Liputan6.com, Jakarta Ketika pemerintah secara efektif memaksa TikTok untuk menghentikan fitur Shop, perusahaan ini segera membuat kesepakatan tak biasa dengan perusahaan lokal untuk membawa kembali layanan TikTok Shop di Indonesia.
Setahun lalu, bisnis e-commerce TikTok di Indonesia tengah berkembang pesat. Dengan video viralnya, TikTok telah menjadi fenomena global dan memanfaatkan pengaruhnya sebagai sumber pendapatan baru yang kuat, memungkinkan pengguna membeli dan menjual barang sambil menonton video.
Baca Juga
Dikutip melalui The New York Times, sabtu (2/11/2024) Indonesia adalah pasar penting dan menjadi negara pertama yang menghadirkan fitur ini.
Advertisement
Aplikasi milik perusahaan teknologi China, ByteDance, memiliki sekitar 130 juta pengguna di Indonesia, hampir sebanyak pengguna di Amerika Serikat. Sejak diluncurkan di Indonesia pada 2021, TikTok Shop menjadi salah satu platform belanja online paling populer.
Namun suatu hari, TikTok mengumumkan bahwa mereka akan menghapus fitur Shop di aplikasinya di Indonesia. Pemerintah menyatakan bahwa platform media sosial tidak diizinkan lagi memproses pembayaran online, memaksa TikTok untuk menghentikan operasi e-commerce-nya secara mendadak.
Beberapa pejabat Indonesia berargumen bahwa popularitas TikTok Shop mengancam untuk memonopoli belanja online, sementara yang lain menyatakan bahwa TikTok tidak memiliki izin yang tepat. Pendukung TikTok dalam industri tersebut mengatakan pemerintah bertindak untuk melindungi pesaing TikTok di Indonesia.
Larangan tersebut tidak secara spesifik menyebut nama TikTok, namun dampaknya langsung terasa karena tidak ada aplikasi lain yang menggabungkan media sosial dan e-commerce seperti TikTok.
Menghadapi pengawasan pemerintah bukanlah hal baru bagi TikTok. Pemerintah India, yang pernah menjadi pasar terbesar aplikasi ini, melarang TikTok pada tahun 2020 sebagai reaksi atas sengketa perbatasan dengan China.
Larangan di AS dan Indonesia Mendorong Strategi Baru
Di Amerika Serikat, TikTok menghadapi kemungkinan larangan yang bisa diberlakukan mulai Januari, setelah bertahun-tahun menghadapi kekhawatiran tentang pengaruh dan keamanan datanya.
Ancaman di Indonesia berpotensi menghancurkan ambisi ByteDance untuk menghasilkan banyak uang melalui e-commerce. ByteDance berharap TikTok dapat mengulangi kesuksesan aplikasi saudara mereka, Douyin, yang meraih transaksi senilai USD 200 miliar dari bisnis belanja video langsung di China pada tahun 2022.
Pembatasan baru di Indonesia dapat mendorong negara-negara tetangga untuk mengambil tindakan serupa, ujar CEO Momentum Works, Jianggan Li.
“Ini adalah pasar yang tidak bisa mereka abaikan,” ujar Li.
TikTok ingin Shop kembali online pada 12 Desember, menurut dua sumber yang akrab dengan diskusi tersebut namun tidak diizinkan untuk berbicara secara terbuka.
Tanggal itu telah menjadi salah satu hari terbesar untuk penawaran di platform e-commerce di China selama bertahun-tahun, dan tren ini diikuti di Indonesia.
Tim dari kedua perusahaan bekerja tanpa henti. Mereka terus-menerus berkonsultasi dengan pemerintah mengenai struktur kesepakatan yang diusulkan. Shop tetap muncul sebagai tab di aplikasi TikTok, tetapi kini dilengkapi dengan logo dan warna hijau khas Tokopedia.
Advertisement
TikTok dan Tokopedia Berkolaborasi untuk Meningkatkan E-Commerce
Perubahan utama ada di sisi sistem. Ketika pengguna mengklik “Beli,” proses pembayaran dilakukan melalui sistem Tokopedia. Tokopedia adalah pemain kunci di Indonesia, salah satu bagian dari konglomerat teknologi Indonesia, GoTo.
Perusahaan-perusahaan di belakang GoTo telah mengembangkan teknologi pembayaran dan pengiriman yang memungkinkan pengguna di negara berpenduduk 270 juta orang dan 17.000 pulau untuk membeli barang online dan menerimanya dalam satu atau dua hari.
“Kombinasi konten dan pengalaman di TikTok ini unik,” kata analis senior di Samuel Sekuritas, Farras Farhan.
TikTok memperoleh kepemilikan mayoritas di Tokopedia, yang membayar TikTok untuk hak mengoperasikan TikTok Shop di Indonesia. GoTo mempertahankan kurang dari seperempat saham Tokopedia dan dijanjikan bagian dari keuntungan penjualan TikTok Shop di masa depan.
Melissa Siska Juminto, yang berusia 36 tahun, menghabiskan 12 tahun di Tokopedia membangun sistem e-commerce. Setelah kesepakatan, TikTok menempatkannya sebagai presiden dan direktur TikTok e-commerce dan Tokopedia.
Dalam kunjungan ke Tokopedia Tower, ia menjelaskan bahwa kerjasama ini saling menguntungkan.
“Kami belum pernah belajar sebanyak dalam enam bulan terakhir ini,” katanya.
Kembalinya TikTok Shop, Pedagang Berjuang di Tengah Persaingan yang Meningkat
Para penjual membuka kembali toko mereka di TikTok Shop dan menghadapi persaingan yang lebih ketat. Tahun lalu, TikTok Shop memiliki sekitar enam juta pedagang; kini terdapat 23 juta pedagang yang dapat bekerja dengan mudah di TikTok Shop dan Tokopedia.
Dalam wawancara, enam penjual mengaku kesulitan untuk mendapatkan jumlah pemirsa dan pembeli yang mereka miliki sebelum TikTok Shop ditutup.
Edri, seorang pedagang di Pasar Tanah Abang Jakarta, menjual sekitar 30 pasang jeans per hari di TikTok Shop — turun dari sekitar 100 sebelum penutupan Oktober lalu. Pengalaman TikTok di Indonesia mungkin bukan yang terakhir bagi bisnis e-commerce-nya yang diawasi.
Bulan ini, pejabat Indonesia mengatakan mereka telah meminta Apple dan Google untuk memblokir platform fast fashion China, Temu dan Shein, dari toko aplikasi di negara tersebut.
TikTok Shop saat ini tersedia di delapan negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, tetapi sebagian besar di Asia Tenggara.
“Jika aplikasi ini dilarang di Amerika Serikat, TikTok akan semakin mengandalkan Asia Tenggara untuk mempertahankan ambisi e-commerce-nya,” kata Li dari Momentum Works.
Advertisement