Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melesat pada Rabu, 20 November 2024 jelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) terhadap kebijakan suku bunga.
Mengutip Antara, Rabu (20/11/2024), pada awal perdagangan, rupiah menguat lima poin atau 0,03 persen menjadi 15.840 per dolar AS dari sebelumnya 15.845 per dolar AS.
Baca Juga
"Pasar masih menunggu rilis hasil Rapat Dewan Gubernur BI siang nanti,” ujar Analis Bank Woori Saudara Rully Nova kepada Antara.
Advertisement
Rully mengatakan, pasar berharap suku bunga acuan BI tetap 6 persen guna menjaga spread bunga dengan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed dan stabilitas kurs.
Rully prediksi, rupiah hari ini bergerak relatif stabil dengan kecenderungan menguat tipis pada kisaran 15.845 hingga 15.890 per dolar AS dipengaruhi oleh faktor indeks dolar AS dan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang stabil.
Indeks dolar AS berada di kisaran 106,17, sedangkan imbal hasil obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun di level 4,39 persen.
Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Berpeluang Turun pada Akhir 2024
Sebelumnya, The Federal Reserve (The Fed) kembali mengumumkan pemangkasan suku bunga 25 basis poin atau 0,25% jadi 4,5-4,75%.
Menyusul kebijakan tersebut, Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih mempunyai ruang untuk menurunkan suku bunga acuan pada dua bulan terakhir 2024.
Kendati begitu, Chief Economist PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Leo Putera Rinaldy mengatakan potensi penurunan suku bunga BI masih dipengaruhi beberapa hal. Selain suku bunga The Fed, perkembangan ekonomi dalam negeri juga disebut menjadi pertimbangan penurunan suku bunga The Fed.
"Kalau Rupiah cenderung menguat jelang Rapat Dewan Gubernur BI, penurunan itu terbuka di November atau Desember 2024 ini,” kata Leo dalam temu media di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (8/11/2024).
Leo menambahkan, nilai tukar rupiah masih cenderung bergerak stabil di angka Rp 15.000 per USD. Sebagai gambaran, secara month to date (mtd) nilai tukar Rupiah masih melemah 0,2 persen meski tidak setajam Oktober 2024.
"Namun kalau kita lihat nilai tukar rupiah cenderung stabil,” imbuh Leo.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 tumbuh sebesar 4,95 persen (yoy). Di sisi lain, Leo menilai inflasi Indonesia masih sangat stabil dan tidak menjadi perhatian khusus bank sentral.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2024 tercatat inflasi sebesar 0,08 persen (mtm), sehingga secara tahunan sedikit menurun menjadi 1,71 persen (yoy) dari realisasi inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,84 persen (yoy).
Advertisement
The Fed Pangkas Suku Bunga November 2024 Jadi 4,50%-4,75%
Sebelumnya, Federal Reserve (The Fed) menyetujui pemangkasan suku bunga kedua berturut-turut pada Kamis, 7 November 2024 bergerak dengan kecepatan yang tidak seagresif sebelumnya tetapi tetap melanjutkan upayanya untuk menyesuaikan kebijakan moneter Amerika Serikat.
Melansir CNBC International, Kamis (8/11/2024) Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menurunkan suku bunga acuan pinjaman sebesar seperempat poin persentase atau 25 basis poin, ke kisaran target 4,50%-4,75%.
Pemangkasan ini pun sesuai dengan prediksi pasar, yang telah dikomunikasikan baik pada pertemuan September maupun dalam pernyataan tindak lanjut dari para pembuat kebijakan sejak saat itu.
Pemangkasan suku bunga dilakukan dengan pemungutan suara bulat komite. Kali ini, Gubernur The Fed Michelle Bowman menyetujui keputusan tersebut.
Pernyataan pascapertemuan mencerminkan beberapa perubahan dalam cara The Fed memandang kondisi ekonomi AS. Di antaranya adalah perubahan pandangan dalam cara menilai upaya untuk menurunkan inflasi sambil mendukung pasar tenaga kerja.
"Komite menilai bahwa risiko untuk mencapai sasaran ketenagakerjaan dan inflasi secara kasar seimbang," tulis The Fed dalam risalah terbaru.
Prediksi Desember
Para pedagang kini memperkirakan The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga seperempat poin persentase pada Desember mendatang, lalu berhenti pada bulan Januari karena menilai dampak dari langkah pengetatannya, menurut alat FedWatch milik CME Group.
"Kami menafsirkan pernyataan tersebut secara keseluruhan sebagai petunjuk ke jalur kebijakan yang stabil saat ini. karena para pembuat kebijakan meluangkan waktu untuk mencerna dampak kemenangan Trump pada kebijakan ekonomi, kondisi keuangan, dan semangat, dengan pemotongan lain pada bulan Desember sebagai kasus dasar yang baik," kata Krishna Guha, wakil ketua Evercore ISI.
FOMC mengindikasikan pada September 2024 bahwa para anggota mengharapkan pemotongan suku bunga hingga setengah poin persentase lagi pada akhir tahun ini dan kemudian satu poin persentase penuh lagi pada 2025.
Advertisement