Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik lebih dari USD 2 per barel pada perdagangan Senin. Kenaikan harga minyak ini setelah rilis berita bahwa produksi minyak mentah di ladang minyak Johan Sverdrup di Norwegia telah dihentikan.
Selain itu, harga minyak dunia kembali naik karena adanya eskalasi perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Selasa (19/11/2024), harga minyak mentah Brent naik USD 2,26, atau 3,18% dan ditutup pada level USD 73,30 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup pada USD 69,16 per barel, naik USD 2,14 atau 3,19%.
Advertisement
Equinor, perusahaan energi internasional berkantor pusat di Norwegia, mengatakan telah menghentikan produksi dari ladang minyak Johan Sverdrup, yang merupakan ladang minyak terbesar di Eropa Barat, karena pemadaman listrik.
Juru bicara Equinor mengatakan, pekerjaan untuk memulai kembali produksi sedang berlangsung, tetapi tidak segera jelas kapan akan dilanjutkan.
Analis UBS Giovanni Staunovo mengatakan, harga minyak memperpanjang kenaikannya karena berita penghentian produksi, yang mengindikasikan kemungkinan pengetatan pasar minyak mentah Laut Utara. Pasokan fisik minyak mentah dari Laut Utara mendukung kompleks berjangka Brent.
Perang Rusia
Harga juga naik karena perang Rusia di Ukraina meningkat selama akhir pekan.
Dalam pembalikan signifikan kebijakan Washington, pemerintahan Presiden Joe Biden telah mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang jauh ke Rusia. Hal ini diungkap oleh dua pejabat AS dan sumber yang mengetahui keputusan tersebut.
Â
Keputusan Sembrono
Kremlin mengatakan pada hari Senin bahwa Rusia akan menanggapi apa yang disebutnya sebagai keputusan sembrono oleh pemerintahan Biden, setelah sebelumnya memperingatkan bahwa keputusan seperti itu akan meningkatkan risiko konfrontasi dengan aliansi NATO yang dipimpin AS.
Analis pasar IG Tony Sycamore menjelaskan, Joe Biden mengizinkan Ukraina untuk menyerang pasukan Rusia di sekitar Kursk dengan rudal jarak jauh mungkin akan melihat tawaran geopolitik kembali ke minyak, karena itu merupakan peningkatan ketegangan di sana sebagai tanggapan terhadap pasukan Korea Utara yang memasuki keributan.
Invasi Rusia ke Ukraina mengguncang jaringan pasokan energi Eropa karena negara-negara Uni Eropa yang marah dengan perang tersebut berupaya membeli pasokan gas di tempat lain.
Analis energi MST Marquee Saul Kavonicmenjelaskan, sejauh ini dampaknya terhadap ekspor minyak Rusia sangat kecil. Namun, harga minyak dapat naik lebih jauh jika Ukraina menargetkan lebih banyak infrastruktur minyak.
Rusia melancarkan serangan udara terbesarnya ke Ukraina dalam hampir tiga bulan pada hari Minggu, yang menyebabkan kerusakan parah pada sistem kelistrikan negara tersebut.
Â
Advertisement
Perdagangan Pekan Lalu
Harga minyak Brent dan WTI turun lebih dari 3% minggu lalu karena data yang lemah tentang tingkat pengoperasian kilang minyak Tiongkok.
Selain itu, penurunan itu juga terjadi setelah Badan Energi Internasional memperkirakan bahwa pasokan minyak global akan melebihi permintaan lebih dari 1 juta barel per hari pada tahun 2025, bahkan jika pemotongan produksi tetap berlaku dari OPEC+.
Direktur energi berjangka Mizuho New York Bob Yawger menjelaskan, para pedagang mulai mengalihkan perdagangan WTI ke kontrak Januari menjelang berakhirnya kontrak Desember pada hari Rabu. Selisih antara kedua kontrak tersebut diperdagangkan sebagai paritas, yang mengancam akan mengubah batas depan selisih dari backwardation menjadi contango.
"Posisi yang ekstrem dapat menggerakkan pasar," kata Yawger.
Peralihan ke contango berarti kontrak selanjutnya akan mulai diperdagangkan dengan premi terhadap kontrak bulan depan.