Sukses

Rupiah Perkasa Sambut Pilpres AS 2024, Bagaimana Prediksi Rabu 6 November 2024?

Rupiah ditutup menguat tipis 4 poin terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa sore, 5 November 2024 setelah sempat melemah 30 poin di level Rp 15.748.

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (USD) di tengah momentum pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2024.

Rupiah ditutup menguat tipis 4 poin terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa sore, 5 November 2024 setelah sempat melemah 30 poin di level Rp 15.748 dari penutupan sebelumnya di level 15.753. 

"Sedangkan untuk  perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp 15.640 - Rp 15.750," ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Selasa (5/11/2024).

"Para pedagang sebagian besar tetap menghindari risiko sebelum pemilihan presiden AS yang diperebutkan dengan sengit di kemudian hari, yang melemahkan taruhan pada pemotongan suku bunga yang lebih dalam oleh The Fed, membuat para pedagang waspada dan berdampak terhadap kedigdayaan indeks dolar AS," ungkap Ibrahim.

Dalam pertemuan Federal Reserve pekan ini, The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, lebih kecil dari pemangkasan sebesar 50 basis poin yang dilakukan pada September 2024. 

Namun, Ibrahim mengingatkan, prospek pemangkasan di masa mendatang akan diawasi dengan ketat, terutama karena data terbaru menunjukkan kekuatan ekonomi AS dan inflasi yang tinggi.

Sebelumnya, data penggajian nonpertanian di AS dari Jumat juga menunjukkan sedikit penurunan di pasar tenaga kerja. Ini menjadi tren yang memberi The Fed lebih banyak dorongan untuk terus memangkas suku bunga.

Sementara itu, di Tiongkok, rapat NPC menjadi fokus untuk isyarat stimulus lebih lanjut Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok. Badan politik paling berkuasa di negara itu memulai rapat empat hari pada Senin, 4 November 2024.

"NPC diperkirakan akan menyetujui lebih banyak pengeluaran fiskal oleh pemerintah, terutama setelah Beijing menguraikan serangkaian langkah fiskal yang ditujukan untuk mendukung pertumbuhan," beber Ibrahim.

Sementara itu, di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2024 mencapai 4,95% (YoY). 

 

 

2 dari 4 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Adapun produk domestik bruto atau PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada kuartal III/2024 mencapai Rp.5.638,9 triliun. Sementara itu, PDB berdasarkan harga konstan mencapai Rp3.279,6 triliun.

Pertumbuhan ekonomi RI kuartal III/2024 tumbuh 4,95% dari pergerakan kuartal II/2024. Namun, pada kuartal II/2024 pertumbuhan ekonomi masih lebih tinggi, yakni 5,05% (YoY).

Bila dibandingkan dengan triwulan II/2024 tumbuh 1,50% QtQ. Proyeksi Bloomberg mengungkapkan, terdapat peluang pertumbuhan ekonomi kuartal III/2024 lebih rendah dari kuartal sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu.

"Lemahnya ekonomi Indonesia ini akibat tak ada momen pendorong seperti Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) selayaknya kuartal pertama dan kedua tahun ini. Alhasil, konsumsi masyarakat berpotensi lebih rendah. Di sisi lain, investasi yang tumbuh melambat pada kuartal III/2024 akan berdampak pada kontribusi pertumbuhan PDB," papar Ibrahim.

 

3 dari 4 halaman

Jelang Rilis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2024, Kurs Rupiah Malah Nyungsep

Sebelumnya, nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan Selasa dibuka merosot menjelang rilis data produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2024.

Pada awal perdagangan Selasa, rupiah turun 31 poin atau 0,20 persen menjadi Rp15.784 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.753 per dolar AS.

“Hari ini, Badan Pusat Statistik akan merilis PDB triwulan III-2024. Kami memperkirakan pertumbuhan PDB triwulan III-2024 sedikit melambat menjadi 5,02 persen year on year dari 5,05 persen year on year di triwulan II-2024,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dikutip dari Antara, Selasa (5/11/2024).

Pertumbuhan PDB triwulan III-2024 diperkirakan sedikit melambat terutama karena pertumbuhan investasi yang melambat.

Sementara Surat Berharga Negara (SBN) diperdagangkan sideways pada Senin meskipun rupiah sedang dalam tren pelemahan. Hari ini, pemerintah akan melakukan lelang obligasi untuk seri SBSN, dengan target indikatif sebesar Rp9 triliun. Seri yang dilelang dalam lelang ini adalah SPNS6mo, SPNS9mo, PBS032, PBS030, PBS004, PBS039, dan PBS038.

Dari sisi eksternal, pergerakan kurs rupiah dipengaruhi oleh sentimen politik terkait Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS).

Investor saat ini masih menunggu hasil pemilu AS dan pengumuman pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November 2024 untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang arah kebijakan fiskal dan moneter AS di masa mendatang.

Pada perdagangan hari ini, Josua memproyeksikan kurs rupiah berada di rentang15.700 per USD hingga 15.800 per USD.

4 dari 4 halaman

Rupiah Menguat Tipis di Akhir Oktober 2024, Ini Prediksi pada November 2024

Sebelumnya, Rupiah menguat di akhir bulan pada Kamis, 31 Oktober 2024. Rupiah ditutup menguat tipis 1 point terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada Kamis (31/10), setelah sebelumnya sempat menguat 5 point  dilevel Rp.15.703 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.704.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp.15.690 - Rp.15.760," ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Kamis (31/10/2024).

Data resmi menunjukkan ekonomi AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 2,8% pada kuartal ketiga 2024, sedikit lebih rendah dari 3% yang diperkirakan oleh para ekonom.

Adapun indikator AS yang beragam semalam, menunjukkan pasar kerja AS yang longgar tetapi konsumen yang percaya diri, memberikan sedikit kejelasan tentang prospek suku bunga Federal Reserve, yang memungkinkan dolar AS melayang lebih rendah dengan imbal hasil Treasury.

"Namun baru-baru ini, pembacaan ekonomi telah menunjukkan pasar kerja dan ekonomi yang tangguh, memacu para pedagang untuk mengurangi taruhan mereka pada pemotongan suku bunga," Ibrahim menyoroti.

"Baik dolar maupun imbal hasil obligasi AS juga telah didukung dalam beberapa hari terakhir oleh meningkatnya spekulasi di pasar dan pada beberapa platform taruhan tentang kemenangan dalam pemilihan presiden 5 November untuk kandidat Republik Donald Trump - yang kebijakan tarif dan imigrasinya dianggap inflasi - dan yang menentang Demokrat Kamala Harris," lanjutnya. 

Selain kinerja ekonomi AS, pasar juga terus mengamati perkembangan konflik di Timur Tengah, dengan kabar terbaru Perdana Menteri Lebanon menyatakan harapannya bahwa kesepakatan gencatan senjata dengan Israel akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.