Liputan6.com, Jakarta - SCG kembali memperkuat komitmennya terhadap keberlanjutan melalui peluncuran "Bezt Eco Friendly Cement", suatu inovasi semen rendah karbon terbaru. Produk ini diperkenalkan dalam acara ESG Symposium 2024 Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta pada Selasa (19/11/2024).
“Keberlanjutan bukanlah tujuan akhir, melainkan esensi dari bisnis SCG. Kami percaya bahwa inovasi seperti ini dapat menciptakan sinergi antara lingkungan dan ekonomi,” ujar President & CEO SCG, Thammasak Sethaudom.
Baca Juga
Dia juga menegaskan, inovasi ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mendukung transisi Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi hijau.
Advertisement
Semen ini menggunakan bahan baku daur ulang seperti slag semen, abu terbang, dan limbah industri. Proses produksinya menggunakan energi terbarukan, sehingga mampu mengurangi emisi karbon hingga 50 kg per ton.
Selain itu, produk ini juga telah mendapatkan skor sebesar 95% pada sertifikasi Green Label dan memenuhi standar SNI 127% untuk ketahanan serta 7% lebih tinggi dibandingkan produk sejenis.
SCG juga mengembangkan teknologi lain seperti "Carbon Capture” untuk mengurangi emisi karbon dan Alternative Fuel and Raw (AF/AR) yang menggunakan limbah sebagai bahan bakar alternatif.
“Dengan teknologi ini, kami mampu mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil hingga 20% sambil tetap meningkatkan efisiensi produksi," ujar Presiden Direktur SCG Indonesia, Peramas Wajananat menambahkan.
SCG berharap inovasi ini tidak hanya mendukung target Net Zero Carbon Emission 2060, tetapi juga mempercepat tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
SCG Cetak Laba Bersih Rp 3 Triliun hingga September 2024
Siam Cement Group Public Company Limited (SCG), perusahaan semen dan bahan material terbesar di Thailand dan Asia Tenggara mengumumkan kinerja hingga sembilan bulan pertama 2024. SCG terus berupaya melakukan efisiensi biaya dan investasi hijau yang berkelanjutan.
Presiden dan CEO Siam Cement Group Thammasak Sethaudom menjelaskan, pendapatan SCG untuk hingga sembilan bulan pertama 2024 mencapai USD 10,655 miliar atau kurang lebih Rp 168,3 triliun. Pendapatan ini didorong oleh volume penjualan dari SCGC (SCG Chemicals) dan SCGP (SCG Packaging).
EBITDA tercatat sebesar 1,1 miliar USD (Rp17,1 triliun), turun 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Laba bersih tercatat sebesar 192 juta USD atau Rp 3 triliun, turun 75% karena biaya operasional untuk proyek Long Son Petrochemicals (LSP), penurunan harga produk kimia, dan berkurangnya keuntungan dari afiliasi," jelas dia dalam keterangan tertulis, Kamis (7/11/2024).
Advertisement
Kinerja Kuartal III
Khusus kuartal III 2024, pendapatan mencapai USD 3,7 miliar atau Rp 58,3 triliun, dengan EBITDA sebesar USD 284 juta atau Rp 4,5 triliun dan laba sebesar USD 21 juta atau Rp 327,7 miliar, menurun 81% dibandingkan kuartal sebelumnya,
"Penurunan ini terutama akibat dampak nilai tukar Baht, penyesuaian harga inventori, dan penurunan pendapatan dari afiliasi," kata dia.
Per September 2024, total aset SCG mencapai USD 26,8 miliar atau Rp 404 triliun. Dari jumlah tersebut, total aset SCG di ASEAN (selain Thailand) adalah USD 12 miliar atau Rp 180,3 triliun dengan total aset Indonesia mencapai USD 3,3 miliar atau Rp 49,3 triliun atau 12% dari aset konsolidasi SCG di semua negara.
SCG IndonesiaUntuk SCG di Indonesia, perusahaan melaporkan pendapatan dari penjualan untuk periode sembilan bulan pertama 2024 sebesar USD 835 juta atau Rp13,2 miliar, yang mencatat peningkatan tahunan sebesar 13%, terutama didorong oleh ekspor dari SCG Chemicals (SCGC).