Sukses

Ekonomi Indonesia Tetap Solid di Tengah Dinamika Global, Sektor Ini Bakal Positif

Meski terdapat tekanan dari ketidakpastian kebijakan ekonomi global, terutama setelah Pemilu Amerika Serikat, Indonesia tetap mampu mempertahankan resiliensi ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Jelang akhir tahun, ekonomi global diwarnai oleh volatilitas dan dinamika global yang semakin kompleks. Meski begitu, ekonomi nasional diproyeksikan akan tetap menunjukkan kinerja positif, didukung oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga serta penguatan di berbagai sektor strategis.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan, meskipun terdapat tekanan dari ketidakpastian kebijakan ekonomi global, terutama setelah Pemilu Amerika Serikat, Indonesia tetap mampu mempertahankan resiliensi ekonomi.

"Di tengah fluktuasi pasar keuangan global yang dipicu oleh kenaikan imbal hasil US Treasury dan penguatan dolar AS, ekonomi Indonesia tetap tangguh. Pertumbuhan triwulan III mencapai 4,95%, didukung oleh belanja pemerintah dan investasi yang terus meningkat," ujar Andry dalam Mandiri Macro and Market Brief Road to Mandiri Investment Forum 2025 di Jakarta, Rabu (20/11/2024).

Andry memaparkan, tingkat inflasi yang terkendali pada kisaran 1,7% hingga Oktober 2024 menjadi indikator penting stabilitas makroekonomi Indonesia. Terlebih, dengan surplus perdagangan yang mencapai USD 24,4 miliar hingga Oktober 2024.

"Meski menurun dibandingkan tahun lalu, perekonomian tetap mendapat dukungan dari sektor ekspor,” ungkap dia.

Di samping itu, konsumsi masyarakat turut menunjukkan tren stabil. Berdasarkan Mandiri Spending Index (MSI), aktivitas belanja relatif terjaga dengan sektor-sektor usaha antara lain elektronik, hiburan, dan kebutuhan mobilitas mencatat pertumbuhan positif.

"Momentum ini diperkirakan akan meningkat pada akhir tahun berkat aktivitas terkait Pilkada serta libur Natal dan Tahun Baru,” tambah Andry.

 

2 dari 4 halaman

Sektor Usaha

Adapun, sektor-sektor yang terkait mobilitas seperti sektor hotel dan restoran, transportasi, pergudangan, dan jasa lainnya diperkirakan akan mendapat imbas positif.

Sebabnya, sektor terkait mobilitas masih konsisten meneruskan pola pertumbuhan sejak 2022. Hasil riset Tim Ekonom Bank Mandiri menunjukkan, pada triwulan III 2024 sektor jasa lainnya, transportasi dan pergudangan, dan penyediaan akomodasi dan makan-minum tumbuh tinggi masing-masing 9,95%, 8,64% dan 8,33%.

"Kami melihat bahwa pertumbuhan triwulan IV akan semakin kokoh dengan kontribusi dari belanja pemerintah dan investasi, khususnya pada infrastruktur," ujar Andry.

Melihat berbagai faktor pendukung tersebut, Tim Ekonom Bank Mandiri memperkirakan ekonomi Indonesia akan mencatat pertumbuhan sebesar 5% - 5.05% pada akhir 2024. Andry menilai, stabilitas ekonomi yang terjaga menjadi pondasi penting bagi keberlanjutan pertumbuhan di masa mendatang.

"Kami optimis bahwa Indonesia mampu menghadapi tantangan global dengan baik dan melanjutkan tren pertumbuhan positif yang mendukung pembangunan jangka panjang,” pungkasnya.

3 dari 4 halaman

Insentif Beli Rumah Diperpanjang, Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 5,1% pada 2024

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ferry Irawan optimistis Indonesia masih bisa mengejar pertumbuhan ekonomi 5,1 persen pada 2024.

Ferry mengatakan, pemerintah terus berupaya menggenjot pertumbuhan ekonomi dari sisi belanja APBN, yang secara tren bakal meroket di kuartal IV. Sehingga ekonomi nasional bisa tumbuh 5,2-5,3 persen pada triwulan akhir tahun ini. 

"Kita masih upaya terus, APBN masih ada dua bulan. (Penyaluran) KUR (Kredit Usaha Rakyat) juga tetap kita dorong. Jadi bisa 5,1 persen (full year 2024). Memang secara siklus juga APBN tinggi di triwulan IV," kata Ferry di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (13/11/2024).

Keyakinan itu juga dipupuk berkat adanya sejumlah keringanan yang diberikan pemerintah. Semisal penerapan pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) sebesar 100 persen pada September-Desember 2024, untuk pembelian rumah.

"Kenapa PPN DTP Perumahan itu kita balikin lagi dari 50 persen di awal semester II ke 100 persen di September-Desember. Untuk mengantisipasi itu sebenarnya, daya beli, kita butuh stimulus. Itu bagian dari upaya kita untuk itu, menjaga antisipasi siklus-siklus tadi," bebernya. 

Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2024 berada di bawah 5 persen, yakni sekitar 4,95 persen. 

Angka tersebut mengacu pada besaran produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III 2024. PDB atas harga berlaku sebesar Rp 5.638,9 triliun dan PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.279,6 triliun.

Sementara, secara kuartalan (QtQ) pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III 2024 tumbuh 1,50 persen. Sehingga secara kumulatif pada Januari-September 2024,  ekonomi tumbuh sebesar 5,03 persen.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Demi Pertumbuhan Ekonomi 8%, Beli Rumah Masih Bebas Pajak pada 2025

Sebelumnya, Pemerintah akan melanjutkan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor perumahan pada 2025. Kebijakan ini diambil guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan memperkuat kontribusi sektor perumahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono, mengungkapkan bahwa sektor perumahan menjadi salah satu andalan pemerintah dalam meningkatkan PDB nasional.

“Di sektor perumahan ini jadi sektor andalan untuk mendorong PDB kita. Tahun ini kemarin disetujui perpanjangan PPN DTP untuk properti,” kata Susiwijono kepada media di Jakarta, Senin (11/11/2024).

Ia menjelaskan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, telah mengusulkan perpanjangan insentif ini. Usulan tersebut diajukan mengingat pentingnya sektor perumahan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Untuk tahun depan, Pak Menko Perekonomian sudah mengusulkan perpanjangan. Sektor perumahan sangat penting, selain untuk memenuhi kebutuhan pekerja dan lainnya, komponen ini juga sangat kita andalkan dalam PDB,” jelas Susi.

Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8%

Susi menambahkan, kontribusi sektor perumahan terhadap PDB dianggap signifikan. Oleh karena itu, pemerintah berharap kebijakan ini dapat membantu mencapai target pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen pada 2025.

“Karena sektor ini kontribusinya ke PDB sangat besar sekali,” tegasnya.

Reporter: Ayu

Sumber: Merdeka.com