Sukses

Hilirisasi Nikel Jadi Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menuju 8%

Hilirisasi telah menjadi prioritas pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengolahan sumber daya alam di dalam negeri.

Liputan6.com, Jakarta Sosok perempuan itu duduk di tempat yang tinggi, di dalam sebuah kotak kaca berbingkai besi yang kokoh. Dari posisinya, ia tampak begitu fokus, dengan tangannya yang bergerak lincah mengendalikan berbagai tuas di sisi kanan dan kiri. Sesekali, jari-jarinya menekan tombol-tombol dengan cekatan, mengaktifkan sistem yang menggerakkan lengan baja raksasa. Perlahan tapi pasti, lengan baja itu memindahkan gulungan-gulungan logam besar ke tempat yang sudah ditentukan.

Dari bawah, perempuan itu terlihat seperti sedang mengoperasikan robot canggih. Ia menjadi sosok pengendali alat berat yang ukurannya luar biasa besar. Meskipun tangannya tampak kecil dan tidak kekar seperti kaum laki-laku yang biasa menjadi operator alat berat, namun keahliannya tidak bisa diremehkan. Kemampuannya mengendalikan alat tersebut membuktikan bahwa ia mampu bekerja secara terampil, sejajar dengan para laki-laki yang biasanya mendominasi profesi ini.

Perempuan adalah Yusi, operator hoist crane di PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Dia menjadi salah satu dari banyak perempuan perkasa yang bekerja pada pabrik pengolahan nikel di Sulawesi Tengah itu. Sebelum bekerja di pabrik itu, Yusi tak pernah menyangka bisa jadi operator alat berat yang selama ini didominasi laki-laki.

“Menurut orang di luar, mustahil perempuan bisa menjadi kru hoist crane karena sangat langka bagi perempuan menjadi operator alat berat,” kata Yusi.

Operator hoist crane yang diperankan Yusi itu hanya bagian kecil dari proses pabrik seluas 4.000 hektare di bibir pantai Kecamatan Bahadopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Bersama 80.000 karyawan lain, Yusi menyalakan pabrik pengolahan nikel itu, meleburnya menjadi berbagai produk jadi.

PT. IMIP mengelola kawasan industri nikel dengan rantai terpanjang di dunia, dari hulu sampai hilir. Belasan industri tumbuh di sana, dengan produk utama berupa nikel, stainless steel, dan carbon steel. Industri pendukungnya macam-macam, dari coal power plant, pabrik mangan, silikon, chrome, kapur, kokas, dan lain-lain.

Kompleks industri ini menjadi contoh nyata hilirisasi yang jadi perhatian pemerintah sejak di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Sejak 1 Januari 2020, pemerintah memang melarang ekspor bijih nikel. Semua harus diolah di dalam negeri menjadi barang jadi, sehingga nilai jualnya akan makin tinggi.

Indonesia memang gencar melakukan hilirisasi hasil tambang. Selain mineral nikel, pemerintah juga telah melarang ekspor bahan mentah jenis ore bauksit sejak 11 Juni 2023. Sejak larangan ekspor bahan mineral mentah diberlakukan, berbagai smelter atau fasilitas pemurnian mineral mentah menyala di sekujur negeri.

Pada 2022, pemerintah telah membangun tujuh smelter, tahun 2023 sebanyak lima smelter. Tahun 2024, pemerintah punya target 53 smelter. Bermula dari smelter-smelter inilah nantinya hasil tambang akan diolah hingga turunannya menjadi berbagai produk jadi untuk diekspor, termasuk nikel yang diolah di kawasan industri PT IMIP tersebut..

Dari hilirisasi nikel, pendapatan Indonesia melejit. Pada 2015 ekspor Indonesia hanya Rp45 triliun. Setelah larangan ekspor bahan mentah nikel diberlakukan pada 2020, nilai ekspornya meroket Rp340 triliun pada 2021. Pada 2022 melonjak jadi Rp520 triliun, dan tahun lalu angkanya Rp520 triliun.

Sebagian orang memang menilai angka-angka itu hanya dinikmati oleh para investor yang menanamkan modal ke smelter-smelter nikel. Tapi perlu diingat, rakyat semacam Yusi juga menerima manfaat hilirisasi nikel dengan menjadi tenaga kerja. Jumlahnya tidak sedikit, industri nikel itu mampu menyerap puluhan ribu tenaga kerja. Itu baru di satu tempat.

Negara juga kecipratan pendapatan dari pajak pajak perusahaan, pajak karyawan, bea ekspor, pajak ekspor, bea keluar, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Angkanya lumayan besar. Pada 2015, PNBP dari minerba cuma Rp29 triliun. Sedangkan pada 2023 angkanya melambung Rp172 triliun.

2 dari 3 halaman

Prabowo Lanjutkan Program Hilirisasi Nikel

Kini pucuk pemerintahan memang sudah berganti. Jabatan Presiden sudah beralih dari Joko Widodo ke Prabowo Subianto. Namun, rupanya kebijakan hilirisasi nikel ini tidak berubah. Hilirisasi nikel bahkan digadang menjadi salah satu kunci sukses Prabowo mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

“Kita bersyukur kita punya sumber daya alam yang cukup besar, kita sekarang tidak boleh ragu-ragu memanfaatkannya sebaik-baiknya, hilirisasi kunci daripada kemakmuran,” kata Prabowo saat memimpin sidang kabinet perdana pada 23 Oktober 2024.

Target pertumbuhan ekonomi itu memang cukup tinggi di tengah perlambatan ekonomi global saat ini. Namun bukan mustahil untuk dicapai. Toh dalam sejarahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai dua digit, yaitu 10,92 persen di tahun 1968. Sementara pada 1995, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 9,88 persen.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat memberikan arahan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Sentul, Kabupaten Bogor, pada Kamis 7 November 2024 mengatakan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Triwulan III-2024, ekonomi Indonesia tumbuh 4,95 persen (yoy) atau 5,03 persen (ctc).

Jawa memiliki kontribusi paling besar, yaitu 56,84 persen dengan sumber pertumbuhan utama di sektor industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi. Sebanyak 15 provinsi, atau setara 26,7 persen PDB, berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional pada Triwulan III-2024. Provinsi Papua Barat menjadi daerah dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu  19,56 persen. Sulawesi Tengah sebesar 9,08 persen. Pertumbuhan yang tinggi itu disokong oleh hilirisasi sektor industri pengolahan dan pertambangan.

“Ini membuktikan bahwa dengan industrialisasi dan hilirisasi kita bisa maju. Ini juga yang membuat Bapak Presiden yakin bahwa pertumbuhan 8 persen kita bisa capai,” ujar Menko Airlangga.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan, hilirisasi merupakan motor utama pertumbuhan ekonomi nasional. Hilirisasi menciptakan nilai tambah sekaligus membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dia menambahkan, hilirisasi menjadi prioritas pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengolahan sumber daya alam di dalam negeri.

“Yang harus dilakukan adalah hilirisasi, dan hilirisasi harus kita laksanakan. Saat saya menjabat di Kementerian Investasi, saya menyusun peta jalan hilirisasi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi kita," kata Bahlil.

3 dari 3 halaman

Dampak Hilirisasi Nikel Sudah Terasa

Prabowo memang baru mengembangkan layar kepemimpinan. Biduk pemerintahannya baru melaju. Pilihan Prabowo untuk meneruskan program hilirisasi nikel yang digagas Joko Widodo akan menjadi kompas dalam mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

Setidaknya, buah manis hilirisasi nikel telah terasa. Mari kita lihat kontribusi beberapa kawasan hilirisasi industri di Morowali terhadap pertumbuhan perekonomian daerah tersebut. Pada 2023, pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Morowali mencapai 20,34 persen dengan kontribusi industri pengolahan mencapai 72,72 persen.

Nilai PDRB per kapita Kabupaten Morowali mencapai Rp927,23 juta di 2023, yang menjadi nilai tertinggi di Indonesia karena didorong faktor ekspor komoditas pertambangan, yakni produk nikel dan besi baja.

Yang jelas, selain diharapkan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi di era Prabowo, kebijakan hilirisasi nikel telah menjadi tumpuan hidup banyak orang, seperti Yusi yang sehari-hari bersahabat dengan alat berat di PT IMIP itu.

 

(*)

Video Terkini