Sukses

Gas Bumi jadi Cara Terbaik Transisi Energi, Tapi Infrastruktur Mahal

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyadari pentingnya transisi energi ke sumber yang lebih ramah lingkungan. Gas bumi menjadi salah satu energi dengan tingkat emisi paling rendah dalam kategori energi fosil.

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyadari pentingnya transisi energi ke sumber yang lebih ramah lingkungan. Gas bumi menjadi salah satu energi dengan tingkat emisi paling rendah dalam kategori energi fosil.

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menyampaikan emisi gas bumi jauh lebih rendah dibandinf minyak bumi maupun batu bara. Itu jadi alasan mendasar gas bumi bisa jadi salah satu pilihan untuk memulai peralihan ke energi baru terbarukan (EBT).

"Transisi yang terbaik, yang paling the best adalah menggunakan gas bumi karena gas bumi adalah yang paling rendah emisinya dibandingkan fosil lainnya. Bahkan dibandingkan batubara, emisinya hanya 50 persen," kata Djoko dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XI DPR RI, Senin (18/11/2024).

Kendati begitu, dia menyadari ada tantangan yang mesti dihadapi. Yakni, biaya pembangunan infrastruktur gas bumi yang cukup mahal. Apalagi, melihat peta geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan

"Problem kendala dari gas bumi adalah mengenai infrastruktur dan harga. Kita ada 17.000 pulau, untuk membangun infrastruktur gas itu tidak mudah, biayanya cukup besar," ungkapnya.

Tantangan lainnya adalah pada penjualan hasil produksi dari lapangan-lapangan gas bumi yang ada. Djoko membandingkan, jika minyak bumi bisa langsung dijual, sementara gas bumi harus dipastikan lebih dahulu pembelinya dan kontrak jangka panjang.

"Tidak seperti minyak, kita produksi langsung bisa kita jual. Gas ini harus ada pembelinya dan kontraknya jangka panjang dan infrastruktur menjadi suatu kendala mengingat negara kita negara kepulauan," jelas Djoko Siswanto.

 

 

2 dari 4 halaman

Ada 15 Proyek Mulai Produksi 2025

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan ada 15 proyek migas yang mulai produksi 2025, tahun depan. Artinya, itu akan mrnggantikan hasil produksi dari sumur-sumur tua.

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mencatat 15 proyek yang dibidik mulai produksi (on stream) itu memiliki nilai sekitar USD 753,2 juta. Proyek-proyek ini akan menambah jumlah produksi migas RI.

"Di tahun depan kami menargetkan ada 15 proyek yang dapat on-stream," kata Djoko dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Senin (18/11/2024).

Dia mencatat, sudah banyak lapangan migas yang berumur tua. Alhasil, produksinya sudah tidak maksimal kembali. Dengan demikian, penambahan dari proyek-proyek baru ini jadi upaya menjaga tingkat produksi migas nasional.

"Proyek-proyek ini diharapkan dapat menambah produksi nasional atau membantu menahan natural decline, yang memang pasti akan terjadi pada setiap lapangan migas, khususnya lapangan-lapangan minyak yang sudah tua, yang telah melewati masa puncak produksinya," tuturnya.

"Termasuk Exxon Mobil Cepu sebetulnya juga sudah melewati puncak produksinya yang tempo hari sempat mencapai 225 ribu barrel oil per day (bopd), saat ini sudah mencapai di 160 ribu barrel oil per day (bopd)," sambungnya.

Penambahan proyek-proyek tadi dinilai bisa berkontribusi pada penambahan kapaaitas fasilitas produksi. Pada 2025, total produksi minyak bumi diprediksi sebesar 57.576,5 bopd dan gas bumi sebesar 749,7 mmscfd, sehingga totalnya mencapai 191.451,5 boepd.

 

3 dari 4 halaman

Daftar Proyek On Stream 2025

Adapun, tercatat ada sebanyak 6 proyek minyak bumi yang mulai produksi. Sisanya, sebanyak 9 proyek merupakan gas bumi.

"Ini yang warna merah adalah gas, yang warna hijau adalah minyak, mudah-mudahan ini dapat on-stream sesuai dengan target tahun depan ada 15 proyek," kata Djoko.

Rincian proyek migas yang onstream 2025, diantaranya Terubuk Medco RP Natuna dengan rencana produksi 6.654 bopd minyak bumi dan 60 mmscfd gas bumi dengan target onstream kuartal 2 2025. Balam GS Upgrade PHR dengan rencana produksi 31,921 bopd, ditarget instream kuartal 1 2025.

NDD A14 Stage-2 PHR dengan rencana produksi 2,814 bopd yang ditarget onstream pada kuartal 2 2025. CEOR Minas PHR dengan rencana produksi 1,566 bopd, ditarget onstream kuartal 4 2025. Akasia Bagus Stage-1 Pertamina EP dengan tsrget produksi 9000 bopd dan 22 mmscfd gas bumi. OPL Rama PHE OSES dengan rencana produksi 739 bopd yang ditarget onstream kuartal 2 2025.

 

4 dari 4 halaman

Berikutnya

Berikutnya ada proyek A-24 Premier Oil Natuna Sea B.V dengan rencana produksi 6,6 mmscfd yang ditarget onstream kuartal 3 2025. Bangkudulis (Rental EPF), PT Pertamina EP (KSO) dengan rencana produksi 6 mmscfd yang onstream mulai kuartal 1 2025. Karamba ISOG dengan rencana produksi 7 mmscfd yang ditarget onstream mulai kuartal 2 2025.

Sisi Nubi AOI 1,3,5 PHM dengan rencana produksi 60 mmscfd yang ditarget onstream pada kuartal 4 2025. Senoro Selatan, JOB Pertamina-Medco E&P, Tomori Sulawesi dengan rencana produksi 110 mmacfd yang ditarget onstream mulai kuartal 4 2025. Suban Future Fascility Optimization (revamping) Medco EP Grissik Ltd dengan rencana produksi 4878 bopd dan 400 mmscfd yang ditarget onstream kuartal 4 2025.

Letang Tengah Rawa Expansion, Medco EP Grissik Ltd. dengan rencana produksi 70 mmscfd dan target onstream pada kuartal 1 2025. Serta, OPL PHE ONWJ dengan rencana produksi 130 bopd dan 4,5 mmscfd yang ditarget mulai onstream kuartal 4 2025.

Video Terkini