Sukses

Viral Peternak Sapi Protes Buang Susu di Pasuruan dan Boyolali

Di Pasuruan, Jawa Timur, terlihat sebuah video yang membuang susu ke sebuah rerumputan dan ilalang. Dalam video itu terlihat susu yang memgalir deras dari selang yang berukuran cukup besar.

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial diramaikan dengan aksi protes peternak sapi perah yang membuang hasil panen susu. Tak tanggung-tanggung, ada total susu dengan nilai total ratusan juta rupiah yang dibuang.

Protes ini tak lain karena susu hasil produksi tersebut ditolak oleh Industri Pengolah Susu (IPS). Sehingga, hasil produksi para peternak lokal yang seharusnya dimanfaatkan industri besar malah tidak diterima.

Di Pasuruan, Jawa Timur, terlihat sebuah video yang membuang susu ke sebuah rerumputan dan ilalang. Dalam video itu terlihat susu yang memgalir deras dari selang yang berukuran cukup besar.

Seseorang dalam video tersebut yang diduga peternak sapi perah itu menerangkan kalau susu yang dibuang berasal dari sebuah kelompok Tani Makmur.

"Susu dari Tani Makmur dibuang," ucapnya, seperti dikutip, Senin (11/11/2024).

Perlu diketahui, video ini ramai sejak 7 November 2024 lalu. Hingga berita ini ditulis, video yang diunggah oleh warganet di X alias Twitter @Ne*******ca itu telah disukai sebanyak 11.700 orang dan diunggah ulang 4.500 orang.

Hal serupa terjadi di Boyolali, Jawa Tengah, para pengepul dan peternak susu sapi menggelar protes di sejumlah titik. Salah satunya dilakukan di Monumen Susu Tumpah, Boyolali.

Dalam video yang beredar, bahkan seseorang menggunakan susu tersebut untuk mandi. Hal itu dilakukan tepat di atas mobil pick up berwarna hitam.

Di sisi lain, aksi protes juga dilakukan dengan membagikan sebagian besar sapi hasil perahan tersebut ke warga di sekitar lokasi. Ada beberapa warga yang membawa jeriken hingga botol minum berukuran sedang untuk meminta susu.

Di tempat lain, para peternak dan pengepul susu ini membuang susu ke tempat pembuangan akhir (TPA). Seluruh aksi itu memprotes penyerapan hasil peternak susu lokal yang terbatas. Mereka menduga industri pengolah susu lebih memilih susu impor.