, Sigaret Kretek Mesin dan beras memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.
Lebih lanjut, Amalia menyebut bahwa inflasi bulanan ini didorong oleh inflasi komponen inti, yang mengalami inflasi sebesar 0,22 persen dengan andil inflasi sebesar 0,14 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan, nasi dengan lauk, kopi bubuk, dan minyak goreng.
Sementara komponen diatur Pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,25 persen, dengan andil deflasi sebesar 0,05 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah bensin dan tarif angkutan udara.
Untuk komponen bergejolak juga mengalami deflasi sebesar 0,11 persen dengan andil deflasi sebesar 0,01 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi komponen bergejolak adalah cabai merah, cabai rawit, dan ikan segar.