Liputan6.com, Jakarta - Harga emas terperangkap dalam tarik-menarik antara sentimen positif dan negatif pada perdagangan hari Selasa.
Harga emas sempat anjlok ke level terendah dalam seminggu karena permintaan safe haven melemah dampak Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Lebanon.
Baca Juga
Namun harga emas dunia juga ditarik ke zona positif karena adanya kekhawatiran meledaknya perang Ukraina dan rencana tarif Presiden terpilih AS Donald Trump.
Advertisement
Mengutip CNBC, Rabu (27/11/2024), harga emas di pasar spot stabil di USD 2.626,83 per ons pada pukul 02.07 PMÂ ET, menghapus beberapa kerugian sebelumnya ketika harga mencapai level terendah sejak 18 November.
Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup 0,1% lebih tinggi di USD 2.621,30 per ons.
Harga emas ini menyusul penurunan dramatis USD 100 pada hari Senin, ketika adanya aksi jual didorong oleh optimisme gencatan senjata Israel dan Hizbullah dan semakin tertekan oleh pencalonan Scott Bessent oleh Trump sebagai Menteri Keuangan, yang meredam permintaan emas sebagai safe haven.
Channel 12 melaporkan bahwa Kabinet Keamanan Israel telah menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Lebanon.
"Mungkin ada kesadaran bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah hanya sedikit mengurangi risiko geopolitik secara keseluruhan, tentu saja ada optimisme di sana," kata Wakil Presiden dan analis logam senior Zaner Metals Peter Grant.
Kekhawatiran atas dampak yang lebih luas dari invasi Rusia ke Ukraina terus sangat tinggi. Namun, Grant mengatakan bahwa emas kemungkinan akan mengalami konsolidasi yang tidak menentu dalam waktu dekat, berkisar antara USD 2.575-USD 2.750.
Emas secara tradisional dipandang sebagai investasi yang aman selama ketidakpastian ekonomi dan geopolitik seperti perang dagang.
Â
Janji Trump dan Kebijakan The Fed
Janji Trump untuk mengenakan tarif besar pada Kanada, Meksiko, dan China semakin mendekati kenyataan. Para analis melihat langkah Trump ini memicu perang dagang dan meningkatkan daya tarik emas. Tetapi risiko inflasi yang dihasilkan dapat merusak pemotongan suku bunga Federal Reserve, yang berpotensi membebani harga.
Pelaku pasar sekarang fokus pada risalah rapat Fed November nanti. Dengan peluang 56% bahwa pemangkasan suku bunga pada bulan Desember sudah diperhitungkan, investor tetap berhati-hati.
Risalah rapat Federal Reserve pada tanggal 6-7 November menunjukkan, para pejabat menyampaikan pandangan yang berbeda tentang potensi pemangkasan suku bunga di masa mendatang. Namun, mereka secara kolektif memutuskan untuk tidak memberikan arahan khusus tentang kemungkinan arah kebijakan moneter AS.
Beberapa peserta menyarankan jeda dalam pelonggaran suku bunga jika inflasi tetap tinggi, sementara yang lain mengusulkan pemangkasan yang dipercepat jika pasar tenaga kerja atau aktivitas ekonomi melemah.
Â
Advertisement