Sukses

Too Good To Go, Startup Peduli Lingkungan Buat Atasi Pemborosan Makanan

David Niles, pria berusia 63 tahun dari Brooklyn, New York, sangat peduli terhadap makanan agar tidak terbuang sia-sia sehingga salah satu cara menunjukkan kepeduliaannya adalah dengan menggunakan aplikasi bernama Too Good To Go.

Liputan6.com, Jakarta - David Niles, pria berusia 63 tahun dari Brooklyn, New York, sangat peduli agar makanan tidak terbuang sia-sia. Salah satu cara yang ia gunakan untuk menunjukkan kepeduliaannya adalah dengan menggunakan aplikasi bernama Too Good To Go.

Dilansir dari CNBC pada Jumat (29/11/2024), aplikasi ini memungkinkan restoran dan toko roti menjual "kantong kejutan" yang berisi makanan sisa dengan harga diskon, antara USD 3,99 hingga USD 9,99.

Selama empat tahun terakhir, Niles telah menghabiskan hampir USD 10.000 untuk membeli sekitar 2.000 kantong kejutan menggunakan sepedanya.  

Too Good To Go, yang didirikan di Kopenhagen pada 2015 ini menghasilkan pendapatan sekitar USD 162 juta dalam dolar AS pada tahun lalu dengan mengambil potongan dari setiap kantong yang terjual serta mengenakan biaya keanggotaan tahunan kepada pengecer.

Di AS, aplikasi ini memotong USD 1,79 per kantong dan meminta biaya keanggotaan tahunan sebesar USD 89. Menurut Bank Dunia, pemborosan makanan global adalah masalah yang bernilai sekitar USD 1 triliun setiap tahun, dan tujuan utama Too Good To Go adalah membantu menguranginya.

CEO Too Good To Go Mette Lykke menjelaskan, meskipun perusahaan belum untung, mereka lebih fokus pada pengembangan.

"Kami memang ingin menjalankan perusahaan yang menguntungkan," katanya.

"Jika kami benar-benar ingin, kami bisa lebih berupaya untuk mendapatkan keuntungan. Namun, sekali lagi, itu bukan tujuan utama kami di sini." jelas dia.

2 dari 3 halaman

Awal dan Perkembangan Perusahaan

Too Good To Go didirikan oleh lima pengusaha asal Denmark. Lykke mengetahui perusahaan ini saat berbincang dengan seseorang di bus di Kopenhagen. Dia kemudian menjadi investor pada 2016.

Lykke adalah seorang pengusaha yang sebelumnya mendirikan aplikasi kebugaran Endomondo, yang diakuisisi oleh Under Armour seharga USD 85 juta pada 2015.

"Saya pikir Too Good To Go adalah aplikasi paling jenius, dan saya menyukai konsepnya," katanya.

Pada 2017, pendiri Too Good To Go membutuhkan CEO yang bisa mengembangkan perusahaan secara lebih efektif. Mereka pun meminta Lykke untuk mengambil alih.

Ketika mulai memimpin, dia menemukan kondisi keuangan perusahaan sangat buruk, sampai ia berpikir untuk berhenti. Namun, suaminya memberi saran,

“Itu sudah dimuat di koran, dan Anda mungkin hanya perlu membuatnya berhasil. Jadi, hadapi saja dan mulai bekerja.”

Langkah pertama Lykke adalah memperkecil operasi dengan menutup perusahaan di empat dari 10 negara tempatnya beroperasi karena mereka telah berkembang "terlalu cepat, terlalu dini."

Setelah itu, Lykke memperluas layanan perusahaan, termasuk menambah fitur seperti layanan grosir dan perangkat lunak untuk pengecer. Saat ini, Too Good To Go telah memiliki 100 juta pengguna di 19 negara, termasuk Amerika Serikat, di mana aplikasi ini mulai digunakan pada tahun 2020.

3 dari 3 halaman

Tantangan dan Masa Depan

Meskipun tujuan Too Good To Go sangat mulia, perusahaan ini jugs menghadapi tantangan besar. Beberapa pengguna, termasuk Niles, khawatir bahwa aplikasi ini mungkin hanya “mencuci hijau” (greenwashing) masalah sampah makanan, menciptakan kesan bahwa tanggung jawab lingkungan mereka sudah terpenuhi hanya dengan membeli kantong kejutan.

Menurut organisasi nirlaba ReFED, jika setiap pengecer di AS menggunakan sistem serupa, sekitar satu juta ton makanan dapat diselamatkan setiap tahun. “Itu setara dengan mengurangi sekitar 900.000 mobil di jalan,” kata Dana Gunders, presiden ReFED.

Selain itu, Lykke juga melihat bahwa meskipun ada banyak potensi, faktor seperti peraturan keamanan pangan yang berbeda di tiap negara serta persaingan dari pengecer yang mungkin meluncurkan program serupa bisa menjadi hambatan.

Lykke percaya pada model bisnisnya. “Saya sangat yakin bahwa kami memiliki model yang brilian di sini. Memiliki ide atau konsep yang hebat itu fantastis, tetapi sebenarnya itu hanya 10% dari pencapaiannya. Sisanya adalah tentang eksekusi.” Tutup Lykke.