Liputan6.com, Jakarta CEO Kopi Kenangan, Edward Tirtanata, memiliki kecintaan pada kopi sejak masa kuliah, hingga ia kerap membeli satu gelas besar setiap hari di Dunkin' Donuts atau 7-Eleven. Kini, di usia 35 tahun, ia tidak hanya menikmati secangkir kopi harian, tetapi telah menambah jumlahnya menjadi tiga atau lebih untuk tujuan uji produk.
Dikutip melalui CNBC, Jum’at (15/11/2024) Yang dimulai sebagai kedai kopi lokal di Indonesia pada 2017, kini menjadi merek kopi internasional bernilai lebih dari USD 1 miliar, dengan lebih dari 800 lokasi di seluruh Asia Tenggara.
Baca Juga
Perusahaan ini menghasilkan penjualan lebih dari USD 100 juta pada tahun 2023 aau setara dengan Rpp 1,5 triliun setahun.
Advertisement
Tirtanata dibesarkan di ibu kota Indonesia, Jakarta, namun pada tahun 2007, ia pindah ke AS untuk kuliah di Northeastern University di Boston, mengambil jurusan keuangan dan akuntansi. Walaupun ia kurang menikmati studi akademik, semangat kewirausahaannya telah muncul sejak awal.
Temukan Prinsip Dasar Bisnis
Ketika masih bersekolah, Tirtanata menemukan prinsip bisnis dasar: "Beli rendah, jual tinggi." Ia menjual kartu Pokémon dan bot permainan kepada teman-teman sekolah untuk mendapatkan keuntungan. Pengalaman ini semakin diperkuat oleh pengaruh orang tuanya yang juga pengusaha.
Pada tahun pertamanya di universitas, ibunya mengabarkan bahwa bisnis sang ayah mengalami masalah keuangan. Setelah mendengar kabar tersebut, Tirtanata mempercepat program lima tahunnya menjadi tiga tahun dan segera kembali ke Indonesia untuk membantu usaha keluarga.
Meskipun menghadapi kesulitan finansial dengan keluarganya, Tirtanata tetap menapaki jalur wirausaha yang ia bangun sendiri. Ini menjadi awal dari lahirnya Kopi Kenangan.
Awal Mendirikan Kopi Kenangan
Sebelum Kopi Kenangan, pada 2015, Tirtanata membuka jaringan kedai teh bernama Lewis & Carroll di Indonesia. Namun, ia menyadari bahwa kedai teh tersebut tidak seuntung yang diharapkan.
Bersama rekannya, James Prananto, ia menemukan bahwa banyak rantai kedai kopi dan teh di Indonesia harganya terlalu mahal bagi masyarakat lokal.
Berdasarkan data dari Starbucks Tall Latte Index, secangkir latte kecil di Indonesia dapat menghabiskan lebih dari 30% pendapatan harian rata-rata masyarakat, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan AS yang hanya sekitar 2%. Hal ini memicu lahirnya ide untuk Kopi Kenangan.
Pada tahun 2017, Tirtanata dan Prananto menginvestasikan total USD 15.000 untuk membuka lokasi pertama mereka di Jakarta dengan model grab-and-go (ambil dan pergi).
Dengan model ini, mereka dapat menghemat biaya sewa tempat duduk dan dekorasi kafe, sehingga bisa lebih fokus pada bahan-bahan berkualitas.
Advertisement
Rahasia Kesuksesan Kopi Kenangan hingga Mendunia
Dalam bisnis kopi yang sudah sangat kompetitif, Kopi Kenangan berhasil menonjol berkat tiga strategi utama: model grab-and-go, penggunaan teknologi, dan pendekatan hyperlocal.
"Rantai kopi global seperti Starbucks menekankan konsistensi, tetapi saya menyadari bahwa selera orang berbeda-beda," jelas Tirtanata.
Dengan pendekatan ini, Kopi Kenangan memastikan rasa kopi di setiap negara sesuai dengan preferensi lokal, menggunakan pendekatan berbasis data.
Selama pandemi Covid-19, Kopi Kenangan menggandakan upaya integrasi teknologi yang memungkinkan mereka melipatgandakan jumlah toko.
Per April 2024, Kopi Kenangan telah berhasil mengumpulkan dana lebih dari USD 230 juta dari investor internasional. Saat ini, toko-toko Kopi Kenangan dapat ditemukan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Namun, Tirtanata masih memiliki rencana ekspansi global dan berharap dapat mendaftarkan perusahaannya di bursa saham AS suatu hari nanti.
"Saya sangat bersemangat dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Saya percaya kita baru memulai perjalanan ini.” tutupnya.