Sukses

Pusat Inovasi Teknologi China Buka Peluang Investasi Fintech di Indonesia

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengumumkan langkah signifikan dalam memperkuat ekosistem fintech nasional dengan menjalin kerja sama strategis bersama Shenzhen Internet Finance Association.

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengumumkan langkah signifikan dalam memperkuat ekosistem fintech nasional dengan menjalin kerja sama strategis bersama Shenzhen Internet Finance Association.

Kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan akselerasi pada pertumbuhan industri fintech di Indonesia, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pusat inovasi keuangan digital dikawasan Asia Tenggara.

Kolaborasi AFPI dan SIFA akan fokus pada beberapa area utama, di mana kedua asosiasi akan secara aktif berbagi informasi dan wawasan mengenai regulasi, teknologi, dan tren terkinidalam industri fintech. Melalui kerja sama ini, anggota AFPI akan memiliki akses kepengetahuan dan pengalaman yang berharga dari para pelaku industri fintech di Shenzhen dan membuka ruang pertumbuhan serta dampak positif bagi perkembangan industri fintech di Indonesia.

"Kerja sama strategis ini merupakan tonggak penting bagi industri fintech Indonesia. Dengandukungan dari SIFA, kami optimis dapat mempercepat transformasi digital di sektorkeuangan dan meningkatkan inklusi keuangan bagi masyarakat Indonesia,” ujar HarzaSandityo, Ketua Bidang External Affairs & Advocacy AFPI.

"Kami juga berharap dapat berkontribusi dalam memperkuathubungan bilateral antara Indonesia dan China di bidang ekonomi digital,"

Shenzhen, sebagai pusat inovasi teknologi di China, memiliki ekosistem fintech yang dinamisdan berkembang pesat. Kolaborasi dengan SIFA ini akan memberikan kesempatan bagi AFPIuntuk belajar dari pengalaman dan keahlian mitra mereka di China.

SIFA menyambut antusias kerja sama ini. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan industri fintech, dan dipercaya bahwa melalui kolaborasi ini, kedua pihak dapat bersama-sama menciptakan inovasi-inovasi baru yang memberikan manfaatbagi masyarakat di kedua negara.Kerja sama ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri fintech di Indonesia yanglebih inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing.

Dengan demikian, fintech dapat berperanlebih besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2 dari 3 halaman

4 Tantangan Besar Industri Fintech Indonesia, Apa saja?

Kepala Departemen Pengaturan dan Perizinan IAKD Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Djoko Kurnijanto, menyampaikan terdapat empat tantangan besar yang dihadapi dalam pengembangan industri fintech di Indonesia.

“Tidak dapat dipungkiri bahwa ke saat ini tuh ada paling tidak ya kami mencatat ada empat tantangan besar nih di dalam pengembangan atau transformasi digital economy di negara kita,” kata Djoko dalam konferensi pers Pre-event Media Gathering Bulan Fintech Nasional 2024, di Jakarta, Senin (4/11/2024).

Tantangan pertama, bisnis Kontinuitas dan Permodalan. Djoko mennyebut bahwa Perusahaan fintech saat ini menghadapi tantangan signifikan dalam memastikan bisnis kontinuitas, yang mencakup dua aspek utama yakni tata kelola dan permodalan. Pihaknya mencatat banyak perusahaan fintech yang terpaksa berhenti karena kurangnya struktur tata kelola yang memadai dan ketidakmampuan menarik minat investor. 

Kata Djoko, data menunjukkan bahwa minat investasi di sektor ini cenderung menurun pada tahun 2023, meskipun beberapa perusahaan fintech berupaya meningkatkan penggalangan dana melalui berbagai sumber, seperti angel investor dan joint venture.

Lebih lanjut, Djoko menegaskan, bisnis kontinuitas sangat penting bagi keberlangsungan sebuah perusahaan. Perusahaan fintech harus memiliki tata kelola yang kuat dan visi misi yang jelas untuk menarik minat investor. Ketidakpastian di pasar membuat banyak investor enggan berinvestasi, sehingga perusahaan harus berinovasi dan mencari cara untuk memperkuat posisi mereka di pasar.

“Tapi intinya adalah salah satu tantangan utama adalah bisnis continuity yang itu direpresentasikan dengan adanya investor,” jelasnya.

Tantangan kedua, yakni berkaitan dengan Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Talenta. Sebab untuk menghadapi perkembangan teknologi, perusahaan fintech perlu menciptakan talenta yang mampu mengadaptasi perubahan. Kegiatan seperti Indonesia Fintech Summit dan Expo menjadi platform penting untuk membangun jaringan dan meningkatkan kompetensi di bidang digitalisasi. 

 

3 dari 3 halaman

Bekerja Sama dengan Akademisi

Dalam hal ini, penting bagi industri untuk bekerja sama dengan akademisi dan lembaga pelatihan guna menyiapkan generasi talent yang siap bersaing.

“Nah, dengan kegiatan ini tentunya juga kita bisa menularkan dengan berbagai macam kegiatan selama bulan fintech nasional kemudian kegiatan selama dua hari expo dan summit itukita bisa mempertemukan para mereka-mereka yang tertarik di bidang fintech ini untuk bisa meningkatkan kemampuan mereka di perdigitalan ini,” ujarnya.

Ketiga, terkait kemitraan dan Kolaborasi. Djoko menegaskan kolaborasi merupakan elemen krusial dalam menghadapi tantangan industri. Dengan pendekatan pentahelix yang melibatkan perusahaan fintech, lembaga keuangan, media, akademisi, dan regulator, diharapkan dapat tercipta ekosistem yang mendukung inovasi. 

Ia pun meyakini kolaborasi ini akan memperkuat jaringan dan memfasilitasi pertukaran pengetahuan, yang sangat penting dalam era digital saat ini.

“Nah, jadi tantangan-tantangan inilah yang kemudian membuat kami berpikir untuk tetap terus mengadakan kegiatan seperti Indonesia Fintech Summit dan Expo ini,” katanya.

 

Video Terkini