Sukses

Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Berpeluang Turun pada Akhir 2024

Chief Economist PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Leo Putera Rinaldy menuturkan, potensi penurunan suku bunga BI masih dipengaruhi beberapa hal.

Liputan6.com, Jakarta - The Federal Reserve (The Fed) kembali mengumumkan pemangkasan suku bunga 25 basis poin atau 0,25% jadi 4,5-4,75%.

Menyusul kebijakan tersebut, Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih mempunyai ruang untuk menurunkan suku bunga acuan pada dua bulan terakhir 2024.

Kendati begitu, Chief Economist PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Leo Putera Rinaldy mengatakan potensi penurunan suku bunga BI masih dipengaruhi beberapa hal. Selain suku bunga The Fed, perkembangan ekonomi dalam negeri juga disebut menjadi pertimbangan penurunan suku bunga The Fed.

"Kalau Rupiah cenderung menguat jelang Rapat Dewan Gubernur BI, penurunan itu terbuka di November atau Desember 2024 ini,” kata Leo dalam temu media di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (8/11/2024).

Leo menambahkan, nilai tukar rupiah masih cenderung bergerak stabil di angka Rp 15.000 per USD. Sebagai gambaran, secara month to date (mtd) nilai tukar Rupiah masih melemah 0,2 persen meski tidak setajam Oktober 2024.

"Namun kalau kita lihat nilai tukar rupiah cenderung stabil,” imbuh Leo.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 tumbuh sebesar 4,95 persen (yoy). Di sisi lain, Leo menilai inflasi Indonesia masih sangat stabil dan tidak menjadi perhatian khusus bank sentral.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2024 tercatat inflasi sebesar 0,08 persen (mtm), sehingga secara tahunan sedikit menurun menjadi 1,71 persen (yoy) dari realisasi inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,84 persen (yoy). 

 

 

2 dari 4 halaman

The Fed Pangkas Suku Bunga November 2024 Jadi 4,50%-4,75%

Sebelumnya, Federal Reserve (The Fed) menyetujui pemangkasan suku bunga kedua berturut-turut pada Kamis, 7 November 2024 bergerak dengan kecepatan yang tidak seagresif sebelumnya tetapi tetap melanjutkan upayanya untuk menyesuaikan kebijakan moneter Amerika Serikat.

Melansir CNBC  International, Kamis (8/11/2024) Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menurunkan suku bunga acuan pinjaman sebesar seperempat poin persentase atau 25 basis poin, ke kisaran target 4,50%-4,75%.

Pemangkasan ini pun sesuai dengan prediksi pasar, yang telah dikomunikasikan baik pada pertemuan September maupun dalam pernyataan tindak lanjut dari para pembuat kebijakan sejak saat itu.

Pemangkasan suku bunga dilakukan dengan pemungutan suara bulat komite. Kali ini, Gubernur The Fed Michelle Bowman menyetujui keputusan tersebut.

Pernyataan pascapertemuan mencerminkan beberapa perubahan dalam cara The Fed memandang kondisi ekonomi AS. Di antaranya adalah perubahan pandangan dalam cara menilai upaya untuk menurunkan inflasi sambil mendukung pasar tenaga kerja.

"Komite menilai bahwa risiko untuk mencapai sasaran ketenagakerjaan dan inflasi secara kasar seimbang," tulis The Fed dalam risalah terbaru. 

 

 

3 dari 4 halaman

Prediksi Desember

Para pedagang kini memperkirakan The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga seperempat poin persentase pada Desember mendatang, lalu berhenti pada bulan Januari karena menilai dampak dari langkah pengetatannya, menurut alat FedWatch milik CME Group.

"Kami menafsirkan pernyataan tersebut secara keseluruhan sebagai petunjuk ke jalur kebijakan yang stabil saat ini. karena para pembuat kebijakan meluangkan waktu untuk mencerna dampak kemenangan Trump pada kebijakan ekonomi, kondisi keuangan, dan semangat, dengan pemotongan lain pada bulan Desember sebagai kasus dasar yang baik," kata Krishna Guha, wakil ketua Evercore ISI.

FOMC mengindikasikan pada September 2024 bahwa para anggota mengharapkan pemotongan suku bunga hingga setengah poin persentase lagi pada akhir tahun ini dan kemudian satu poin persentase penuh lagi pada 2025. 

4 dari 4 halaman

The Fed Pastikan Hasil Pilpres AS Tak Pengaruhi Kebijakan Suku Bunga

Presiden terpilih AS, Donald Trump memperoleh kemenangan pada Pemilu Nasional yang diselenggarakan pekan ini.

Para ekonom sebagian besar memperkirakan kebijakan ekonomi Trump akan menimbulkan tantangan bagi inflasi, dengan niatnya mengenakan tarif impor dan deportasi massal bagi imigran tidak berdokumen.

Namun, pada masa jabatan pertamanya, inflasi tetap rendah sementara pertumbuhan ekonomi, di luar fase awal pandemi Covid, tetap kuat.

Akselerasi aktivitas ekonomi di bawah Trump dapat mendorong Yhe Fed untuk memangkas suku bunga lebih sedikit, tergantung pada bagaimana inflasi bereaksi.

Powell mengatakan pemerintahan baru tidak akan secara langsung memengaruhi kebijakan moneter.

"Dalam waktu dekat, pemilu tidak akan memengaruhi keputusan kebijakan kami," kata Powell.