Sukses

Rupiah Lesu di Level 15.700 per Dolar AS 12 November 2024

Penguatan dolar AS terjadi di tengah taruhan pasar bahwa kebijakan inflasi Amerika di bawah Presiden Terpilih AS, Donald Trump akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau lesu pada Selasa, 12 November 2024. Rupiah ditutup melemah 92 poin terhadap Dolar Amerika Serikat (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 110 poin di level Rp 15.781,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.689,5.

Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang  Rp 15.770 - Rp 15.880,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Selasa (12/11/2024).

Penguatan dolar AS terjadi di tengah taruhan pasar bahwa kebijakan inflasi Amerika di bawah Presiden Terpilih AS, Donald Trump akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang. 

“Dolar melesat ke level tertinggi empat bulan minggu ini, sementara imbal hasil Treasury juga bergerak naik,” ungkrap Ibrahim. 

Ia melihat, sikap proteksionis Trump terhadap perdagangan dan imigrasi di AS diperkirakan akan menjadi faktor inflasi yang lebih tinggi.

“Fokus minggu ini adalah pada data inflasi indeks harga konsumen AS yang utama, yang diperkirakan akan menunjukkan inflasi tetap stabil pada bulan Oktober,” bebernya.

Pembacaan tersebut juga kemungkinan akan menjadi faktor ekspektasi terhadap suku bunga.

Selain data inflasi, sejumlah pejabat Federal Reserve (The Fed) juga akan menyampaikan pidato pekan ini, dan memberikan lebih banyak isyarat tentang kebijakan setelah bank sentral memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pekan lalu. 

CME Fedwatch kini menunjukkan, para pedagang terlihat memperkirakan peluang 66,7% untuk pemangkasan 25 bps lagi pada bulan Desember, dan peluang 33,3% suku bunga akan tetap tidak berubah.

 

2 dari 2 halaman

Utang China

Sementara itu, di Asia, Kongres Rakyat Nasional China menyetujui utang baru senilai 10 triliun yuan untuk mendukung pemerintah daerah. 

Namun, para pedagang menolak karena kurangnya langkah-langkah yang ditargetkan untuk konsumsi pribadi dan pasar properti, terutama dalam menghadapi peningkatan tarif perdagangan di bawah kepresidenan Trump.

Meski begitu, analis di JPMorgan memperkirakan China akan mengeluarkan lebih banyak tindakan fiskal yang terarah dalam beberapa bulan mendatang, dan Beijing kemungkinan mencoba mengukur dampak dari kebijakan Trump.