Sukses

Survei Bank Indonesia: Harga Properti Residensial Tumbuh Terbatas

Harga rumah tipe kecil dan menengah masing-masing melambat dari 2,09% (yoy) menjadi 1,97% (yoy) dan dari 1,45% (yoy) menjadi 1,33% (yoy).

Liputan6.com, Jakarta - Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer mengalami perlambatan baik secara tahunan maupun triwulanan.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan, perlambatan tersebut tecermin dari perkemzbangan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan IIl 2024 yang secara tahunan tumbuh 1,46% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,76% (yoy).

"Pertumbuhan IHPR yang terbatas tersebut disebabkan oleh perlambatan harga seluruh tipe rumah. Perlambatan harga terutama pada rumah tipe besar dari 1,47% (yoy) pada triwulan II 2024 menjadi tumbuh 1,04% (yoy) pada triwulan IIl 2024," kata Ramdan dalam keterangan SPHR Bank Indonesia, Selasa (26/11/2024).

Adapun harga rumah tipe kecil dan menengah masing-masing melambat dari 2,09% (yoy) menjadi 1,97% (yoy) dan dari 1,45% (yoy) menjadi 1,33% (yoy).

Secara spasial, dari 18 kota yang diamati, tujuh kota mengalami perlambatan IHPR secara tahunan pada triwulan IIl 2024. Perlambatan paling dalam terjadi di Kota Pontianak dari 5,40% (yoy) pada triwulan I| 2024 menjadi 3,34% (yoy), diikuti Kota Padang yang melambat dari 2,55% (yoy) menjadi 1,35% (yoy).

Sementara itu, harga rumah di beberapa kota mengalami peningkatan, dengan kenaikan paling tinggi di Kota Pekanbaru yang tumbuh dari 1,69% (yoy) menjadi 2,47% (yoy), diikuti Kota Bandung dari 0,89% (yoy) menjadi 1,16% (voy), dan Kota Medan dari 0,86% (yoy) menjadi 1,11% (yoy).

Secara triwulanan, IHPR di pasar primer pada triwulan IIl 2024 juga melanjutkan perlambatan, yakni dari 0,35% (qtq) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,27% (qta).

"Perlambatan harga rumah ini disebabkan oleh perkembangan harga tipe rumah besar yang tumbuh sebesar 0,16% (qtq) lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 0,34% (voy)," ujarnya.

 

2 dari 3 halaman

Pelemahan Inflasi Indeks Harga Konsumen

Di sisi lain, harga rumah tipe kecil dan menengah mengalami sedikit peningkatan, masing-masing naik sebesar 0,50% (qtq) dan 0,40% (qta) pada triwulan Ill 2024, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,44% (qtq) dan 0,34% (qtq).

Selanjutnya, secara spasial, perlambatan IHPR primer secara triulanan terjadi di 10 dari 18 kota yang disurvei. Perlambatan paling dalam terjadi di Kota Padang dari 0,34% (qta) menjadi 0, 14% (qta), diikuti Kota Denpasar dari 0,44% (qta) menjadi 0,25% (qta), dan Kota Pontianak dari 0,73% (qtq) menjadi 0,44% (qta).

Disamping itu, perlambatan harga properti residensial yang berlanjut dari triwulan lI 2024 tersebut juga terindikasi dari pelemahan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Subkelompok Pemeliharaan, Perbaikan, dan Keamanan Tempat Tinggal/Perumahan sejak akhir triwulan III 2023 yang tercatat naik 1,56% (yoy) menjadi 0,51% (yoy) triwulan IIl 2024.

Penjualan properti residensial di pasar primer pada triulan III 2024 secara tahunan menunjukkan penurunan. Pada triwulan Il 2024 penjualan properti residensial terkontraksi 7,14% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 7,30% (yoy).

"Penurunan penjualan rumah terjadi pada tipe rumah kecil dan menengah masing-masing terkontraksi 10,05% (yoy) dan 8,80% (yoy). Sementara tipe besar masih tumbuh, namun melambat dari 27,41% (yoy) menjadi 6,83% (yoy)," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Kenaikan Harga Bangunan

Secara triwulanan, penjualan rumah juga mengalami kontraksi. Penjualan rumah primer pada triwulan Ill 2024 terkontraksi 7,62% (qtq) melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar 12,80% (qtq). Kontraksi penjualan rumah selama triwulan Ill 2024 terjadi pada seluruh tipe rumah.

Tipe kecil dan menengah masing-masing terkontraksi sebesar 9,80% (qtq) dan 5,25% (qtq), namun tidak sedalam kontraksi pada trivulan I| 2024. Sementara itu, penjualan rumah tipe besar yang pada triwulan sebelumnya mash tumbuh 5,08% (qta), pada triwulan III 2024 terkontraksi 4,47% (qtq).

Berdasarkan informasi dari responden, sejumlah faktor yang menghambat pengembangan dan penjualan properti residensial primer adalah kenaikan harga bangunan (38,98%), masalah perizinan (21,33 %), proporsi uang muka yang tinggi dalam penga uan Arm (10,9310), aar perpajakan (15,61%).

Sedangkan, tingginya suku bunga KPR dianggap oler responden tidak menghambat pengembangan dan penjualan properti. Hal ini tecermin dari trend perlambatan suku bunga KPR, di mana pada triwulan Ill 2024, realisasi suku bunga KPR sebesar 7,46%.

Video Terkini