Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada Jumat (22/11/2024). Kekhawatiran ketegangan geopolitik antara Ukraina dan Rusia bayangi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Mengutip Antara, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bertambah tiga poin atau 0,02 persen menjadi 15.928 dari sebelumnya 15.931.
Baca Juga
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong prediksi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah pada Jumat, 22 November 2024 di tengah kekhawatiran pasar terhadap ketegangan geopolitik antara Ukraina dan Rusia.
Advertisement
"Rupiah diperkirakan melemah terhadap dolar AS yang masih melanjutkan penguatan di tengah kekuatiran seputar perang di Ukraina dan tarif Trump," ujar Lukman saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Di sisi lain, data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan juga ikut mendukung dolar AS, yakni 213 ribu dibanding perkiraan 220 ribu.
Akan tetapi, rupiah mendekati level psikologis 16.000 per dolar AS, Bank Indonesia (BI) diperkirakan mengintervensi ke pasar.
Lukman perkirakan rupiah hari ini berkisar di rentang Rp15.850 per dolar AS hingga Rp15.950 per dolar AS.
Pada awal perdagangan Jumat, rupiah naik 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp15.928 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.931 per dolar AS.
Rupiah Ditutup Nyaris Sentuh 16.000 terhadap Dolar AS, Ada Apa?
Sebelumnya, nilai tukar rupiah ditutup lesu terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis, 21 November 2024. Hal itu dipengaruhi dari potensi penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).
Rupiah ditutup melemah 60 poin terhadap dolar AS, setelah sempat melemah 85 poin di level 15.930,5 dari penutupan sebelumnya di level 15.871,5.
"Sedangkan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.920-Rp16.000,” ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Kamis (21/11/2024).
Rupiah menguat ketika harapan untuk penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) telah berkurang, meskipun tidak stabil, dalam beberapa minggu terakhir.
Alat FedWatch Tool milik CME kini menunjukkan, pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin sebesar 52% pada pertemuan Fed bulan Desember, turun dari 82,5% seminggu yang lalu.
Ibrahim memaparkan, jajak pendapat Reuters menunjukkan sebagian besar ekonom memperkirakan The Fed memangkas suku bunga pada pertemuan Desember, dengan penurunan yang lebih dangkal pada tahun 2025 daripada yang diharapkan sebulan yang lalu karena risiko inflasi yang lebih tinggi dari kebijakan Trump.
Komentar terbaru pejabat The Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, juga menunjukkan bank sentral bersikap lambat dan terukur dalam jalur penurunan suku bunganya.
Adapun Gubernur The Fed Michelle Bowman dan Lisa Cook mengungkapkan arah kebijakan moneter AS, dengan yang satu mengutip kekhawatiran yang berkelanjutan tentang inflasi dan yang lain menyatakan keyakinan tekanan harga akan terus mereda.
Advertisement
Investor Menanti Menteri Keuangan AS yang Terpilih
Saat ini, investor tengah menanti keputusan Presiden Terpilih AS Donald Trump untuk menunjuk menteri keuangan, salah satu jabatan kabinet dengan profil tertinggi yang mengawasi kebijakan keuangan dan ekonomi negara.
Sedangkan di dalam negeri Bank Indonesia mengungkapkan masih akan ada ruang penurunan suku bunga atau BI Rate ke depan, meski akan terbatas.
"Penurunan suku bunga BI akan mempertimbangkan rendahnya inflasi, serta pertumbuhan ekonomi nasional,” Ibrahim menyoroti.
Melihat perkembangan dinamika global yang bergerak cepat, saat ini fokus BI diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik hingga perekonomian global, dengan perkembangan politik AS paska kemenangan Donald Trump sebagai presiden.
Rupiah Anjlok Lagi, Siap-siap Tembus 16.000 per Dolar AS Hari Ini 21 November 2024
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Kamis ini. Pelemahan rupiah ini masih disebabkan faktor eksternal yaitu memanasnya konflik Ukraina dan Rusia.
Pada Kamis (21/11/2024) pagi, rupiah turun 43 poin atau 0,27 persen menjadi 15.914 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.871 per dolar AS.
Analis mata uang Finex Brahmantya Himawan menjelaskan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah di tengah memanasnya konflik Ukraina dan Rusia.
"Permintaan dolar AS juga menjadi meningkat karena menjadi mata uang safe haven di tengah memanasnya konflik Ukraina-Rusia dan baru-baru ini Putin menyinggung tentang senjata nuklir," kata Brahmantya dikutip dari Antara.
Ketegangan geopolitik juga mendukung dolar AS karena merupakan mata uang safe haven di mana geopolitik yang memanas dan membawa aliran menuju ke mata uang safe haven dunia.
Selain itu, pelemahan rupiah juga dikarenakan Trump Trade yang membawa dolar AS menguat pesat setelah kemenangan Donald Trump yang kembali terpilih menjadi presiden Amerika Serikat.
Brahmantya menuturkan rupiah berpotensi diperdagangkan pada kisaran harga 15.900 per dolar AS sampai dengan 16.100 per dolar AS pada hari ini.
Advertisement
Sentimen Domestik
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuan BI rate pada level enam persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung selama 19-20 November 2024 guna mendukung stabilisasi rupiah.Kemudian, Program Presiden Prabowo untuk menekan nilai dolar AS dengan menggenjot hilirisasi pada enam komoditas pertanian strategis.
Enam komoditas yang diutamakan dalam program hilirisasi pertanian adalah kelapa, cengkeh, sawit, lada, kakao, dan kopi karena memiliki potensi besar untuk dikembangkan, baik dari segi produksi maupun ekspor.Indonesia memiliki peluang ekspor yang sangat besar, dan hilirisasi diharapkan dapat menciptakan nilai tambah setidaknya 20 kali lipat.
Nilai tambah yang tinggi itu diharapkan dapat memperkuat posisi rupiah terhadap dolar AS dan bertujuan untuk menurunkan nilai tukar dolar AS.