Sukses

Harga Minyak Melambung Usai OPEC+ Tunda Dongkrak Produksi

OPEC+ akan secara bertahap menghentikan pemotongan 2,2 juta barel per hari selama beberapa bulan mendatang, sementara pemotongan produksi 3,66 juta barel per hari lainnya akan tetap dilakukan hingga akhir 2025.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik hampir 3% pada perdagangan hari Senin. Kenaikan harga minyak dunia ini karena OPEC+ memutuskan untuk menunda rencana peningkatan produksi selama sebulan.

sementara, pelaku pasar saat ini tengah bersiap menghadapi minggu penting yang mencakup pemilihan presiden AS dan pertemuan penting di Tiongkok.

Mengutip CNBC, Selasa (5/11/2024), harga minyak berjangka Brent naik USD 1,98 per barel atau 2,71% dan ditutup pada USD 75,08 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,98 per barel atau 2,85% dan ditutup pada USD 71,47 per barel.

Pada hari Minggu, OPEC+, yang mencakup Negara-negara anggota organisasi pengekspor minyak plus Rusia dan sekutu lainnya, mengatakan akan memperpanjang pemangkasan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) selama satu bulan lagi atau hingga akhir Desember.

Pemotongan produksi atau lebih tepatnya penundaan peningkatan produksi ini telah dilakukan sejak Oktober kemarin. Alasannya, harga yang telah turun dalam dan permintaan yang lemah.

OPEC+ seharusnya meningkatkan produksi sebesar 180.000 bph mulai Desember.

“Mempertimbangkan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung, kami yakin grup tersebut menginginkan kejelasan lebih lanjut tentang dampak ekonomi dari pemotongan suku bunga di AS dan pelonggaran kebijakan fiskal dan moneter di Tiongkok,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.

“OPEC+ juga harus memiliki kejelasan tentang presiden AS berikutnya dan dampak pemotongan kompensasi dari negara-negara yang memproduksi di atas batas maksimal mereka di masa lalu.” tambah Giovanni.

OPEC+ akan secara bertahap menghentikan pemotongan 2,2 juta barel per hari selama beberapa bulan mendatang, sementara pemotongan produksi 3,66 juta barel per hari lainnya akan tetap dilakukan hingga akhir 2025.

 

2 dari 3 halaman

Konflik Geopolitik

Brent dan WTI membukukan penurunan mingguan minggu lalu masing-masing sekitar 4% dan 3%, karena rekor produksi AS membebani harga. Namun, kedua kontrak tersebut naik tipis pada hari Jumat karena laporan bahwa Iran dapat melancarkan serangan balasan terhadap Israel dalam beberapa hari.

Pada hari Kamis, situs web berita AS Axios mengatakan intelijen Israel menunjukkan bahwa Iran sedang bersiap untuk menyerang Israel dari Irak dalam beberapa hari, mengutip dua sumber Israel yang tidak disebutkan namanya.

Pasar juga menanti pemilihan presiden AS pada hari Selasa, dengan jajak pendapat menunjukkan Wakil Presiden Demokrat Kamala Harris dan mantan Presiden Republik Donald Trump bersaing ketat.

Dan pada hari Kamis, para ekonom memperkirakan Federal Reserve AS akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.

 

3 dari 3 halaman

Analisis

Para analis mengatakan volatilitas harga minyak akan tinggi minggu ini, dengan para pelaku pasar menunggu tanggapan Iran terhadap serangan Israel baru-baru ini, hasil pemilihan AS, dan keputusan suku bunga bank sentral.

Di Tiongkok, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional bertemu dari Senin hingga Jumat dan diharapkan menyetujui stimulus tambahan untuk meningkatkan ekonomi yang melambat, meskipun para analis mengatakan sebagian besar mungkin akan digunakan untuk membantu memangkas utang pemerintah daerah.