Sukses

3 Jenis Lapangan Usaha yang Serap Tenaga Kerja Tertinggi di Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, per Agustus 2024 tercatat 215,37 juta penduduk. Jumlah itu naik 2,78 juta orang jika dibandingkan Agustus 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut terdapat tiga lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja tertinggi, di antaranya lapangan usaha pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan.

"Dalam satu tahun terakhir, lapangan usaha tersebut juga menyerap tenaga kerja terbanyak, yaitu masing-masing 1,31 juta (pertanian), 0,78 juta (perdagangan), dan 0,66 juta tenaga kerja (industri pengolahan)," kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia A. Widyasanti, dalam konferensi pers BPS pengumuman Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2024, Senin (5/11/2024).

Amalia menyampaikan, per Agustus 2024 tercatat 215,37 juta penduduk usia kerja. Jumlah tersebut meningkat 2,78 juta orang jika dibandingkan Agustus 2023. Adapun perkembangan penduduk usia kerja jika dibandingkan Agustus 2023, yakni angkatan kerja (AK) mencaai 152,11 juta orang atau bertambah 4,40 juta orang, bukan angkatan kerja (BAK) mencapai 63,26 juta atau lebih rendah sekitar 1,62 juta orang.

"Dari angkatan kerja tersebut dari 144,64 juta orang di antaranya bekerja, dan jumlah penduduk yang bekerja ini bertambah 4,79 juta orang dibandingkan Agustus 2023," ujarnya.

Untuk rincian penduduk Indonesia yang bekerja, terdiri atas tenaga kerja penuh sebanyak 98,45 juta orang atau bertambah 2,06 juta orang; pekerja paruh waktu sebanyak 34,63 juta orang atau bertambah 0,51 juta orang; setengah pengangguran sebanyak 11,56 juta orang atau naik 2,22 juta orang.

Dari jumlah penduduk bekerja 144,64 juta orang, paling besar proporsinya adalah buruh/karyawan/pegawai sebesar 38,80 persen, kemudian berusaha sendiri 21,78 persen, berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 13,83 persen, pekerja keluarga 13,34 persen, pekerja bebas di nonpertanian 4,93 persen, pekerja bebas di pertanian 4,08 persen, dan berusaha dibantu buruh tetap 3,24 persen.

"Dibanding tahun sebelum pekerja berstatus buruh/karyawan/pegawai mengalami penambahan terbanyak yaitu sekitar 3,44 juta orang," pungkasnya.

2 dari 4 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal III 2024 Capai 4,95%

Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2024 tercatat 4,95%. Hal tersebut diungkapkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini, Selasa 5 November 2024.

"Ekonomi Indonesia triwulan III 2024 terhadap triwulan III 2023 tumbuhan sebesar 4,95% atau secara year on year," kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti.

Sedangkan dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 1,5%. Sampai dengan kuartal III 2024, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 5,03% secara tahunan.

Sesuai Prediksi

Sebelumnya, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memproyeksikan bahwa nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,96 persen year-on-year (yoy) pada triwulan III 2024.

“PDB diperkirakan tumbuh 4,96 persen dengan rentang estimasi 4,94-4,98 persen pada triwulan III 2024, mengingat masih terjadinya pelemahan daya beli dan tidak adanya faktor musiman yang mendorong pertumbuhan,” ujar Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky dikutip dari Antara, Selasa (5/11/2024).Angka estimasi tersebut menunjukkan adanya indikasi penurunan pertumbuhan ekonomi dibandingkan pencapaian pada dua triwulan sebelumnya, yakni 5,11 persen yoy di triwulan I 2024 dan 5,05 persen yoy di triwulan II 2024.

 

3 dari 4 halaman

Momen Pemilu dan Ramadan

Ia mengatakan bahwa selama semester pertama 2024, Indonesia masih belum mampu tumbuh secara signifikan lebih dari 5 persen meskipun dua kuartal berturut-turut memiliki faktor pendorong musiman.

Terdapat penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) dan bulan suci Ramadan selama triwulan I, sedangkan pada triwulan II terdapat perayaan Idul Fitri dan berbagai hari raya keagamaan lainnya serta periode libur sekolah.

“Fenomena ini mengindikasikan tren yang cukup mengkhawatirkan seiring adanya risiko bahwa Indonesia tidak mampu tumbuh mencapai 5 persen tanpa adanya faktor musiman,” ucapnya.

Riefky pun memperkirakan pada bulan-bulan menjelang akhir 2024, ekonomi Indonesia berpotensi tidak dapat tumbuh signifikan sebelum munculnya faktor musiman akhir tahun, yakni periode libur natal dan tahun baru.

4 dari 4 halaman

Pertumbuhan PDB Nasional Melambat

Selain itu, ia menyoroti bahwa seiring dengan turunnya belanja pemerintah secara drastis pada triwulan II setelah upaya percepatan penyelesaian proyek infrastruktur dan penyelenggaraan pemilu pada triwulan I, pertumbuhan PDB nasional juga ikut melambat.

“Dominansi belanja pemerintah dalam komponen pertumbuhan ekonomi mungkin membuktikan lesunya produktivitas berbagai sektor di perekonomian Indonesia,” tuturnya.

Riefky menyampaikan bahwa penurunan produktivitas tersebut terlihat dari adanya perlambatan pertumbuhan pada 11 dari 17 sektor ekonomi selama triwulan II.

Perlambatan tersebut terjadi pada sektor manufaktur, konstruksi, penyaluran air dan pengolahan limbah, jasa usaha, real estate, serta sektor pengolahan.

“Untuk sisa tahun 2024, pertumbuhan ekonomi bergantung pada kemampuan pemerintah baru menghasilkan quick wins sembari secara strategis menangani isu struktural guna memastikan ekspansi pertumbuhan jangka menengah dan panjang,” imbuhnya.