Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta mengalami inflasi sebesar 0,03% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi (-0,10%; mtm). Tekanan inflasi terutama bersumber dari kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga, serta kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Sementara itu, kelompok transportasi mengalami deflasi.
"Secara tahunan, Jakarta mengalami inflasi sebesar 1,58% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya (1,70%, yoy). Inflasi tersebut juga masih terkendali dalam sasaran 2,5±1% dan lebih rendah dari inflasi Nasional (1,71%, yoy)," kata Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta, Arlyana Abubakar dikutip Jumat (1/11/2024).
Baca Juga
Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya mengalami inflasi sebesar 0,93% (mtm), sehingga menyumbang 0,06% terhadap inflasi Jakarta. Inflasi pada kelompok ini terutama bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan berlanjutnya tren kenaikan harga emas global. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga mengalami inflasi sebesar 0,14% (mtm), dengan sumbangan inflasi sebesar 0,03%, utamanya didorong oleh kenaikan upah tukang bukan mandor.
Advertisement
Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang pada bulan sebelumnya mengalami deflasi, pada bulan ini mengalami inflasi sebesar 0,09% (mtm), dengan sumbangan inflasi sebesar 0,03%.
Inflasi pada kelompok ini terutama bersumber dari meningkatnya harga daging ayam ras, kopi bubuk, dan beras. Kenaikan harga daging ayam ras didorong oleh kenaikan harga livebird di tingkat peternak.
Sementara itu, kenaikan harga kopi bubuk didorong oleh harga kopi global yang meningkat dipengaruhi oleh kondisi cuaca panas dan kekeringan yang melanda sejumlah negara produsen.
Adapun meningkatnya harga beras disebabkan oleh penurunan pasokan dari wilayah sentra seiring musim panen raya yang sudah berakhir. Sedangkan, beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang merah, cabai rawit, dan minyak goreng mengalami penurunan harga didukung oleh ketersediaan pasokan yang tetap terjaga.
Kelompok Transportasi
Sementara itu, kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar -0,85% (mtm), lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya (-0,15%;mtm), sehingga menyumbang deflasi sebesar -0,12%.
Terjadinya deflasi terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif transportasi udara dan harga bensin, sejalan dengan penurunan harga BBM nonsubsidi baik Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamax Green 95, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Inflasi DKI Jakarta yang masih terkendali tidak terlepas dari sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi DKI Jakarta yang semakin kuat. Selama Oktober 2024, TPID Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pengendalian inflasi, antara lain:
(1) Program sembako murah dan pangan bersubsidi di berbagai wilayah Jakarta serta bazar pangan murah yang menjangkau daerah terluar Kepulauan Seribu yaitu Pulau Sabira
(2) Perluasan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) antara Food Station dengan PT Sentral Retailindo dan PT Mitra Jembrana (Bali);
(3) penyelenggaraan High Level Meeting (HLM) TPID untuk pengendalian inflasi jelang akhir tahun; serta
(4) Rapat Koordinasi TPID mingguan dalam rangka pemantauan stok dan harga.
Ke depan, sinergi TPID DKI Jakarta akan terus diperkuat untuk memastikan strategi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) dapat berjalan baik dan efektif, utamanya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Dengan berbagai upaya sinergi dan kolaborasi tersebut, inflasi Jakarta diharapkan dapat tetap terkendali dalam sasarannya, yaitu 2,5±1% pada tahun 2024.
Advertisement
BPS: Emas Perhiasan Penyebab Utama Inflasi Oktober 2024
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut emas perhiasan menjadi salah satu penyumbang utama inflasi Oktober 2024. Tercatat data inflasi Indonesia pada Oktober sebesar 0,08 persen.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia A. Widyasanti, mengatakan kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar perawatan pribadi dan jasa lainnya inflasi 0,94 persen dan memberi andil inflasi 0,06 persen.
"Komoditas emas perhiasan, sebagai salah satu komoditas kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, menjadi komoditas utama penyumbang inflasi Oktober 2024 dengan andil inflasi 0,06 persen," kata Amalia dalam konferensi pers BPS, Jumat (1/11/2024).Pasalnya, kata Amalia, harga emas di pasar internasional terus menunjukkan tren kenaikan. Fenomena ini juga tergambar pada harga emas perhiasan di dalam negeri.
Secara historis, komoditas emas perhiasan mengalami deflasi lima kali di tahun 2022, serta deflasi tiga kali di tahun 2023. Namun, sejak September 2023 komoditas emas perhiasan terus mengalami inflasi hingga Oktober 2024.
Selain emas perhiasan, daging ayam ras juga menjadi penyumbang inflasi pada Oktober 2024 dengan 0,04 persen. Kemudian, komodiyas bawang merah andilnya 0,03 persen.
Lalu, komoditas tomat andilnya 0,02 persen, nasi dengan lauk andilnya 0,02 persen, kopi bubuk andilnya 0,01 persen, minyak goreng andilnya 0,01 persen, Sigaret Kretek Mesin (SKM) andilnya 0,01 persen, dan telur ayam ras andilnya 0,01 persen.
Amalia menjelaskan, bahwa setelah mengalami deflasi sejak April 2024, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi dengan andil inflasi sebesar 0,03 persen.
Â
28 Provinsi Inflasi di Oktober 2024, Daerah Mana yang Tertinggi?
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 28 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami inflasi Oktober 2024. Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Maluku.
"Sebanyak 28 dari 38 provinsi di Indonesia menglamai inflasi, sedangkan 10 provinsi lainnya mengalami deflasi. Inflais tertinggi terjadi di Maluku yakni 0,65 persen, sementara deflasi terdalam terjadi di Maluku Utara 1,05 persen," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Jumat (1/11/2024).
Untuk rinciannya, inflasi tertinggi terjadi di Maluku sebesar 0,65 persen, Nusa Tenggara Timur 0,26 persen, Sulawesi Utara dan Sulawesi Barat sebesar 0,21 persen, Lampung inflasinya 0,20 persen, Jawa Tengah 0,19 persen, dan Kalimantan Utara sebesar 0,17 persen.
Selanjutnya, untuk inflasi terendah terjadi diJawa Barat sebesar 0,02 persen, Bali 0,07 persen. Sementara, deflasi terdalam terjadi di Maluku Utara 1,05 persen, Gorontalo 0,57 persen, Kepulauan Babel 0,18 persen, dan Kalimantan Timur 0,16 persen.
Adapun BPS melaporkan data inflasi Indonesia pada Oktober sebesar 0,08 persen. Secara tahunan (year-on-year/yoy) terjadi inflasi 1,71 persen, dan secara tahun kalender (year to date) 0,82 persen.
Amalia mengatakan, inflasi pada Oktober 2024 mengakhiri tren deflasi yang terjadi sejak Mei 2024 hingga September 2024. Adapun kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya inflasi 0,94 persen dan memberi andil inflasi 0,06 persen.
BPS mencatat komoditas dominan yang mendorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan yang beri andil 0,06 persen. Sementara itu, ada komoditas lain yang memberikan andil inflasi, antara lain daging ayam ras dengan andil inflasi 0,04 persen, bawang merah andil inflasi 0,03 persen, tomat dan nasi dengan lauk dengan andil inflasi masing-masing 0,02 persen.
Selanjutnya, kopi bubuk, minyak goreng, Sigaret Kretek Mesin dan beras memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.
Advertisement